Psikologi Transpersonal
Psikologi Transpersonal berakar dan berkembang dari gerakan
multidisiplin filsafat, neurobiologi, psikologi & agama. Fenomena
transpersonal merupakan faktor assessment individu yang sehat secara
psikologis. Transpersonal telah menjadi istilah payung pada pengalaman
kesadaran yang melewati batas diri individu.
Pengalaman ini disaring melalui diri individu. Jadi
disebutlah trans-personal. Psikologi transpersonal secara utuh mengakui dan
menyertai penemuan-penemuan psikiatri, behaviorisme, psikologi perkembangan
serta menambahkan insight-insight lebih dalam, pengalaman eksistensial dan
dimensi spiritual dari manusia diawali dari ilmu psikiatri berakhir dengan ilmu
tasawuf.
Sejarah Psikologi Transpersonal
Di penghujung tahun 1960 dan permulaan tahun 1970
pintu-pintu gerbang antara Barat dan Timur mulai terbuka lebar. Beragam tradisi
dan budaya Timur yang eksotis mulai mendapat perhatian orang-orang Barat, yang
sedang mengalami kejenuhan dan rasa frustasi yang mendalam. Krisis-krisis kemanusiaan
yang melanda dunia Barat ini, kemudian dicoba dicari akar masalahnya, dan
sebagian menuduh arah atau orientasi peradaban yang terlampau materialis yang
nantinya menjadi penyebabnya. Alih-alih menggali akar tradisi spritualnya
sendiri yakni tradisi Judeo-Kristiani mereka malah ramai-ramai menoleh ke
belahan Timur, terutama negeri India demi memuaskan dahaga spiritualnya.
Agama dan filsafat India, memang menawarkan kekayaan yang
luar biasa. Di negeri ini, Tradisi filsafat India yang kaya, telah melahirkan
spektrum aliran filsafat, mulai dari materialisme ekstrim, seperti halnya
ajaran Rsi Ajagara sampai dengan idealisme ekstrem, dari monisme absolute
kemudian dualism hingga pluralisme. Tradisi filsafat india ini menawarkan
beragam pendekatan yang canggih terhadap struktur manusia, meski kadang tampak
saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Tradisi-tradisi Timur ini,
mulai dari tradisi Vedanta, Yoga, Buddhisme, dan Taoisme lebih menyerupai
psikoterapi daripada suatu agama dan filsafat. Ini dikarenakan penekanan yang
kental terhadap pengaturan aspek-aspek fisik dan psikis dari tradisi Timur
dalam transformasi kesadaran manusia.
Kebangkitan spiritualisme baru atau New Age di Barat, tidak
hanya mengantarkan orang-orangnya pada tradisi Timur jauh yang eksotis, tapi
juga tradisi kesukuan lainnya atau tribalisme, semacam tradisi Amerika asli
(Indian). Orang-orang Barat, terutama generasi mudanya mulai melakukan gerakan
kontra kultural, yang melahirkan flower generation.Mereka hidup dan berperilaku
seperti suku-suku primitif, kadang dengan sengaja, berkelompok pergi ke
daerah-daerah pinggiran dan hutan dengan berpakaian seadanya, dan nyaris
telanjang. Imbas dari gerakan ini, juga mengantarkan banyak generasi muda
Amerika kepada pengalaman-pengalaman trance, melalui tarian dan nyanyian serta
obat-obatan psikedelik semacam morfin, LSD, mariyuana dan ganja. Ini adalah sekelumit kisah,
bagaimana terjadinya sebuah perubahan kesadaran:
“Selama
beberapa bulan setelah aku menggunakan LSD untuk pertama kalinya, aku yakin
telah menemukan rahasia alam semesta. Aku juga reinkarnasi dari sekaligus
Buddha dan Kristus. Kitab suciku setebal 47 halaman, hasil diskusiku dengan
arwah orang-orang suci, kuharapkan bisa mempersatukan bangsa-bangsa seluruh
dunia dalam proyek membangun masyarakat baru.”
Cerita di atas adalah pengalaman David Lukoff, tatakala
dirinya bersentuhan dengan kesadaran di luar kebiasaan, saat mengalami trance
akibat pengaruh LSD.Dia bersama Francis Lu dan Robert Turner kemudian
memelopori sebuah gerakan baru dalam bidang psikiatri, yang melihat psikosis
tidak hanya dari perspektif biomedis semata. Mereka berusaha memahami jiwa
manusia dengan membuka diri pada pengalaman spiritual. Memang ada banyak cerita
mengenai bagaimana kuatnya intensitas pengalaman dari seseorang yang
terpengaruh obat-obatan tersebut. Sehingga mereka merasa yakin benar, vonis
psikosis menurut aliran psikologi saat itu, tidaklah benar.
Pengalaman spritual yang dalam psikonalisa dianggap sebagai
pengalaman masa kecil yang traumatis, terutama pengaruh ibu yang menderita
kecemasan. Orang dikatakan gila karena represi pengalaman traumatis tersebut
dalam alam tak sadarnya. Sehingga beberapa pelopor gerakan New Age, menolak
pendekatan psikonalisa dan pendekatan lain yang memandang rendah dan negatif
pengalaman-pengalaman spiritual, sebagai akibat perubahan kondisi kesadaran
(Altered States of Consciousness). Mereka mendesak diakuinya angkatan keempat
dalam bidang psikologi, yakni transpersonal.
Istilah transpersonal sendiri pertama kalinya dipakai oleh
Carl Gustav Jung dalam bahasa Jerman, yakni “uberpersnolich” (transpersonal) yang artinya
kurang lebih sama dengan collective unconscious. Yakni bentuk ketidaksadaran
kolektif yang dimiliki oleh semua orang dari berbagai ras yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Dalam ketidaksadaran kolektif terdapat ribuan arketif,
seperti ide tentang Tuhan, anima, animus, arketif Diri dll, yang beberapa di
antaranya berkaitan dengan pengalaman-pengalaman spiritual.
Psikologi transpersonal sebagai kekuatan atau mazhab keempat
dalam bidang psikologi itu sendiri dideklarasikan oleh Abraham Maslow. Di tahun
1968, ia mengatakan, “Saya
melihat, psikologi humanistik sebagai angkatan ketiga psikologi sedang
mengalami transisi, sedang mengalami persiapan menuju psikologi angakatan
keempat yang lebih tinggi, transpersonal, transhuman, yang lebih berpusat
kepada kosmos dari pada terhadap kebutuhan manusia, melewati kemanusiaan,
identitas, aktualisasi diri dan semacamnya.”
Maslow menemukan bahwa aktualisasi diri pada beberapa orang memiliki frekuensi
puncak atau transendensi, dan pada beberapa orang lagi tidak. Ini menegaskan
suatu perbedaaan antara aktualisasi diri dan transendensi diri. Inilah alasaan
mengapa ada suatu pergerakan dari psikologi humanistik ke psikologi
transpersonal. Ada dua buku Maslow yang membahas masalah ini, yakni Toward a
Psychologhy of Being (1968) dan The Farther Reaches of Human Nature (1971).
Gagasan dasar dari psikologi transpersonal adalah dengan
mencoba melihat manusia selaras pandangan religius, yakni sebagai makhluk yang
memiliki potensi spiritual. Jika psikoanalisis melihat manusia sebagai sosok
negatif yang dijejali oleh pengalaman traumatis masa kecil, behaviorisme
melihat manusia layaknya binatang, humanistik bepijak atas pandangan manusia
yang sehat secara mental, maka psikologi transpersonal melihat semua manusia
memiliki aspek spiritual, yang bersifat ketuhanan.
Ada sekian banyak definisi yang diajukan untuk psikologi
transpersonal ini. Secara etimologi, transpersonal sendiri berakar dari kata
trans dan personal. Trans artinya di atas (beyond, over) dan personal adalah
diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa transpersonal membahas atau mengkaji
pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman
spiritual. Di tahun 1992, setelah melakukan penelahan atas kurang lebih 40
definisi, maka Lajoie dan Saphiro, dua orang pionir utama psikologi
transpersonal, merangkum dan merumuskan pengertian psikologi transpersonal yang
lebih sesuai untuk kondisi saat ini:
Transpersonal psychology is concerned with the study of
humanity’s highest potential, and with
the recognition, understanding, and realization of unitive, spiritual, and
transcendent states of consciousness.
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi
potensial tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan
perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan
transenden.
Transformasi kesadaran merupakan tinjauan pokok dari
psikologi transpersonal, yakni studi mengenai pengalaman-pengalaman yang
mendalam, perasaan keterhubungan dengan pusat kesadaran semesta, dan penyatuan
dengan alam. Ada kesepakatan umum dari para tokoh cabang psikologi ini, untuk
tidak mengidentikkan mazhab ini dengan keagamaan secara formal. Psikologi
transpersonal bukanlah agama, bukan ideologi, dan bukan juga metafisika.
Tapi definisi ini tidak mengakomodasi kepentingan
orang-orang yang berhubungan dan mengklaim diri sebagai pengikut mazhab
transpersonal, sehingga mau tidak mau kita harus membagi mazhab transpersonal
ini juga dalam empat cabang. Kelompok pertama adalah kelompok mistis-magis.
Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal bersesuaian dengan kesadaran para
dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini dianut oleh para aktivis New Age, dan
salah satunya gerakan teosofi yang dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali
romantisme dari kelompok ini menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus
utama psikologi.
Kelompok kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif
yang biasanya menolak konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik
peningkatan kesadaran. Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara
secara psiko-fisiologis dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang
berada dalam keadaan transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok
ekoprimitivisme menganjurkan penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau
psikotropika) untuk pencapaian keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup
penting dalam kelompok ini adalah Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk
psikoterapinya. Setelah penggunaan LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian
menggunakan teknik pernapasan (pranayama) dari tradisi Timur, yang disebutnya
sebagai Holotrophic Breathwork.
Kelompok ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka
menganggap keasadaran transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang biasa.
Kita, manusia modern, menganggapnya seolah luar biasa, karena kita membuang
kondisi kesadaran seperti ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah para dukun
shamanisme dan mistikus dalam semangat relativisme pluralistik. Mereka justru
mengecam filsafat perennial yang mengungkapkan pengalaman mistik sebagai
totaliter dan fasistik karena mengagungkan hierarki.
Kelompok psikologi transpersonal yang keempat adalah
kelompok integral. Kelompok ini menerima hampir semua fenomena kesadaran yang
diteliti oleh ketiga kelompok tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima
konsep-konsep psikologi transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern.
Salah seorang tokohnya adalah Ken Wilber. Helena Blavastky, yang berada pada
kelompok yang pertama, misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak
memiliki kecenderungan kepada agama tertentu.
YANG DIPELAJARI DALAM TRANSPERSONAL
Psikologi transpersonal mempelajari dan menghormati seluruh
pandangan-pandangan terhadap pengalaman manusia termasuk bermacam tingkat dan
alam psikis yang menjadi manifes dalam tingkat kesadaran yang tidak biasa
(Non-ordinary states of consciousness)/NOSC:
1. Pengalaman dan
observasi meditasi serta bentuk lain
dari praktek spiritual yang sistematik.
2. kagairahan,
antusiasme, kenikmatan batin secara spontan
3. krisis
psikospiritual (spiritual emergensi)
4. hipnosis,
psikoterapi eksperensial dan situasi mendekati kematian.
Psikoterapi dalam Transpersonal
Psikoterapi mempunyai pengertian terapi yang diberikan
kepada pasien yang mengalami gangguan mental dan emosi, yang dilakukan dengan
instrumen psikologi. Menurut Boorstein (1996): Psikoterapi transpersonal adalah
terapi yang didapat dari perspektif transpersonal yang mengenali nilai dan validitas
dari pengalaman dan perkembangan transpersonal. Kemudian menurut Cortright
(1997). Psikoterapi transpersonal dapat dipahami sebagai peleburan dari
tradisi-tradisi spiritual dan kajian psikologi modern.Rowan (1996). Psikoterapi
transpersonal memiliki tempat bagi semua hal yang normal, seperti yang
dilakukan oleh psikoterapi lain, namun juga memberi tempat pada spiritualitas.
Terapi
yang diberikan mempunyai banyak variasi, dengan menginduk kepada teori
psikologi tertentu. Ambil contoh untuk psikoterapi analitis, sejenis terapi
yang diberikan yang merujuk kepada teori psikoanalisa. Dalam pandangan
psikoanalisa, gangguan kepribadian atau mental terjadi karena setiap orang
memiliki semacam mekanisme pertahanan diri. Salah satu mekanisme tersebut ialah
represi, yakni membawa ke pikiran bawah sadar (unconsciousness) berbagai
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan dan traumatis.Inilah yang
menyebabkan gangguan kepribadian. Seorang ahli psikoterapi, jika merujuk teori
ini, akan berusaha mengangkat kembali ke alam sadar, trauma dan pengalaman yang
direpresi ke bawah sadar. Terapi seperti ini dinamakan asosiasi bebas. Si
pasien di buat relaks, terkadang dihipnotis, dan dibiarkan bicara segala hal
yang ada di pikirannya. Dari ucapan-ucapannya tersebut, seorang terapis akan
menentukan motif-motif bawah sadarnya.
Landasan
psikoterapi transpersonal adalah bagaimana memandang klien sebagai mahluk yang
mempunyai potensi kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari keseluruhan semesta.Dalam tataran praktisnya, proses gangguan
mental, lebih diakibatkan faktor internal dalam dirinya yang tidak bisa
menempatkan diri dalam bagian keseluruhan tersebut. Dalam beberapa metode,
jenis terapi yang diberikan ada beberapa kesamaan dengan psikoterapi
humanistik.
Konsep
bahwa manusia menerapkan bagian yang tak terpisahkan dari semesta secara
keseluruhan sangat kuat dalam pandangan mistik Timur. Dalam agama hindu, kita
mengenal konsep Hiranyagarbha, sebagai pikiran universal yang menjadi basis
penciptaan dunia. Sehingga dengan mencoba menghubungkan dan menjernihkan
pikiran kita dalam pikiran Brahman, dengan sendirinya potensi spiritual kita
akan tergali.
Dengan
kata lain, jika dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan
bersinggungan dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang
dikembangkan akan berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam
tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik
Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat
kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik,
sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan
fisik yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dari sini
kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal
adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi
pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali
seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara
sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback.
Pada
daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot
tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu,
sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi,
baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam
perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian,
terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh. Menurunkan
tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas
tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis
yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini.
Jenis
terapi lainnya dengan tujuan yang sama, untuk relaksasi, ialah meditasi.
Tentunya ada beberapa tingkatan meditasi, mulai dari hanya mengatur irama
napas, sampai kepada meditasi tingkat tinggi yang membuka kesadaran-kesadaran
di luar kondisi normal (altered states of consciousness). Ada juga terapi medan
energi, seperti chikung, chakara, aura, yang merupakan badan energi atau benda
mental yang juga sekaligus menggambarkan kondisi kesehatan mental seseorang.
