Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Prososial
Secara garis besar ada dua hal yang mempengaruhi tindakan
perilaku prososial, yakni:
1.
Pengaruh faktor situasional
·
Bystander (kehadiran orang lain)
Kehadiran orang lain atau Bystander diartikan sebagai
orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian mempunyai peran yang
sangat dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan antara menolong atau tidak
ketika dihadapkan pada keadaan darurat (Mashoedi, 2009). Dalam beberapa
penelitian mendukung dari pernyataan diatas, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Darley dan Latane, dan selanjutnya Latane dan Rodin (dalam
Dayaskini, 2009) menunjukkan hasil bahwa orang yang melihat kejadian
darurat akan lebih suka memberi pertolongan apabila mereka
sendirian daripada bersama orang lain.
·
Atribusi terhadap korban
Menurut Weiner (dalam Mashoedi, 2009) seseorang akan
termotivasi untuk memberi bantuan pada orang lain bila ia mengasumsikan bahwa
ketidakberuntungan korban adalah diluar kendali. Dalam beberapa penelitian
menunjukkan bahwa faktor kausal penting adalah kontrol personal: kita lebih
cenderung membantu seseorang jika kita percaya bahwa penyebab masalah itu
berada di luar kontrol orang tersebut, atribusi juga mempengaruhi reaksi
emosional kita terhadap orang yang membutuhkan (Taylor, 2009). Sebagai
contoh, misalnya seseorang akan terdorong memberi bantuan secara materi kepada
korban bencana alam, daripada membantu orang yang kalah dalam berjudi.
·
Nilai-nilai dan norma sosial
Menurut Staub (dalam Dayaskini, 2009), faktor yang mendasari
seseorang untuk bertindak prososial adalah adanya nilai-nilai dan norma yang
diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian
nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, misalnya
berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.
Nilai dan norma yang tersebut dapat diperoleh dari melalui lingkungan sosial,
termasuk halnya melalui tayangan tontonan tayangan televisi.
Masih Menurut Staub (dalam Dayaskini, 2009) terdapat
beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu:
1.
Self Gain,
Diartikan sebagai harapan seseorang
untuk mendapatkan atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin
mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.
2.
Personal
Values and Norms, Yaitu adanya nilai-nilai dan norma
sosial yang di internalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan
sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial,
seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma
timbal balik.
3.
Empathy, adalah kemampuan untuk ikut merasakan perasaan atau
pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan
pengambilalihan peran. Jadi prasyarat untuk melakukan empati, individu harus
memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan keputusan.
·
Model-model prososial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa menurut
teori belajar sosial, bahwa tingkah laku prososial dapat mendorong seseorang
untuk memunculkan tindakan menolong kepada orang lain. Disamping model
prososial dalam dunia nyata, model-model yang menolong dalam media juga
berkontribusi pada pembentukan norma sosial yang mendukung tingkah laku
prososial (Baron & Byrne, 2005).
1.
Pengaruh faktor dari dalam diri
·
Mood (Suasana Hati)
Perilaku menolong dipengaruhi oleh suasana hati. Orang
yang suasana hatinya gembira akan lebih suka menolong, sedangkan dalam suasana
hati sedih, orang akan kurang suka memberikan pertolongan (Berkowitz &
William dalam Dayaskini, 2009). Amato (dalam Baron & Byrne, 2005) menambahkan
ketika anda berada dalam suasana hati yang buruk serta anda sedang memusatkan
perhatian pada diri sendiri dan pada masalah-masalah anda sendiri, anda lebih
cenderung untuk tidak menolong seseorang yang membutuhkan. dengan kata lain,
emosi positif akan meningkatkan tingkah laku menolong, sedangkan emosi negatif
–misalnya, sedang sedih— kemungkinan untuk menolong orang lain sangat
kecil.
·
Gender
Peran gender juga mempengaruhi seseorang dalam
kecenderungan untuk menolong. Peranan gender terhadap kecenderungan
seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan
yang dibutuhkan (Mashoedi, 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pria lebih mungkin daripada wanita untuk menawarkan bantuan dalam situasi
darurat yang memerlukan pertolongan yang berbahaya (Dayaskini, 2009). Akan
tetapi, wanita mampu mengekpresikan tingkat empati yang lebih tinggi daripada
pria, hal ini disebabkan baik oleh perbedaan genetis atau perbedaan pengalaman
sosialisasi (Trobst, Collins, & Embree, dalam Baron & Byrne, 2005).
wanita juga cenderung lebih merawat anak-anaknya daripada pria dan merawat
orang tua dalam kehidupan sehari-hari (Michener & Delamater, dalam
Dayaskini, 2009).
Daftar
Pustaka: https://jerryderiskanamanya.wordpress.com/2015/01/31/daftar-pustaka-prilaku-prososial/
0 komentar