1. Psikodinamika
Sigmund Freud (1856-1939) mengatakan
bahwa gangguan psikologis terfokus pada motif-motif yang tidak disadari dan
konflik masa kecil. Para orang-orang abnormal atau gangguan psikologis, keseimbangan
antara struktur-struktur psikis (id, ego, superego) tidak terjadi atau adanya
konflik antara id, ego dan superego dalam alam bawah sadar individu. Perilaku manusia merupakan produk dari interaksi atau
dinamika pikiran dan perasaan sadar dengan tidak sadar dalam diri individu. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman awal pada usia 5 tahun pertama kehidupan.
2. Behaviour
Dari perspektif belajar atau
behavior, perilaku abnormal mencerminkan perolehan atau pembelajaran dari
perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif (Jeffrey S.Nevid,ed, 2003).
Tingkah laku abnormal dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif (menyimpang)
sebagai hasil belajar maladaptive atau salah dalam mempelajari sesuatu yang
baik tetapi berhasil mempelajari hal-hal yang tidak benar (Davison dkk, 2006).
Perspektif Behaviorisme
menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat berkembang melalui respon yang
dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya yang dipelajari,
melalui classical conditioning, operant conditioning, aau modeling. Para
behavioris lebih memperhatikan perilaku abnormal hasil dari perilaku yang
bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah dan hukuman yang mendorong pola
respon yang bermasalah.
3. Humanistik
Humanistik dan eksistensial
menggunakan penekanan yang lebih besar pada kebebasan manusia untuk memilih.
Menganggap kehendak bebas sebagai karakteristik terpenting manusia. Namun
demikian kehendak kehendak bebas ibarat pedang bermata dua, karena tidak hanya
memberikan pemenuhan dan kenikmatan, namun juga memberikan rasa sakit akut dan
penderitaan. Ia merupakan anugrah alamiah yang harus digunakan dan memerlukan
keberanian khusus untuk menggunakannya. Tidak semua orang mampu mengatasi hal
ini yang menyebabkan seseorang berperilaku abnormal, dan mereka yang tidak
mampu dianggap memerlukan terapi terpusat pada klien.
4. Kognitif
Pendekatan kognitif memusatkan
perhatiaannya tentang bagaimana manusia (bahkan hewan sekalipun) melakukan
strukturisasi terhadap pengalaman, bagaimana mereka membuat suatu sense
terhadap pengalaman-pengalaman tersebut kemudian mentransformasi
stimulus-stimulus lingkungan menjadi informasi yang siap digunakan.
Didalamnya terdapat juga tentang
bagaimana seharusnya proses-proses mental seperti pikiran, persepsi, ingatan,
perhatian, pemecahan masalah dan penggunaan bahasa dipelajari untuk memahami
suatu perilaku.
Abnormalitas terjadi karena adanya penimbunan
keyakinan-keyakinan irasional yang berpengaruh pada masa kanak-kanak. Albert
Ellis mengatakan “gangguan emosi pada dasarnya
merupakan terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis
dan tidak bisa disahihkan, yang oleh orang terganggu diyakini secara dogmatis
dan tanpa kritik dan terhadapnya dia beremosi atau bertindak sampai ia sendiri
kalah”.
5. Fisiologis
Berawal dari pendapat bahwa patologi
otak merupakan factor penyebab tingkah laku abnormal. Dengan ketidakseimbangan
bio kimia otak, inilah yang mendasari persfektif biologis munculnya tingkah
laku abnormal. Akan tetapi selain itu dari patologi otak, sudut pandang
biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh
gen yang diturunkan.
6. Sosio-Budaya
Pandangan sosio-budaya melihat
tingkah laku abnormal (maladaktif) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu
untuk mengani stress secara afektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar