TEORI PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG
TEORI PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG
A. Makna Perkembangan Moral
Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan
kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan
orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat.
Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam
masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya.
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan perkembangan moral, sebab
perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku
sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku sosial tertentu secara memadahi
apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan untuk
menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.
Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses
perkembangan sosial dan moral selalu berkaitan dengan proses belajar.
Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada
kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik dilingkungan sekolah,
keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa proses
belajar sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial
yang selaras dengan norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma
moral yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab
(aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam
mazhab perkembangan sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan
adalah :
1. Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean
Piaget dan Lawrence Kohlberg.
2. Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert.
Bandura dan R.H Walters.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan
penelitia yang mana pada penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak
selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan
buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori
perkembangan moral adalah teori menurut Kohlberg.
B. Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg.
Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan
moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap.
Dalam Teori Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip
dasar hasil temuan Piaget. Menurut Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20
tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Dalam wawancara ,
anak-anak diberi serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi
dilema-dilema moral. Berikut ini ialah dilema Kohlberg yang paling populer:
” Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis
kanker khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut
adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di
kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker
menetapkan harganya 10X lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk
pembuatan 1 dosis obat ia membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien
perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang,
tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat.
Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker
bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya
kemudian. Tetapi sang apoteker berkata ”tidak, aku menemukan obat, dan aku
harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko
obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.”
Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang
dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran moral.
Setelah membaca cerita, anak-anak yang menjadi responden menjawab serangkaian
pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri
obat tersebut benar atau salah? Pataskah suami yang baik itu mencuri? Dll.
Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan oleh responden dalam merespon
dilema moral ini dan dilema moral lain. Dengan adanya cerita di atas menurut
Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat perkembangan moral, yang masing-masing
ditandai oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya
teori Kohlberg , ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku
yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara
internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut
Kohlberg terdapat 3 tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2
tahap diantaranya sebagai berikut :
Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional.
Penalaran Prakonvensional adalah : tingkat yang paling
rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak
memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan
oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol
oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan
tingkah laku yang buruk mendapatkan hukuman.
Tahap I. Orientasi hukuman dan ketaatan
Yaitu : tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran
moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka
untuk taat.
Tahap II. Individualisme dan tujuan
Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan
(hadiah)dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila
yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah
apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua : Penalaran Konvensional
Penalaran Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi
individual menengah dimana seseorang tersebut menaati stándar-stándar
(Internal)tertentu, tetapi mereka tidak menaati stándar-stándar orang lain
(eksternal)seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat.
Tahap III. Norma-norma Interpersonal
Yaitu : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian
dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan
moral. Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang
terbaik.
Tingkat IV. Moralitas Sistem Sosial
Yaitu : dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas
pemahaman atuyran sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
Yaitu : Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas
benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode.
Tahap V. Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual
Yaitu : nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat
relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
Tahap VI. Prinsip-prinsip Etis Universal
Yaitu : seseorang telah mengembangkan suatu standar moral
yang didasarkan pada hak-hak manusia universal. Dalam artian bila sseorang itu
menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara
hati.
Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan
yakin bahwa dalam ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan
usia. Pada masa usia sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada
masa awal remaja cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa
cenderung pada pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral
menurut kohlberg dalam psikologi umum.
Ketika kita khususkan dalam memandang teori perkembangan
moral dari sisi pendidikan pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan
sekolah maka terdapat 3 tingkat dan 6 tahap yaitu :
Tingkat Satu : Moralitas Prakonvensional
Yaitu : ketika manusia berada dalam fase perkembangan
prayuwana mulai dari usia 4-10 tahun yang belum menganggap moral sebagai
kesepakatan tradisi sosial.Yang man dimasa ini anak masih belum menganggap
moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
Pada tingkat pertama ini terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Adalah penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan
anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan
kata lain sangat memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut
Kohlberg ini anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman
akibat keburukan tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan
penghindaran dari hukuman.
Tahap 2. Memperhatikan Pemuasan kebutuhan.
Yang bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan
keinginan dan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Tingkat Dua : Moralitas Konvensional
Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase
perkembangan yuwana pada usia 10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai
kesepakatan tradisi sosial.
Pada Tingkat II ini terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 3. Memperhatikan Citra Anak yang Baik
· Maksudnya : anak dan remaja berperilaku sesuai dengan
aturan dan patokan moral agar dapat memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan
untuk menghindari hukuman.
· Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan
tujuannya, jadi ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal
ini terdapat pada pendidikan anak.
Pada tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma
Interpernasional ialah : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian,
dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan
moral. Anak-anak sering mengadopsi standar-standar moral orang tuanya sambil
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagi seorang anak yang baik.
Tahap 4. Memperhatikan Hukum dan Peraturan.
· Anak dan remaja memiliki sikap yang pasti terhadap
wewenang dan aturan.
· Hukum harus ditaati oleh semua orang.
Tingkat Tiga : Moralitas Pascakonvensional
Yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana
dan pascayuwana dari mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih
dari sekadar kesepakatan tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan
yang tanpa syarat dan moral itu sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam
segala situasi.
Pada perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu
:
Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
· Maksudnya dalam dunia pendidikan itu lebih baiknya adalah
remaja dan dewasa mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan
aturan ddan patokan sosial.
· Perubahan hukum dengan aturan dapat diterima jika
ditentukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik.
· Pelanggaran hukum dengan aturan dapat terjadi karena
alsan-alasan tertentu.
Tahap 6. Memperhatikan Prinsip-Prinsip Etika
· Maksudnya : Keputusan mengenai perilaku-pwerilaku sosial
berdasarkan atas prinsip-prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum
universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
· Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap
melekat meskipun sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk
menetapkan aturan sosial. Contoh : Seorang suami yang tidak punya uang boleh jadi
akan mencuri obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan bahwa
melestarikan kehidupan manusia merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi
daripada mencuri itu sendiri
0 komentar