Selasa, 26 Februari 2019

Pandangan Teoritis Tentang Tingkah Laku Abnormal


1.   Psikodinamika
            Sigmund Freud (1856-1939) mengatakan bahwa gangguan psikologis terfokus pada motif-motif yang tidak disadari dan konflik masa kecil. Para orang-orang abnormal atau gangguan psikologis, keseimbangan antara struktur-struktur psikis (id, ego, superego) tidak terjadi atau adanya konflik antara id, ego dan superego dalam alam bawah sadar individu. Perilaku manusia merupakan produk dari interaksi atau dinamika pikiran dan perasaan sadar dengan tidak sadar dalam diri individu. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh pengalaman-pengalaman awal pada usia 5 tahun pertama kehidupan.

2.   Behaviour
            Dari perspektif belajar atau behavior, perilaku abnormal mencerminkan perolehan atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif (Jeffrey S.Nevid,ed, 2003). Tingkah laku abnormal dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif (menyimpang) sebagai hasil belajar maladaptive atau salah dalam mempelajari sesuatu yang baik tetapi berhasil mempelajari hal-hal yang tidak benar (Davison dkk, 2006).
            Perspektif Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat berkembang melalui respon yang dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya yang dipelajari, melalui classical conditioning, operant conditioning, aau modeling. Para behavioris lebih memperhatikan perilaku abnormal hasil dari perilaku yang bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah dan hukuman yang mendorong pola respon yang bermasalah.

3.   Humanistik
            Humanistik dan eksistensial menggunakan penekanan yang lebih besar pada kebebasan manusia untuk memilih. Menganggap kehendak bebas sebagai karakteristik terpenting manusia. Namun demikian kehendak kehendak bebas ibarat pedang bermata dua, karena tidak hanya memberikan pemenuhan dan kenikmatan, namun juga memberikan rasa sakit akut dan penderitaan. Ia merupakan anugrah alamiah yang harus digunakan dan memerlukan keberanian khusus untuk menggunakannya. Tidak semua orang mampu mengatasi hal ini yang menyebabkan seseorang berperilaku abnormal, dan mereka yang tidak mampu dianggap memerlukan terapi terpusat pada klien.

4.   Kognitif
            Pendekatan kognitif memusatkan perhatiaannya tentang bagaimana manusia (bahkan hewan sekalipun) melakukan strukturisasi terhadap pengalaman, bagaimana mereka membuat suatu sense terhadap pengalaman-pengalaman tersebut kemudian mentransformasi stimulus-stimulus lingkungan menjadi informasi yang siap digunakan.
            Didalamnya terdapat juga tentang bagaimana seharusnya proses-proses mental seperti pikiran, persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan masalah dan penggunaan bahasa dipelajari untuk memahami suatu perilaku.
            Abnormalitas terjadi karena adanya penimbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berpengaruh pada masa kanak-kanak. Albert Ellis mengatakan “gangguan emosi pada dasarnya merupakan terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang oleh orang terganggu diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik dan terhadapnya dia beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”.

5.   Fisiologis
            Berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan factor penyebab tingkah laku abnormal. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak, inilah yang mendasari persfektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain itu dari patologi otak, sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.
6.   Sosio-Budaya
            Pandangan sosio-budaya melihat tingkah laku abnormal (maladaktif) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk mengani stress secara afektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar