Dinamika Kelompok: Obedience dan Compliance
Obedience dan Compliance
OBEDIENCE
Obedience, menurut Colman adalah suatu bentuk prilaku dimana
seseorang mematuhi perintah langsung dari pimpinan (Colman, 2009). Selain itu, menurut Constable (Constable et al., 2002), obedience
dikatakan terjadi jika seseorang mengikuti perintah atasannya tanpa
mempertanyakan perintah tersebut. Contoh obedience, jika seorang anak
diperintahkan oleh orangtuanya untuk menuruti kata-kata orang tuanya, atau
menghargai orang lain yang lebih tua darinya. Contoh lain juga dapat ditemukan
di lingkungan sekolah, dimana seorang murid dituntut untuk menuruti perintah
dari gurunya selama di sekolah.
Percobaan Milgram
Milgram ingin mecari tahu sampai
sejauh mana orang-orang akan mematuhi figur otoritas ketika disuruh untuk
melakukan hal yang berlawanan dengan hati nurani dan berbahaya. Milgram membagi
subyek percobaan menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok diberikan peran oleh
Stanley sebagai “teacher“, dimana kelompok tersebut bertugas untuk
membacakan sekelompok kata berpasangan kepada kelompok “learner” yang
kemudian mengetes kelompok “learner” tersebut dengan membacakan kata
pertama dari kelompok kata tersebut, lalu memberikan pilihan jawaban kepada
kelompok “learner“. Kesalahan jawaban dari kelompok “learner”
akan dihukum dengan kejutan listrik. Dari kedua kelompok diatas, sebenarnya
kelompok yang berperan sebagai “learner” adalah anggota dari tim
percobaan Stanley, sedangkan kelompok yang bertindak sebagai “teacher”
adalah subjek sebenarnya dari percobaan ini.
Dari 40 orang yang menjadi “teacher”,
hanya terdapat 26 orang yaitu 65% yang memberikan 450 volt kepada “learner”
yang tidak berdaya. Tidak ada yang menyerah sebelum mencapai 300 volt, dan
beberapa subjek akhirnya disobedient setelah memberikan beberapa shock tambahan
sebelum akhirnya menolak perintah dari eksperimenter. Komentar dari “teacher”
saat melakukan “shock prosedure” dan terlihat jelas bahwa adanya
penderitaan psikologis yang mengungkapkan bahwa mereka enggan untuk meneruskan
eksperimen tetapi tidak mampu untuk melawan permintaan dari eksperimenter
sebagai tanda “obedience”.
Menurut Robert dan Byrne (2008), Compliance adalah suatu kesepakatan yang dibuat oleh
seseorang tanpa adanya beban, sehingga dapat dilakukan secara tulus, tanpa
merasa terbebani. Hal ini juga didukung oleh Robert C. Cialdini (dalam Soules, 2009), yang mengatakan bahwa compliance merupakan suatu bentuk
pengaruh sosial, dan berfokus pada kemauan seseorang untuk mengikuti, serta
melakukan permintaan seseorang. Menurut Cialdini sendiri (dalam Soules, 2009), terdapat lima prinsip dasar dalam compliance, yaitu:
- Komitmen atau konsistensi.
Saat kita telah mengikatkan diri pada suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya. - Kelangkaan.
Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langka atau berkurang ketersediaannya. Oleh karena itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang menekankan kelangkaan daripada yang tidak. - Timbal balik.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dengan kata lain, kita merasa wajib membayar utang budi atas bantuannya. - Validasi sosial.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika konsisten dengan apa yang kita percaya orang lain akan melakukannya juga. Kita ingin bertingkah laku benar, dan satu cara untuk memenuhinya adalah dengan bertingkah laku dan berpikir seperti orang lain. - Otoritas.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.
COMPLIANCE
Compliance sendiri dalam kehidupan sehari-hari, dapat dicontohkan
ketika seseorang meminjam uang kepada temannya. Dalam proses peminjaman ini,
orang tersebut tidak membebankan kewajiban kepada temannya untuk meminjamkan
uangnya, sehingga dalam mengambil keputusan, temannya tersebut sama sekali
tidak terbebani oleh permintaan orang tersebut.
PERBEDAAN
|
|
Compliance
|
Obedience
|
Memberikan alternatif atau pilihan
bebas pada subyek
|
Tidak ada alternatif atau pilihan
bebas untuk subyek
|
Tidak ada konsekuensi yang memaksa
|
Paksaan dengan kekuasaan
dimungkinkan melalui beragam hukuman
|
Memungkinkan adanya perlawanan
|
Perlawanan ditekan dengan
menggunakan ancaman atau kecaman terang-terangan
|
Konformitas
|
Kesepakatan
|
Kepatuhan
|
Indoktrinasi Intensif
|
Perubahan tingkah laku (act)
atau keyakinan (believe) individu sebagai hasil dari tekanan kelompok
secara langsung maupun tidak langsung (Asch, 1951)
|
Permintaan langsung dari satu
orang ke orang lainnya
|
Seseorang memerintahkan kepada
satu orang lain atau lebih untuk melakukan satu atau lebih tindakan. Biasanya
dipengaruhi power atau otoritas
|
Individu menjadi anggota suatu
kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan tanpa banyak bertanya
|
0 komentar