MEMBANGUN HUBUNGAN DALAM KONSELING

by - 11:48 PM

MEMBANGUN HUBUNGAN DALAM KONSELING

KETERAMPILAN MENDENGARKAN
1.        Komitmen
Komitmen untuk memahami bagaimana perasaan orang lain, bagaimana mereka melihat dunia; berati mengesampingkan prasangka dan keyakinan-keyakinan pribadi, kecemasan dan self-interest, sehingga bisa memandang dunia dari matanya, berusaha melihat dari prespektifnya.
2.        Komplein
2.1.       Kesadaran tentang bahasa tubuh klien: apa yang dapat dilihat dari tingkah lakunya.
2.2.       Kesadaran tentang bahasa tubuh diri sendiri: apa yang dapat dilihat orang dari tingkah laku diri sendiri.
2.3.       Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaiman caranya menyampiakannya.

Tanpa perhatian, Dialog antara dua orang akan menjadi monolog ganda, suatu komunikasi paralel dan bukan komunikasi dua arah. Atensi yang kurang ini akan tertampil melalu dua cara:
1.      Bahasa tubuh seseorang akan mengkhianatinya.
a.       Pandangan matanya kemana-mana
b.      Terlihat gelisah
c.       Sering melihat jam
2.      Apa yang diberikan sebagai jawaban akan menunjukan bahwa ia tidak mendengarkan. Misalnya :
a.       Kata-katanya akan menunjukan bahwa ia tidak memahami apa yang dikatakan dan tidak berusaha untuk memahami.
b.      Atau apa yang dikatakannya hanya sedikit berhubungan dengan apa yang seharusnya didengarkan.

3.        Bila Konselor Memberikan Atensi
3.1.       Klien akan merasa dihargai. Mereka merasa konselor memeberi waktu dan perhatian dan bahwa keprihatinan mereka merupakan sesuatu yang jadi pehatian konselor juga.
3.2.       Konselor akan menjadi lebih mudah untuk memahami alasan mengapa seorang klien datang minta bantuan.
3.3.       Konselor akan ada dalam posisi yang lebih baik untuk memberi kliennya informasi (atau nasehat bila perlu) yang sesuai dengan kebutuhan klien dan yang akan benar-benar bisa membantu klien.
3.4.       Konselor akan mampu untuk menilai apakah bisa membantu klien ini, dan bila tidak, bisa memberi saran siapa yang lebih tepat untuk membantunya.
4.        Komunikasi Verbal dan Nonverbal
4.1.       Komunikasi verbal
                    Pearson (1983), mendefinisikan komunikasi verbal sebagai proses pertukaran makna melalu penggunaan kata-kata. Berarti ada pertukaran kata-kata. 
4.1.1.   Penulis ini juga mengatakan kata-kata bersifat simbolik. Misalnya :
Benda buatan manusia yang mengeluarkan sinar terang disebut “lampu”, karena berdasarkan konvensi benda semacam ini disebut lampu.
4.1.2.   Kata-kata juga arbitary (buatan).
Misalnya :
“Mata” dalam bahasa Indonesia, sama benarnya dengan “eye” dalam bahasa Inggris.
Kata “pelacur” dahulu, sekarang berubah menjadi “pekerja seks komersial”.
4.1.3.   Kata juga bisa menghalangi komunikasi
Kata-kata sering dipergunakan orang dengan arti yang tidak biasa. Misalnya :
Dahulu kata “ayam” di Jawa Tengah digunakan sebagai pengganti “pekerja seks komersial”, pedahal umumnya ayam adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut binatang berkaki dua yang bisa dimakan.
4.2.       Komunikasi nonverbal
        Tingkah laku nonverbal yang diasosiasikan dengan positive regard (hal positif) untuk orang lain adalah (Hackney & Cormier , 2011)
Nada suara                                             : lembut, menentramkan.
Ekspresi wajah                           : tersenyum, menunjukan minat.
Posture (sikap)                           : relax (bersantai), condong ke arah orang yang diajak
bicara.
Gestures (gerak-gerik)   : open (terbuka), welcoming (menyambut).
Kedekatan fisik                                     : dekat.
Sentuhan                                                : lembut dan diskrit.
5.        Empat Keterampilan Mendengar Reflektif
Bolton (2003) mengtakan ada empat keterampilan mendengar reflektif, yaitu :
5.1.       Paraphrasing
                    Paraphrasing adalah jawaban yang menyebutkan esensi dari isi pesan yang disampaikan dengan menggunakn kata-kata pendengarnya sendiri. Suatu paraphrase yang efektif :
5.1.1.      Haruslah ringkas
5.1.2.      Merefleksikan yang esensial dari pesan yang disampaikan pembicara
5.1.3.      Memfokuskan pada isi (content), dan akhirnya
5.1.4.      Diucapkan dengan menggunaka kata-kata si pendengar sendiri.

5.2.       Reflecting Feelings (Merefleksikan Perasaan)
        Orang harus meningkatkan kemampuan untuk “mendengarkan” perasaan. Caranya antara lain dengan :
5.2.1.      Fokuskan pada kata-kata perasaan.
5.2.2.      Perhatikan isi umum pesan itu.
5.2.3.      Amati bahasa tubuh.
5.2.4.      Tanyalah kepada diri sendiri, “bila saya mengalami peristiwa tersebut, apa yang akan saya rasakan ?”.
5.3.       Reflecting Meanings (Merefleksikan Makna)
Keuntungan Refleksi Makna (Mendengar Aktif) :
5.3.1.      Orang akan sangat menghargai bila merasa didengarkan.
5.3.2.      Mencegah meningkatnya rasa marah dan meredakan krisis.
5.3.3.      Menghentikan komunikasi yang salah. Asumsi yang salah, kesalahan-kesalahan dan interpretasi yang salah dikoreksi pada saat itu juga.
5.3.4.      Membantu konselor mengingat apa yang dikatakan.
5.3.5.      Bila dilakukan mendengar aktif, maka tidak akan dilakukan reaksi-reaksi lain (seperti menggurui, mengecilkan arti seseorang, dll.) yang akan mengganggu rapor.
5.3.6.      Bila seseorang merasa didengarkan, ia akan lebih mudah mendengarkan orang lain.

5.4.       Summative Reflection (Refleksi Sumatif)
5.4.1.   Kemungkinan lain adalah ketakutan akan kemungkinan dipengaruhi orang lain, maka dalam berkomunukasi terdapat banyak omissions (tidak memberi informasi) dan inaccuracies (informasi tidak tepat).
5.4.2.   Konselor dan klien berespons terhadap pikiran mereka sendiri, tidak berespons terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain.
5.4.3.   Berusaha mengevaluasi motif-motif dari pihak yang lain sehingga karena tidak mendengarkan, maka yang terjadi adalah: (i) Kehilangan sebagian informasi yang dikomunikasikan; (ii) komunikasi defensif dari pihak yang lain.
6.        Halangan Psikologis
Halangan-halangan psikologis mengakibatkan kegagalan memori (memory failure). Kemungkinan yang terjadi adalah :
6.1.       Lupa     tidak ada informasi, atau yang diingat dan dilupakan bersifat selektif.
6.2.       Distorsi dari informasi.
Karena ada kekuatan-kekuatan emosional yang menghalangi, terjadi ketidakmampuan psikologis untuk memproduksi informasi.
7.        Kesulitan Dalam Bahasa
7.1.       Karena kata-kata adalah simbol yang menggantikan realitas yang ingin disampaikan, sering tidak ditemukan kata-kata yang tepat. Misalnya :
7.1.1.         Bagaimana menjelaskan suatu perasaan sakit baik secara fisik maupun psikologis.
7.1.2.         Kemudian kalau sudah ditemukan kata-kata yang tepat apakah lawan bicara juga mempunyai pemahaman yang sama?
7.2.       Jumlah perbendaharaan kata yang dipunyai juga menimbulkan kesulitan.
Yang satu berpendidikan SD dari desa,
yang lain bependidikan sarjana dari luar negri,
mungkin akan menimbulkan kesulitan berkomunikasi.

8.        Communication Anxiety
     Communication anxiety ini khusus ada dalam suatu hubungan membantu (termasuk konseling dan terapi). Merupakan kecemasan yang diasosiasikan dengan komunikasi data pribadi.
Communication anxiety ini timbul karena :
8.1.       Cemas moral judgment dari konselor, klien menghindar memberi informasi yang bisa menimbulkan kritik, atau penilaian buruk terhadap pribadinya.
8.2.       Dengan memberi informasi, berarti memberi power/kekuasaan pada orang lain yang bisa mencelakakan dirinya. Orang tahu apa yang menjadi rahasia pribadinya yang bisa mencelakakannya.
8.3.       Karena konselor adalah orang khusus, justru konselor akan tahu yang berarti ada orang lain yang tahu tentang horrible truth yang dia sendiri tidak tahu.
8.4.       Mencuatkan/memunculkan hal-hal yang selama ini dihindari sebagai usaha mempertahankan diri sendiri dari self hatred dan self contempt. Pertanyaan–pertanyaan konselor mendatangkan pikiran-pikiran yang selama ini dihindari.

ASESMEN DALAM KONSELING

Menilai (melakukan asesmen) apa yang sebenarnya menjadi masalah klien adalah bagian yang sangat penting dari konseling. Seorang konselor pemula, kadang-kadang begitu ingin untuk membantu  kliennya, mengurangi penderitaannya, sehingga terburu-buru dalam fase ini.

TUJUAN ASESMEN
Hackney dan Cormier (2001), menguntip proses asesmen yang dapat meningkatkan hubungan konselor-klien :
  1. Melancarkan proses pengumpulan informasi.
  2. Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang akurat.
  3. Memfasilitasi perkembangan dari suatu rencana tindakan yang efektif.
  4. Menentukan tepat atau tidaknya seseorang untuk suatu program tindakan tertentu.
  5. Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan.
  6. Meningkatkan wawasan (insight) mengenai kepribadian seseorang dan mengklarifikasi konsep-diri.
  7. Menilai lingkungan atau konteks.
  8. Meningkatkan konseling dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan.
  9. Mengidentifikasi kemungkinan bahwa peristiwa tertentu akan terjadi, seperti sukses dalam usaha okupasional atau akademik.
  10. Meningkatkan terjemahan dari minat, kemampuan dan dimensi kepriadian dalam peristilahan okupasional.
  11. Menghasilkan opsi dan alternatif.
  12. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.

KOMPONEN ASESMEN

Interviu Riwayat Hidup
1.        Data Identifikasi
1.1.Nama
1.2.Alamat
1.3.No. Telepon
1.4.Umur
1.5.Jenis kelamin
1.6.Status Pernikahan
1.7.Pekerjaan/Sekolah


2.        Presentasi Problem oleh Klien
2.1.       Seberapa jauh masalah ini mengganggu fungsi sehari-hari ?
2.2.       Bagaimana masalah ini “menunjukan” dirinya, pikiran, perasaan yang diasosiasikan dengan masalah ini. Tingkah laku apa yang terlihat ?
2.3.       Seberapa sering muncul, sudah berapa lama, kapan mulai timbulnya ?
2.4.       Apakah ada pola kejadian tertentu disekitar timbulnya masalah, dengan siapa, kapan terjadinya, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya, apakah dapat diantisipasi ?
2.5.       Apa yang menyebabkan klien memutuskan untuk datang konseling sekarang ini ?
3.        Tatanan Kehidupan Klien Saat ini
Apa latar belakang dan konteks kehidupan sehari-hari klien ?
3.1.       Apa yang merupakan hari atau minggu tipikal untuk klien ?
3.2.       Aktivitas sosial, religius, rekreasional apa yang ada ?
3.3.       Bagaimana keadaan pekerjaan/pendidikan klien ?
3.4.       Apakah ada hal-hal khusus yang berhubungan dengan budaya, etnik, religi, gaya hidup, usia, fisik yang harus dihadapi oleh klien ?
4.        Riwayat Keluarga
4.1.Ayah :
4.1.1.      Nama
4.1.2.      Usia
4.1.3.      Pendidikan
4.1.4.      Pekerjaan
4.1.5.      Deskripsi Kepribadian
4.1.6.      Peran dalam keluarga
4.1.7.      Hubungan (mereka, klien dengan mereka dan saudara lain)
4.2.Ibu :
4.2.1.      Nama
4.2.2.      Usia
4.2.3.      Pendidikan
4.2.4.      Pekerjaan
4.2.5.      Deskripsi Kepribadian
4.2.6.      Peran dalam keluarga
4.3.Saudara :
4.3.1.      Nama
4.3.2.      Usia
4.3.3.      Pendidikan
4.3.4.      Pekerjaan
4.3.5.      Situasi kehidupan (saudara)
4.3.6.      Hubungan (klien dengan saudara)
4.4.   Saudara lain :
4.5.Deskripsi stabilitas keluarga
4.5.1.      Berapa kali pindah (alasan)
4.5.2.      Berapa banyak pekerjaan yang dipegang
v  Catatan: Informasi ini akan memberi insight bila kemudian dalam sesi-sesi  
                       selanjutnya muncul masalah klien yang berkaitan dengan hal ini.
5.        Riwayat Pribadi
5.1.Riwayat Medik :
Sakit yang tidak biasa atau yang relevan dari sebelum lahir sampai sekarang.
5.2.Riwayat Pendidikan :
Dari kecil sampai sekolah menengah dan sesudahnya. Termasuk kegiatan ekstrakurikuler (tidak hanya disekolah) dan hubungan dengan teman-teman.
5.3.Riwayat pekerjaan :
5.3.1.      Alamat tempat kerja
5.3.2.      Jenis pekerjaan
5.3.3.      Lama bekerja
5.3.4.      Hubungan (klien dengan teman sejawat)
5.4.Riwayat Seksual dan Material :
5.4.1.      Dimana klien mendapat informasi seksual ?
5.4.2.      Riwayat pacaran ?
5.4.3.      Pernah bertunangan atau menikah?
5.4.4.      Hubungan emosional yang serius sebelum yang sekarang ?
5.4.5.      Mengapa putus ?
5.4.6.      Bagaimana hubungan dengan pasangan sekarang ?
5.4.7.      Karakteristik-karakteristik apa yang menyebabkan akhirnya menikah ?
5.4.8.      Ada anak?
5.5.   Pengalaman
5.5.1.      Punya pengalaman apa dengan konseling ?
5.5.2.      Sudah pernah ikut konseling ?
5.5.3.      Bagaimana reaksinya ?
5.6.   Saran pribadi
5.6.1.      Apa saran pribadi klien dalam hidup ?
6.        Deskripsi Tentang Klien Selama Interviu
Observasi tentang klien :
6.1.       Penampilan fisik
6.2.       Pakaian
6.3.       Sikap tubuh
6.4.       Gerakan-gerakan tangan
6.5.       Ekspresi wajah
6.6.       Kualitas suara
6.7.       Ketegangan
6.8.       Bagaiman klien berelasi selama sesi
6.9.       Kesiapan jawaban klien
6.10.   Motivasi
6.11.   Kehangatan
6.12.   Jarak
6.13.   Pasivitas, dan lain-lain
6.14.   Apakah ada fungsi-fungsi (persepsi, sensori) yang mengganggu ?
6.15.   Taraf informasi yng diberikan, perbendaharaan kata, penilaian klien, kemampuan abstraksi ?
6.16.   Bagaimana alur berpikir dan caranya berbicara ?
6.17.   Apakah logis ?
6.18.   Kesinambungan pembicaraan ?
7.        Ringkas Dan Rekomendasi
     Sundberg, Winebarger dan Taplin (2002), membagi-bagi garis besar untuk interviu riwayat hidup sebagai berikut :
7.1.       Data Identifikasi :
7.1.1.      Nama
7.1.2.      Jenis kelamin
7.1.3.      Pekerjaan
7.1.4.      Penghasilan
7.1.5.      Pendidikan status marital
7.1.6.      Alamat
7.1.7.      Tempat tanggal lahir
7.1.8.      Agama
7.1.9.      Identitas kultural, dll.
7.2.       Alasan datang ke institusi, harapan pelayanan.
7.3.       Keadaan sekarang dan baru-baru ini :
7.3.1.      Tempat tinggal
7.3.2.      Kegiatan utama
7.3.3.      Aktivitas sehari-hari
7.3.4.      Perubahan-perubahan hidup dalam bulan-bulan terakhir
7.3.5.      Perubahan yang akan terjadi.
7.4.       Konstelasi keluarga : Deskripsi tentang
7.4.1.      Orangtua
7.4.2.      Saudara
7.4.3.      Keluarga lain yang signifikan
7.4.4.      Peran responden dalam masa perkembangannya.
7.5.       Ingatan-ingatan dini :
Deskripsi tentang peristiwa pertama yang paling jelas diingat dan kejadian yang melingkupinya.
7.6.       Kelahiran dan perkembangan :
7.6.1.      Usia ketika berjalan dan bicara
7.6.2.      Masalah jika dibandingkan anak lain
7.6.3.      Kesulitan-kesulitan perkembangan lainnya
7.6.4.      Pandangan tentang efek dari pengalaman dini.
7.7.       Kondisi kesehatan dan fisik :
Penyakit dan luka-luka (injury) pada masa kanak-kanak dan kemudian;
7.7.1.      Obat-obatan yang dikomsumsi sekarang berdasarkan resep dokter
7.7.2.      Obat tanpa resep yang diminum
7.7.3.      Rokok
7.7.4.      Alkohol
7.7.5.      Perbandingan tubuh sendiri dengan orang lain
7.7.6.      Kebiasaan makan dan olahraga.
7.8.       Pendidikan dan pelatihan :
7.8.1.      Minat khusus atau prestasi khusus
7.8.2.      Belajar diluar sekolah
7.8.3.      Bidang-bidang yang menimbulkan kesulitan dan kebanggaan
7.8.4.      Apakah ada masalah budaya.
7.9.       Catatan pekerjaan :
7.9.1.      Alasan ganti pekerjaan
7.9.2.      Sikap terhadap kerja
7.10.   Reaksi, minat dan kesenangan :
7.10.1.   Termasuk kerja volunter
7.10.2.   Membaca
7.10.3.  Pandangan responden atas kemampuan untuk mengekspresikan diri sendiri 
 dan membahagiakan diri sendiri.
7.11.   Perkembangan seksual :
7.11.1.      Meliputi awareness
7.11.2.      Aktivitas seksual yang dijalankan
7.11.3.      Pandangan tentang keadekuatan ekspresi seksualnya sekarang ini.
7.12.   Data marital dan keluarga :
7.12.1.      Peristiwa-peristiwa penting dan apa yang menyebabkannya
7.12.2.      Perbandingan antara keluarga sekarang dengan keluarga asal.
7.13.   Dukungan sosial :
Jaringan komunikasi, dan minta sosial :
7.13.1.      Orang-orang yang paling sering diajak bicara
7.13.2.      Orang-orang yang dapat memberikan berbagai macam bantuan
7.13.3.      Jumlah dan kualitas interaksi
7.13.4.      Perasaan memberi kontribusi kepada orang lain dan minat terhadap masyarakat.
7.14.   Deskripsi diri :
7.14.1.      Kekuatan diri
7.14.2.      Kelemahan diri
7.14.3.      Kemampuan untuk menggunakan imajinasi
7.14.4.      Kreativitas
7.14.5.      Nilai-nilai
7.14.6.      Ideal-ideal.
7.15.   Pilihan-pilihan dan titik ubah (turning point) dalam hidup :
Riviu mengenai keputusan responden yang paling penting dan
perubahan penting yang terjadi,
termasuk di sini satu kejadian yang paling penting.
7.16.   Sasaran pribadi dan pandangan tentang masa depan :
7.16.1.      Apa yang dikehendaki subjek untuk terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang
7.16.2.      Apa yang diperlukan supaya hal itu dapat terjadi
7.16.3.      Realisme dalam orientasi waktu dan kemampuan untuk membuat prioritas.
7.17.   Keterangan lain
Yang menurut responden belum ditanyakan atau terlupakan dari riwayat hidupnya.
v  Catatan: pedoman untuk interviu riwayat hidup (case history interview) bersifat 
                      netral, dalam arti dapat dipakai oleh konselor dari pendekatan yang mana
                      pun. (Sundberg, Winebarger dan Taplin; 2002).

DEFINISI MASLAH
                        Brammer, Abrego dan Shostrom (1993) mengatakan, seorang konselor yang baik akan berusaha mengidentifikasikan pengertian pribadi (personalized meaning) diri suatu masalah.
Bagi klien pribadi, apakah artinya masalah ini. Mislanya, masalah kesepian
·      Apakah arti masalah kesepian bagi klien yang datang ini.
·      Apakah kesepian didefinisikan klien sebagai penghambat pekerjaan ?
·      Ataukah kesepian kemudian termanifestasi dalam keluhan bahwa dirinya adalah orang yang membosankan, jelek dan sebagai konsekuensinya tidak dapat membina hubungan dengan orang lain?
       Dengan memahami pengertian pribadi ini, lebih mudah bagi konselor untuk membantu kliennya mencari solusi dari permasalahannya.

1.        Komponen-Komponen Masalah
Cara-cara masalah termanifestasi baik secara primer maupun sekunder :
1.1.   Perasaan-perasaan yang diasosiasikan dengan masalah (perasaan atau efek utama yang perlu dinilai)
1.1.1.      Kebingungan
1.1.2.      Depresi
1.1.3.      Rasa marah
1.1.4.      Takut.
1.2.   Kognisi yang diasosiakin dengan masalah
1.2.1.      Pikiran
1.2.2.      Keyakinan
1.2.3.      Persepsi dan dialog internal
1.2.4.      Ruminasi
1.2.5.      Self-talk.
1.3.   Tingkah laku yang diasosiasikan dengan masalah
Tingkah laku spesifik yang dapat dilihat oleh orang lain termasuk konselor, tidak hanya oleh klien sendiri.
1.4.   Keluhan fisik dan somatik yang diasosiasikan dengan masalah.
1.5.   Aspek interpersonal dari masalah
          Efek pada orang-orang lain yang signifikan dan pada hubungan klien dengan orang lain, tercakup didalamnya :
1.5.1.      Hubungan dengan keluarga
1.5.2.      Hubungan Teman
1.5.3.      Hubungan Saudara
1.5.4.      Hubungan Sejawat
1.5.5.      Hubungan Teman sebaya
Juga efek dari orang-orang yang signifikan terhadap masalah.
2.        Pola Peristiwa
                 Yang memberi kontribusi (dapatkah diidentifikasi suatu pola atau sekuensi/urutan peristiwa yang sepertinya mengarah kepada timbulnya masalah dan juga mempertahankannya ?)
2.1.   Kapan masalah terjadi ? Di mana? Dengan siapa?
2.2.   Apa yang terjadi pada waktu ketika masalah muncul ?
2.3.   Apa yang terjadi sebentar sebelum masalah muncul ?
2.4.   Apa yang tipikal terajdi segera setelah masalah muncul ?
2.5.   Apa yang membuat masalah menjadi membaik ? Menghilang ?
2.6.   Apa yang memperburuk masalah ?
3.        Lamanya/Durasi Masalah
                 Berapa lama masalah ini sudah mengganggu klien dan/atau merintangi berfungsinya klien sehari-hari ?
3.1.       Sudah berapa lama masalah ini ada ?
3.2.       Seberapa sering masalah ini terjadi ?
3.3.       Berapa lama berlangsungnya bila masalah ini terjadi ?
3.4.       Apa yang menyebabkan klien meminta konseling pada saat ini sehubungan dengan masalah ini ?
3.5.       Dengan cara-cara bagaimana masalah ini mengganggu berfungsinya klien sehari-hari ?
4.        Keterampilan Coping Klien
                 Kekuatan-kekuatan dan sumber daya yang dimiliki klein :
4.1.       Bagaiaman caranya klien menanggulangi masalah itu selama ini ? Mana yang berhasil ? Mana yang tidak berhasil ?
4.2.       Bagaimana cara klien secara sukses mengatasi masalah lain ?
4.3.       Sumber daya, kekuatan-kekuatan, sistem dukungan apa saja yang dipunyai klien yang dapat membantu usaha untuk perubahan ?
4.4.       Bagaimana “pandangan mendunia” klien ?
Sejarah sosiopolitik dari kelompok dimana klien mengidentifikasikan dirinya ?
Bahasa  (-bahasa) yang dikuasai klien ?
Lingkungan dimana klien dibesarkan ?
Agama yang dipraktikkan klien ?

KETERAMPILAN YANG DIASOSIASIKAN DENGAN ASESMEN

1.        Pertanyaan-Pertanyaan Untuk Klarifikasi    
Kadang-kadang konselor enggan untuk mencari klarifikasi karena khawatir memutus alur bicara klien atau merupakan distraksi yang mengganggu. Bila cerita klien betul tidak dapat dipahami, lebih baik untuk mencari klarifikasi daripada berlarut-larut dan sampai pada kesimpulan yang salah.
Contoh :
“Dapatkah Anda menggambarkan perasaan itu dengan cara lain ? Saya tidak
yakin, saya menangkap betul apa yang ingin Anda sampaikan”.
“Apakah yang kamu maksud ketika kamu mengatakan bahwa orangtuamu
cuek ?”
2.        Pertanyaan-Pertanyaan Terbuka
                 Jawaban terhadap pertanyaan terbuka terdiri dari lebih dari satu kata. Pertanyaan terbuka akan sanagat bermanfaat pada waktu-waktu yang spesifik, yaitu :
2.1.       Pada awal interviu
Contoh :
“Anda ingin bicara tentang apa ?”
“Apa yang membuat Anda akhirnya memutuskan untuk konseling ?”
“Bagaimana keadaan Anda minggu ini ?”
2.2.       Mendorong klien untuk melakukan elaborasi
Contoh :
“Apa yang terjadi ketika Anda kehilangan kendali ?”
“Bagaiman menurut Anda supaya keadaan membaik ?”
“Apa yang membuat Anda menjadi bingung ?”
2.3.       Meminta contoh spesifik
Contoh :
“Apa yang Anda lakukan ketika itu terjadi ?”
“Persisnya, bagaimana perasaan Anda ?”
“Contohnya bagaimana ?”
3.        Pertanyaan-Pertanyaan Tertutup
                 Jawaban sempit dan spesifik. Pertanyaan yang bisa dijawab dengan “ya” dan ‘tidak”.
Contoh :
“Berapa usia Anda ketika ayah Anda meninggal ?”
“Apakah Anda sudah pernah mendapat konseling atau terapi ?”
“Apakah Anda bekerja sekarang ini ?”
       Jangan dilupakan bahwa, membangun rapport terjadi sepanjang konseling, sehingga tentunya tidak hanya jenis-jenis pertanyaan di atas ada dalam tahap ini.

EFEK DARI ASESMEN

Efek dari asesmen bisa positif dan bisa negatif.
1.        Pisotif
Melakukan asesmen terhadap klien bisa menyebabkan :
1.1.   Klien merasa dipahami
1.2.   Klien merasa lega
1.3.   Klien mempunyai pengharapan
1.4.   Klien termotivasi untuk melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan.
2.        Negatif
Dari sisi negatifnya, misalnya :
2.1.       Klien merasa cemas
2.2.       Klien merasa seperti diintrogasi
2.3.       Rentan-penuh pertanyaan (apakah konselor adalah memang seorang yang dapat betul-betul dipercaya)
2.4.       Merasa dievaluasi (bertanya-tanya bagaimanakah keadaan dirinya)
2.5.       Apakah dia bodoh, gila
2.6.       Apakah ada sesuatu yang memang benar-benar salah dalam dirinya.



