Pengukuran, Tes, Evaluasi dan Asesmen dalam Psikometri
A. PENGUKURAN
Pengukuran adalah suatu prosedur
pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepanjang suatu
kontinum. Secara garis besar kontinum dibagi menjadi dua bagian, yaitu kontinum
fisik dan kontinum psikologis. Kontinum fisik adalah suatu kontinum pengukuran
yang menggunakan skala fisik. Pengukuran yang menggunakan skala fisik akan
menghasilkan kontinum-kontinum seperti: kontinum berat, kontinum kecepatan, dan
kontinum tinggi dan lain sebagainya. Sedangkan kontinum psikologis adalah
kontinum pengukuran yang menggunakan skala psikologis.
Secara operasional, pengukuran
merupakan suatu prosedur perbandingan antara atribut yang hendak diukur dengan
alat ukurnya. Karakteristik pengukuran adalah:
a.
Merupakan perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya.
b.
Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif
c.
Hasilnya bersifat deskriptif.
Fungsi dan Tujuan Pengukuran :
a. Pengukuran berfungsi untuk
mendapatkan hasil perbandingan atau nilai yang diperoleh ketika pengukuran tersebut selesai dilakukan.
b. Pengukuran bertujuan untuk membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran yang serupa.
Skala
pengukuran :
a.
Skala Nominal
Skala
Nominal adalah skala yang disusun menurut kategorinya atau fungsi bilangan
hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik
lainnya. Ciri-ciri skala nominal adalah :
·
Angka
yang tertera hanya bentuk label/kategorisasi
·
Tidak
dapat dilakukan operasi matematika hitung
·
Tidak
memiliki nilai nol yang mutlak atau absolut
·
Tidak
memiliki urutan atau ranking
Contoh skala nominal diantaranya adalah suku
bangsa, agama, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dll. Data tersebut dikategorikan
dalam bentuk angka, misalnya PNS diberi angka 1 dan Pegawai Swasta diberi angka
2.
b.
Skala Ordinal
Skala ordinal
adalah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih
tinggi sampai jenjang terendah ataupun sebaliknya. Contoh skala ordinal adalah
mengukur tingkat prestasi kerja, kepangkatan militer, mengukur prestasi
kejuaraan, status sosial. Data tersebut tidak memiliki jarak yang pasti dalam
pengkategorisasiannya, hanya berupa jenjang yang diurutkan.
c. Skala
Interval
Skala
interval adalah skala yang menunjukkan jarak anatara satu dengan yang lain dan
memiliki bobot yang sama. Contoh skala interval adalah temperatur dan suhu,
skor IQ, kelompok skor ujian. Data dalam contoh skala ordinal memiliki jarak
yang pasti dalam pengkategorisasiannya dan memiliki bobot atau nilai yang sama.
d. Skala
Ratio
Skala
ratio adalah skala pengukuran yang memiliki nilai nol mutlak dan mempunyai
jarak yang sama. Contoh skala ratio diantaranya adalah berat badan, tinggi
badan, jarak, timbangan berat. Data tersebut memiliki nilai nol yang mutlak dan
bisa dilakukan operasi hitung atasnya. Nol mutlak dalam artian apabila berat
badan adalah nol, maka seseorang tidak memiliki berat badan.
B. TES
Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes
tidak lain daripada sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis
tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil
subjek dalam melakukan tugas-tugas tersebut. Batasan seperti tersebut di atas
tentu masih terlalu sederhana karena pada kenyataannya tidak semua kumpulan
pertanyaan cukup berharga untuk dinamakan tes. Banyak syarat-syarat kualitas
yang harus dipenuhi oleh rangkaian pertanyaan atau tugas itu agar dapat disebut
tes.
Karena tes merupakan alat pengukur maka
istilah pengetesan kerap kali menggantikan istilah pengukuran, dan sebaliknya.
Dalam hal ini yang terpenting adalah mengetahui di mana penggunaan kedua
istilah itu dapat dipertukarkan atau saling menggantikan dan kapan kedua
istilah tersebutharus dibedakan agar tidak menimbulkan salah pengertian.
Fungsi
dan Tujuan Tes
a. Tes berfungsi sebagai alat perantara
untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memecahkan masalah dan memahami
beberapa konsep yang ada.
b. Tes bertujuan sebagai proses akhir
untuk setiap peserta didik terhadap beberapa materi atau konsep dan menghasilkan
nilai yang sesuai dengan kemampuan peserta didik tersebut.
C. EVALUASI
Dari hasil pengukuran luas sebuah
meja 100 cm x 75 cm = 7500 cm, misalanya, dapatkah kita mengatakan bahwa meja
tersebut sempi, sedang, atau lapang? Apakah angka 45 sebagai hasil suatu tes
matematika termasuk rendah, sedang atau tinggi? Ternyata tanpa adanya suatu
pembanding, kita tidak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Meja
seluas 100 cm x 75 cm tentu sangat pas bila diperuntukkan sebagai meja ketik
namun menjadi terlalu sempit bila diperuntukkan sebagai meja makan keluarga.
Angka matematika 45 poin tentu terlalu rendah bila ternyata soal tes
keseluruhan adalah 100 buah namun akan menjadi hasil yang sangat bagus bila
tesnya ternyata hanya berisi 50 soal saja. Begitu pun, angka 45 dari suatu tes
yang berisi 100 soal dapat saja berarti sangat baik kalau saja para peserta
yang lain pada umumnya hanya mampu mencapai angka 15.
Jelaslah bahwa interpretasi terhadap
hasil pengukuran hanya dapat bersifat evalutif apabila disandarkan pada suatu
norma atau suatu kriteria. Norma berarti rata-rata, yaitu harga rata-rata bagi
suatu kelompok subjek. Kelompok subjek dapat berupa kelompok usia, kelompok
kelas, kelompok jenis kelamin, kelompok suku, kelompok budaya, atau kelompok
bangsa. Jadi akan ada norma usia, norma kelas, dan lain sebagainya. Karena
hasil tes psikologis seringkali tidak memiliki satuan ukur maka perlu
dinyatakan secara normatif. Sebagai contoh, hasil ukur IQ dinyatakan sebagai
110 IQ-WAIS atau skor tes matematika dinyatakan dalam skor PR (percentile rank)
ke 78.
Dengan adanya noram dan kriteria, hasil
yang sama dari suatu pengukuran dapat saja mendatangkan interpretasi yang
berbeda. Sebagai contoh, skor 35 pada tes SPM akan berlainan sekali artinya bila
dihasilkan oleh subjek yang berusia 27 tahun dan bila dihasilkan oleh subjek
yang berusia 12 tahun. Laji kendaraan 40 km/jam akan lain sekali maknanya
apabila kendaraannya adalah sebuah mobil. Demikianlah, dengan evaluasi kita
dapat mengatakan suatu atribut sebagai baik-buruk, cepat lambat, jauh-dekat,
tinggi-rendah, dan lain sebagainya. Secara ringkas, karakteristik evaluasi
adalah:
a.
Merupakan
pembandingan antara hasil ukur dengan suatu norma atau suatu kriteria
b.
Hasilnya
bersifat kualitatif
c.
Hasilnya
dinyatakan secara evaluatif.
Fungsi
dan Tujuan Evaluasi :
a.
Fungsi
evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu fungsi untuk pendidik dan fungsi untuk
peserta didik. Fungsi evaluasi untuk pendidik/guru yaitu evaluasi dilakukan
sebagai acuan atau patokan guru untuk mengambil keputusan, apakah suatu materi
akan dilanjutkan atau diulang kembali. Sedangkan fungsi evaluasi untuk peserta
didik yaitu agar peserta didik mengetahui sejauh mana dia mampu dan mengerti
suatu materi atau konsep yang telah diajarkan.
b.
Evaluasi
bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik berhasil mencapai tujuan
belajar, memahami suatu konsep dengan menjawab beberapa soal, mampu
mengaplikasikan konsep-konsep, dan mampu memecahkan sebuah masalah-masalah yang
ada.
D. PENILAIAN
(ASSESSMENT)
Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Jenis-jenis asesmen, yaitu:
a. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen
sumatif dilaksanakan di akhir pembelajaran dan digunakan untuk membuat
keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.
Asesmen
formatif dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Wujudnya berupa
pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik dan tidak dijadikan dasar
penentuan kenaikan kelas. Dalam konteks belajar asesmen sumatif dan normatif
disebut dengan asesmen belajar.
b. Asesmen obyektif dan subyektif
Asesmen obyektif merupakan bentuk pertanyaan
yang memiliki satu jawaban benar.
Asesmen subyektif merupakan bentuk pertanyaan
yang memiliki lebih dari satu jawaban benar.
c. Asesmen acuan patokan dan acuan
normatif
Asesmen acuan patokan digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya menggunakan tes acuan patokan.
Asesmen acuan normatif adalah asesmen
yang menggunakan tes acuan normatif dan tidak digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen
ini dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurve normal.
d. Asesmen formal dan informal
Asesmen
formal diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis dan diberikan skor dalam bentuk
angka atau penentuan rangking berdasarkan kinerja peserta
didik.