Biofeedback dan meditasi adalah jenis-jenis psikoterapi yang sangat umum
dipakai oleh para ahli psikologi transpersonal.Tapi ada kecenderungan
belakangan ini, terapi yang dipakai sudah agak meluas. Misalnya di Anand
Ashram, selain meditasi dan yoga, juga dibarengi dengan terapi menggunakan
musik, terutama musik-musik religius, wangi-wangian (aromaterapi) dan
visualisasi. Bahkan lebih jauh lagi, teknik-tenik yang biasa digunakan oleh
para mistikus dari agama-agama lainnya, juga digunakan untuk terapi mental,
seperti zikir, bacaan Kitab Suci, mantra, doa dll.
Psikoterapi transpersonal tidak dapat didefinisikan dengan teknik. Namun
bagi semua teknik bisa menjadi transpersonal setelah diberi kerangka
transpersonal.
Perspektif lebih besar pada
psikoterapi transpersonal menjadikannya tidak dibatasi oleh pendekatan yang
spesifik, namun dapat disesuaikan dengan cara mencocokkan beragam variasi
teknik. Beberapa teknik yang mungkin dapat dipraktekkan adalah: interpretasi,
refleksi, memfokuskan, penjelajahan kognisi, konfrontasi, bermain peran, guided
imagery, dreamwork, olah tubuh/bodywork (seperti bioenergetik, kesadaran
indrawi, yoga, tai chi, aikido, biofeedback, dll.), olah nafas (breathwork).
Psikoterapis
merupakan orang yang berurusan dengan perihal pengentasan terhadap penderitaan
emosional. Penderitaan muncul dari kesulitan-kesulitan yang tersamar seperti
stres, kecemasan, depresi, masalah perilaku, konflik interpersonal,
kebingungan, dan putus asa (Germer, 2005).
Menurut
Rowan (1993) serta Kasprow dan Scotton (1999) pada orang sehat perubahan
kesadaran dapat melahirkan kualitas manusia tertinggi, seperti altrusime,
kreativitas, intuisi, inner voice, dan peak experience. Bagi individu yang
kurang berkembang egonya, pengalaman-pengalaman perubahan kesadarannya mirip
dengan psikosis. Artinya, kondisi transpersonal kelihatan mirip dengan
psikosis. Berkaitan dengan terapi, psikologi transpersonal tidak menolak
terapi-terapi yang sudah ada. Tetapi menambahkannya dengan terapi yang
menggunakan latihan perubahan kesadaran, seperti: hypnosis, meditasi, dan
guided imagery (Rowan, 1993; Kasprow & Scotton, 1999). Sementara menurut Davis (2005) psikoterapi
transpersonal adalah betul-betul eklektik, penggambaran dari teknik-teknik dan
pemahaman dari variasi psikologi yang
luas dan sumber-sumber spiritual.
Psikoterapi transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan
cakupan yang luas dan penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya
adalah modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt,
psikodinamika, dream-work, terapi musik dan seni, serta meditasi. Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik
kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa
terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini.
Segall
(2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme)
bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi klinis
Barat.Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan
nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone
mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk membantu
klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis.
Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode
Seemorg Matrix Work sebagai psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara
teoritis maupun metodologis, dasar dari Seemorg adalah sintesa dari pendekatan
spiritualitas Timur, psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Seemorg
diperoleh dari konsepsi ketuhanan manusia yang merupakan inti dari ajaran
Hinduisme, gagasan realitas archetypal dan struktur psyche (dari psikologi
analitik), filsafat Platonik, serta aplikasi interrelasi antara semua bagian
dan tingkatan manusia baik dari psikoneuroimunologi maupun Buddhisme.
Rowan
(1998) mencoba mengintegrasikan konsep resonansi, experiential listening,
countertransference, menjadi satu (being aligned), bekerja dalam hubungan yang
dalam (working at relational depth), the four- dimensional state, penyatuan
hubungan I-Me (the unifying I-Me relationship), inklusi (inclusion),
membayangkan hal yang nyata (imagining the real) dan melding merupakan fenomena
linking.
Rowan (2000) juga menggunakan meditasi, spiritual
bibliotherapy, serta latihan- latihan tambahan seperti holotropic breathwork,
LSD, hipnosis, yoga, visualisasi, dan psikodrama.
KONSEP DASAR
Psikologi
transpersonal menguji beberapa konsep, beberapa di antaranya adalah pengalaman
puncak, self-transcendence, optimal mental health, spiritual emergence,
developmental spectrum, dan meditasi.
Topik
kesadaran, perubahan kesadaran, meditasi, kebangkitan spiritual, spektrum
per-kembangan, flow, psikologi dan energi, psikosintesis, serta psikoterapi
transpersonal.
TINGKAT KESADARAN
Berkaitan dengan tingkatan kesadaran (level of
consciousness), salah satu teori tingkat kesadaran adalah teori gelombang otak
(brainwave). Electroencephalogram (EEG) yang merupakan suatu mesin yang
mengukur dan merekam aktivitas otak manusia. Aktivitas EEG berkaitan dengan
amplitudo dan frekuensi, dimana dalam frekuensi, EEG dapat dibedakan menjadi
gelombang beta (13-30 Hz), gelombang alpha (8-13 Hz), gelombang theta (4-7 Hz),
dan gelombang delta (0.5-4 Hz).
Keadaan beta adalah keadaan yang sadar, atau pada saat
perhatian kita terbagi. Dalam keadaan
ini, seseorang menjadi sangat logis, analitis, dan aktif. Suatu keadaan
untuk melakukan banyak hal dan disertai dengan stres yang bisa jadi makin
menguat.
Keadaan alpha berkaitan dengan keadaan relaks dan tanpa
stres. Keadaan ini juga merupakan
pembuka jalan menuju kekuatan bawah sadar yang besarnya adalah 88% yang
jarang atau tidak pernah kita gunakan
dalam kesadaran. Dalam keadaan alpha, konsentrasi seseorang menjadi terpusat,
karena hanya berpikir tentang satu hal pada suatu saat. Ketika seseorang
berpikir dua hal secara bersamaan, maka
ia tidak lagi berada dalam keadaan alpha, namun dalam keadaan beta.
Keadaan theta adalah
keadaan dimana pikiran
menjadi kreatif dan
inspiratif. Kreativitas sejati
dan penyembuhan yang hebat ada pada keadaan ini. Keadaan theta adalah juga
keadaan dimana seseorang bermimpi yang ditandai dengan pergerakan mata yang
cepat (REM – rapid eye movement) dan dalam
keadaan tertutup. Selain itu, keadaan gelombang theta adalah keadaan yang
sangat sugestif dan sangat menyehatkan.
Suatu keadaan meditatif yang banyak dicari di tempat-tempat yang tinggi di
Tibet oleh para yogi dan maharishi.
Keadaan delta adalah keadaan pada saat kita sedang tidur
nyenyak tanpa mimpi. Keadaan tidur nyenyak (deep sleep) ini adalah keadaan
penyembuhan dan peremajaan sel tubuh. Ketika sakit, seseorang tidur lebih
banyak karena tubuh berusaha menyembuhkan diri sendiri (MacGregor, 2001).
Dalam tradisi India dikenal pula dengan tingkat kesadaran
yang dikenal dengan Chakra Yoga, yang meliputi tujuh tingkatan (Rowan, 1993):
1. tingkat dasar
(bagian yang disebut sebagai body)
2. tingat seksual
(bagian dari body)
3. tingkat enerji
aktif (bagian ketiga dari body)
4. tingkat hati
(dikenal sebagai emosi)
5. tingkat
tenggorokan (komunikasi atau dikenal sebagai intelektual)
6. tingkatan mata
ketiga (tingkatan jiwa/soul)
7. seribu mahkota
bunga teratai (tingkat spirit) sebagai individu dan sebagai anggota suatu budaya.