MENGEMBANGKAN SASARAN KONSELING DAN MEMILIH STRATEGI INTERVENSI
1.    Mengembangkan Sasaran Konseling
Mengembangkan sasaran konseling adalah sangat penting, karena memberi arah pada konseling.
a.    Fungsi sasaran konseling
Hackney dan Cormier (2001) mengatakan bahwa adanya sasaran konseling mempunyai 4 fungsi:
1.    Motivasional. Kalau klien didorong untuk menentukan sasaran yang spesifik, ia akan termotivasi untuk mencapainya.
2.    Edukasional. Klien sering tidak berhasil umtuk mengelola hidupnya karena mereka tidak tahu bagaimana membentuk sasaran yang positif dan dapat dicapai.
3.    Evaluatif. Sasaran juga dapat dipakai menilai apakah konseling berhasil atau tidak.
4.    Asesmen untuk teknik intervensi. Apakah suatu bentuk intervensi memang efektif untuk menangani suatu masalah tertentu.
b.    Kesulitan dalam Menentukan Sasaran Spesifik
Krumboltz dan Thoresen (1969) adalah ahli-ahli dalam konseling behavioral. Sebagai ahli-ahli konseling behavioral, bagi mereka penting sekali untuk menilai sejauh mana sasaran sudah tercapai dan untuk ini diperlukan untuk parameter tingkah laku yang jelas.
Seberapa spesifik suatu sasaran, tergantung dari pemahaman konselor dan klien tentang masalah tersebut. Menurut Hackney dan Cormier (2001), untuk memudahkan klien dalam membuat sasaran konkret, dapat dilakukan dengan membuat Peta Penetapan Sasaran (Goal Setting Map) yang terdiri dari 3 langkah:
Langkah 1 : pilih sasaran utama (jangka pendek atau jangka panjang)
Langkah 2 : membuat subsasaran, tulis lima langkah yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran ini.
Langkah 3 : tugas segera. Untuk setiap sasaran, tuliskanlah 2 tingkah laku spesifik yang harus dilakukan agar sasaran tersebut dapat tercapai.
c.    Keterampilan yang Diasosiasikan dengan Penetapan Sasaran
Keterampilan dan kondisi yang diasosiasikan dengan hubungan yang efektif perlu untuk menetapkan sasaran. Jadi rapport adalah utama. Juga kemampuan untuk mendengarkan, mendengar keinginan dan harapan klien.
Selain keterampilan untuk mengadakan relasi, mendengarkan, dan bertanya, ada dua keterampilan yang perlu dalam proses penetapan sasaran, yaitu konfrontasi dan respon “potensi-kemampuan”.
1.    Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu respons yang memungkinkan klien untuk menghadapi ada yang dihindarinya, apakah itu suatu pikiran, perasaan atau tingkah laku. Pada konfrontasi, yang terjadi adalah menggambarkan tingkah laku klien, mengobservasi tingkah laku klien dan menunjukkan bukri-bukti yang ada.  Fungsi konfrontasi adalah:
·      Membantu usaha klien untuk lebih kongruen dengan menunjukkan diskrepansi-diskrepansi tingkah lakunya.
·      Menegakkan konselor sebagai model untuk komunikasi yang langsung dan terbuka.
·      Merupakan respons yang berorientasi-tindakan.
·      Bermanfaat untuk menjajaki konflik yang diasosiasikan dengan perubahan dan penetapan sasaran.
2.    Respons “Potensi-Kemampuan”
Adalah respons konselor yang menunjukan kepada klien bahwa klien mampu atau mempunyai potensi untuk melakukan sesuatu bila ia menghendaki. Respons jenis ini bermanfaat karena:
·      Memungkinkan konselor untuk mensugestikan bahwa klien mempunyai kemampuan atau potensi untuk melakukan suatu bentuk aktifitas yang spesifik.
·      Respons ini juga mengomunikasikan dukungan dan keyakinan konselor kepada kemampuan klien untuk melakukan suatu tindakan.
·      Juga mengomunikasikan bahwa klien mempunyai sedikit kendali atau kekuasaan atas lingkungannya.
·      Respons potensi-kemampuan dapat dipakai untuk mensugestikan suatu alur tindakan yang mungkin sudah terpikirkan oleh klien atau mungkin juga belum.
·      Sangat bermanfaat bila klien mengalami kesulitan untuk mengidentifikasikan subsasaran atau tugas segera. 
d.   Efek Penetapan Sasaran pada Klien
Biasanya berdampak positif. Manfaatnya:
·      Mengurangi kebingungan klien, menjadi lebih jelas apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya.
·      Membantu klien memilah apa yang penting dan tidak penting dalam hidupnya.
·      Mendorong klien untuk membuat keputusan dan pilihan yang mewakili nilai-nilai dan prioritas yang paling signifikan di dalam hidupnya.
·      Memberi klien pandangan lain tentang masalah dan keprihatinannya.
·      Dapat bersifat efektif
2.    Memilih Strategi Intervensi
Memilih strategi intervensi yang tepat harus melalui proses evaluasi. Seorang konselor harus memperhatikan beberapa hal kalau dia ingin konselingnya berhasil, antara lain: apakah ada kecocokan antara metode yang dipakainya dengan simtom (keluhan) yang disampaikan oleh klien. Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah person/counselor fit. Yang dimaksud adalah tidak semua konselor dapat membantu semua orang yang datang minta bantuan kepadanya, dan adalah destruktif bila konselor mempunyai pikiran demikian.
a.    Sasaran yang Diidentifikasi dan Rencana Tindakan
Sasaran berhubungan langsung dengan pilihan strategi dan intervensi yang akan dipilih oleh konselor.
b.    Basic ID
Basic ID bersifat netral tanpa memperhatikan faktor lingkungan, kemajemukan budaya dan isu kontekstua, serta dapat dipakai oleh segala macam pendekatan. Ivey dkk. (2002) mengutip penjelasan Lazarus tentang BASIC-ID ini sebagai berikut:
B  Behavior- tingkah laku seperti yang diterapkan pada analisis behavioral
A     Affect- perasaan dan emosi
S    Sensations- senses dari penglihatan, suara, bau, sentuhan, rasa (taste) ditambah dengan sensualitas dan seksualitas
I     Imagery- kemampuan untuk membentuk gambaran mental mengenai kejadian, ditambah dengan banyaknya khayalan ddan fantasi yang digunakan
C   Cognitions- self-talk dan pikiran-pikiran tentang diri, ide dan falsafah.
I      Interpersonal relationship- gaya umum ditambah dengan seberapa besarnya individu ini merupakan “people” person.
D     Drugs- faktor obat-obatan dan biologis/kesehatan


You May Also Like

0 komentar