Asesmen
informal dilakukan dengan cara yang lebih terbuka seperti observasi, inventori,
diskusi yang tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking.
e. Asesmen autentik (Asesmen kineja)
Asesmen berbasis kinerja merupakan
bentuk ujian di mana peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat
produk dan mendemonstrasikan ketrampilan atau menampilkan
kemampuan/pengetahuan.
Wujudnya antara lain:
·
Tugas
membuat proyek secara individual atau kelompok
·
contoh
tulisan atau karangan
·
memecahkan
masalah terbuka
·
pertanyaan
yang membutuhkan konstruksi jawaban
·
eksperimen
ilmiah
·
portofolio
·
simulasi
computer
·
wawancara
atau presentasi lisan
Tahap-tahap asesmen kinerja
adalah:
·
Mengidentifikasi
hasil pembelajaran.
·
Mengembangkan
tugas-tugas untuk menemukan tujuan pembelajaran.
·
Mengidentifikasi
hasil belajar tambahan yang di dukung oleh tugas.
·
Merumuskan
kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik.
f. Asesmen portofolio
Asesmen
portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer. Biasanya
berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya peserta didik.
Tahap-tahap asesmen portofolio
adalah:
a. Perencanaan dan pengorganisasian
·
Mengembangkan
perencanaan portofolio yang bersifat fleksibel.
·
Merencanakan
waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan mendiskusikan aspek-aspek
portofolio.
·
Dimulai
dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian semakin
meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik.
·
Memilih
aspek yang dimasukkan di dalam portofolio yang mampu menunjukkan kemajuan
peserta didik atau penguasaan tujuan pembelajaran.
·
Memilih
setidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-aspek inti dan
sampel pekerjaan yang dipilih.
·
Menempatkan
daftar tujuan di depan masing-masing portofolio. Bersamaan dengan indikator
yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan.
b.
Implementasi
·
Melekatkan
perkembangan aspek-aspek portofolio di dalam kegiatan kelas yang sedang
berlangsung.
·
Memberikan
tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempersiapkan, memilih, menilai dan
menyimpan portofolionya sendiri.
·
Membagi
aspek-aspek portofolio yang telah dipilih.
·
Mencatat
komentar pendidik dan peserta didik dengan segera terhadap portofolio tersebut.
c.
Hasil
·
Menganalisis
aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan peserta
didik.
·
Menggunakan
informasi portofolio itu untuk mendokumentasi kegiatan-kegiatan belajar peserta
didik, untuk disampaikan kepada orang tua dan memperbaiki pembelajaran di
kelas.
Fungsi
dan Tujuan Assesment :
a. Assesment atau penilain berfungsi untuk
mengetahui apakah peserta didik mampu atau tidak dalam pembahasan materi.
b. Assesment atau penilaian bertujuan untuk
menetapkan hasil akhir guna mengetahui apakah peserta didik tersebut sudah
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.
E. TES PSIKOLOGI
Menurut Cronbach (1976), tes psikologi
terdiri dari tes yang mengukur performansi maksimal (maximal performance)
dan tes yang mengukur performansi tipikal (typical performance).
a. Tes yang
mengukur performansi maksimal (maximum performance)
Tes ini dirancang untuk mengungkap apa
yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik ia dapat melakukannya. Dalam
penyajiannya, subjek selalu didorong untuk berusaha sebaik mungkin. Kesiapan,
motivasi dan keinginan untuk berusaha di pihak subjek sangat penting artinya
adalam mengerjakan tes ini. Karena itu petunjuk pengejaan tes harus dibuat
sejelas dan setepat mungkin, Cara pemberian skor pun seringkali harus
diberitahukan sebelumnya kepada subjek, demikian pula halnya batas waktu
pengerjaan dan semacamnya. Dalam hal ini hanya pendekatan dan strategi
pengerjaan soal-soal yang tidak diberitahukan kepada subjek. Yang dapat
digolongkan dalam jenis tes ini adalah tes intelegensi, tes kemampuan khusus
(misal tes bakat) dan sebagainya.
b. Tes
yang mengukur performansi tipikal (typical performance)
Tes ini disusun untuk mengungkap apa
yang cenderung dilakukan oleh subjek dalam situasi-situasi tertentu. Jadi tes
ini tidak dimaksudkan untuk mengukur apa yang dapat atau mampu dilakukan oleh
subjek, tetapi mengungkap apa yang akan dilakukannya. Biasanya subjek tidak
mengetahui apa yang diharapkan darinya. Stimulus dalam pengerjaan tes ini acap
kali tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga, subjek sulit untuk menebak
jawaban yang terbaik yang harus diberikan, dan subjek tidak mengetahui bagaimana
jawabannya nanti akan diberikan skor. Yang termasuk dalam jenis tes ini seperti
tes inventori minat, inventori kepribadian, dan semacamnya.
0 komentar