APPRECIATIVE INQUIRY KODE ETIK PSIKOLOGI : STRENGTH, OPPORTUNITY, APPRECIATIVE DAN RESULT (SOAR)

by - 12:48 AM


ANALISIS STRENGTH, OPPORTUNITY, APPRECIATIVE DAN RESULT (SOAR)

            SOAR sebagai strategic planning framework sudah mulai dikenal khalayak. Beberapa orang sudah membicarakan, mencari tahu, dan bahkan mungkin mempelajari. Pendekatan SOAR terhadap rencana strategis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan model tradisional. Analisis SOAR memungkinkan anggota organisasi menciptakan masa depan yang mereka inginkan sendiri dalam keseluruhan proses dengan cara melakukan penyelidikan, imajinasi, inovasi, dan inspirasi. Fokus internal SOAR adalah kekuatan organisasi. SOAR juga digunakan untuk analisis eksternal, misalnya analisis mengenai pemasok dan pelanggan. Keuntungan lainnya berkaitan dengan partisipasi. Pada banyak organisasi, perencanaan strategis hanya melibatkan orang-orang pada tingkatan tertinggi serta sekelompok stakeholder. Namun dalam kerangka kerja SOAR, sebanyak mungkin stakeholder dilibatkan, yang didasarkan pada integritas para anggotanya. Masalah integritas menjadi sangat penting karena para stakeholder harus menyadari asumsi-asumsi yang menjadi dasar penggerak bagi para pemimpin organisasi.
1.   Strength (S)
                  Hal-hal yang menjadi kekuatan serta aset terbesar yang dimiliki diungkapkan,   baik  aset  yang  berwujud   maupun   aset  yang  tidak berwujud. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk memberikan penghargaan terhadap segala hal-hal positif yang dimiliki, yang pasti akan selalu dimiliki baik oleh individu maupun organisasi. Kekuatan inilah yang akan  terus dikembangkan demi  kemajuan organisasi maupun individu di masa depan.
2.   Opportunities (O)
            Berarti dilakukannya analisis terhadap lingkungan eksternal guna mengidentifikasi peluang terbaik yang dimiliki  serta dapat dimanfaatkan oleh organisasi Lingkungan eksternal adalah sebuah wilayah yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan dan peluang. Salah satu syarat bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuannya memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang berubah dengan sangat cepat
3.   Aspirations (A)
            Para  anggota  organisasi  berbagi  aspirasi  dan  merancang  kondisi masa  depan  yang  mereka  impikan,  yang  dapat  menimbulkan  rasa percaya diri dan kebanggaan baik terhadap diri sendiri, pekerjaan, departemen, maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi ini menjadi hal yang sangat penting guna menciptakan  visi, misi serta nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan organisasi menuju masa depan. 
4.   Results (R)
            Berarti menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai (measurable results) dalam perencanaan strategis, guna mengetahui sejauh  mana  pencapaian  dari  tujuan  yang  telah  disepakati  bersama. Agar para anggota  organisasi  merasa  termotivasi  dalam usaha mencapai  tujuan  yang  telah  ditetapkan  ini,  maka  perlu  dirancang sistem pengakuan (recognition) dan reward yang menarik.

            Dalam analisis SOAR, psikolog dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi dalam melaksanaakan seluruh bentuk jasa, bertanggung jawab, jujur, batasan kompetensi objektif, integritas. Psikolog dapat belajar untuk mengidentifikasi inti positif (positive core) yang dimiliki, memperoleh kejelasan (clarity) terhadap nilai, visi, misi, untuk kemudian diselaraskan dengan strategi, inisiatif, dan rencana aksi yang disusun.

            Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak asasi manusia. Dalam kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia mengabdikan dirinya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku  manusia dalam bentuk pemahaman bagi dirinya dan pihak lain serta memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan tersebut bagi kesejahteraan manusia. Kesadaran diri tersebut merupakan dasar bagi Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia untuk selalu berupaya melindungi kesejahteraan mereka yang meminta jasa/praktik beserta semua pihak yang terkait dalam jasa/praktik tersebut atau pihak yang menjadi obyek studinya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki hanya digunakan untuk tujuan yang taat asas berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945 serta nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya dan mencegah penyalahgunaannya oleh pihak lain.
Tuntutan kebebasan menyelidiki dan berkomunikasi dalam melaksanakan kegiatannya di bidang penelitian, pengajaran, pelatihan, jasa/praktik konsultasi dan publikasi dipahami oleh Ilmuwan Psikologi dan Psikolog dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi dan obyektivitas dalam menerapkan kemampuan profesional terikat dan sangat memperhatikan pemakai jasa, rekan sejawat, dan masyarakat pada umumnya.
Pokok-pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA sebagai perangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan selaku Ilmuwan Psikologi dan Psikolog di Indonesia.
1.   Strenght (S) :
            Kekuatan yang sangat penting dari kode etik psikologi salah satunya adalah dapat mengatur tentang penanganan eksperiman terhadap manusia, dengan adanya kode etik psikolog turut menerima dan mengikuti aturan, walaupun tidak ada kewajiban formal. Selain itu juga dengan adanya kode etik psiklogi , bukan hanya dapat mematuhi etika saja tetapi psikolog mampu membantu klien dalam menyelesaikan masalah. Hal itu dapat diketahui dari bagaimana kode etik mengatur berbagai praktik psikologi. Seperti kompetensi, kerahasiaan rekam dan hasil pemeriksaan psikologi, hubungan antaramanusia, penelitian dan publikasi dan sebagainnya. Selain itu kekuatan dalam  Kode etik psikologi di indonesia juga menyatakan bahwa pengambilan keputusan juga harus dilakukan sesuai berdasarkan pada pengetahuan ilmiah dan sikap profesional yang sudah teruji dan diterima luas dalam ilmu psikologi. Psikolog di tuntut untuk mengidentifikasi kekuatan apa yang ada pada diri sendiri, yang nantinya itu akan dijadikan modal awal untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Kekuatan kita merupakan asset terbesar dalam diri kita. Jadi perlu kemaksimalan dalam mengorganisir asset yang kita miliki.

2.   Opportunities (O) :
            Kode etik yang diterapkan di indonesia adalah peluang terbaik yang dimiliki serta dapat dimanfaatkan oleh para psikolog yang baru. Kode etik psikologi membantu mengatur berbagai praktik psikologi. Kode etik psikolog dapat membuat seorang psikolog dapat meningkatkan tingkat kompentensi yang dimiliki. Kompentensi yang dimiliki seorang psikolog sangat berguna bagi diri sendiri maupun penanganan bagi klien yang ingin meminta bantuan menyelesaikan masalahnya. Kode etik psikologi menuntut seorang psikolog harus bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

3.   Aspirations (A) :
           Dengan adanya kode etik psikologi, psikolog berusaha memberikan keuntungan atau kebaikan pada pihak-pihak yang berkerja sama dengannya serta tidak membahayakan mereka. psikolog pun dapat membina hubungan yang baik dengan rasa saling percaya dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkerja sama dengannya. Psikolog secara adil memenuhi hak-hak setiap orang terhadap askes dan keuntungan dari kontribusi psikolog yang diberikan. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dalam pelaksanaan tindakan investigasi, ng teguh proses penyidikan dan persyaratan yang diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan memanfaatkan sistem di dalam orga-nisasi yang ada. Dalam pelaksanaannya di-usahakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan tetap memegang teguh prinsip kerahasiaan. Saling berbagi aspirasi guna menciptakan  visi, misi serta nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan psikologi indonesia menuju masa depan


4.   Results (R) :
            Sebagian besar peran kode etik psikologi adalah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan praktik seorang psikolog. guna mengetahui sejauh  mana  pencapaian  dari  tujuan  yang  telah  disepakati  bersama, psikolog menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai (measurable results) dalam perencanaan strategis, dari hasil-hasil tersebut dapat diukur dan membuktikan tentang apa yang ada pada diri masing-masing.

You May Also Like

0 komentar