Beberapa Konsep Dasar
Psikologi transpersonal menguji beberapa konsep, beberapa di
antaranya adalah (Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004): pengalaman
puncak, self-transcendence, optimal
mental health, spiritual
emergence, developmental spectrum, meditasi, kesadaran, perubahan
kesadaran, flow, psikologi dan energi, psikosintesis, serta psikoterapi
transpersonal.
Chakra Yoga
Sementara itu, Huston Smith (dalam Kazlev, 2004) lebih
mengacu pada empat tingkatan yang
menyinggung baik mikrokosmos (manusia sebagai individu) maupun makrokosmos (alam
semesta dan realitas secara keseluruhan):
1.
Spirit/Infinite : tidak terbatas.
2. Soul/Celestial
: surgawi.
3.
Mind/Intermediate : dunia dalam semua aspek yang tidak kelihatan
(invisible): pikiran dan prinsip-prinsip vital.
4.
Body/Terrestrial : dunia yang kelihatan (visible): ruang, waktu dan
keadaan (matter).
Altered
state of consciousness (ASC)
atau kesadaran yang
berubah adalah koneksi antara
kesadaran dan bawah sadar. Koneksi ini dengan sendirinya akan mengarah menjadi
keadaan bawah sadar (Green, 2001). Atau,
dalam pengukuran EEG seseorang yang melakukan meditasi adalah koneksi antara
keadaan beta menjadi keadaan alpha atau theta (Johnston, 1993 dalam Rychlak,
1997).
Suatu altered state of consciousness (ASC) dapat hadir
secara mendadak dalam kondisi
demam, kekurangan tidur, kondisi
lapar, kekurangan oksigen, pembiusan atau trauma kecelakaan. Secara intensif,
ASC dapat juga dicapai melalui hypnosis, meditasi, berdoa, yoga atau
dzikir. Kadang-kadang ASC juga dapat
dicapai melalui penggunaan obat-obatan, racun tanaman ataupun zat psikoaktif
seperti LSD, 2C-I, peyote, marijuana, mescaline, datura
(Jimson weed), dan
alkohol (Wikipedia encyclopedia, 2005). Sementara menurut Rychlak (1997) ASC
dapat dicapai melalui hypnosis, lucid dreaming, channeling, dan meditasi. Juga,
trance dan kesurupan (Suryani & Jensen, 1993).
Kriteria Pengalaman untuk Mendeteksi ASC
1. EXTEROCEPTION
(mengindra dunia luar)
Perubahan beragam pengindraan yang dicirikan dengan persepsi
terhadap dunia, cahaya yang bersinar pada tepi benda-benda dan perhatian atau
aksentuasi pada kedalaman visual.
2. INTEROCEPTION
(merasakan tubuh)
Perubahan dalam mempersepsi citra tubuh (body image), baik
bentuk atau ukuran Perubahan dalam
mendeteksi parameter fisiologis
seperti akselerasi atau perlambatan detak jantung, pernafasan, otot, dan
getaran.
Persepsi
kekinian terhadap perasaan
tubuh yang bersifat
khusus dan tidak
seperti biasanya, seperti
perasaan adanya energi dalam tubuh, secara umum atau pada tempat- tempat
tertentu, seperti pada punggung; perubahan kualitas energi yang mengalir di
tubuh, dapat secara intensitas, fokus atau menyebar.
3.
INPUT-PROCESSING (melihat stimuli yang bermakna)
Pengindraan yang menggairahkan, terlibat, dan dengan
kenikmatan penguatan atau penurunan intensitas pengindraan, perubahan dominasi
tingkatan interaksi pada beragam modalitas indra, Ilusi, halusinasi, persepsi
terhadap pola-pola dan benda-benda yang bertentangan
dan tidak sama dengan yang diketahui sehari-hari.
4. EMOTIONS
(emosi-emosi)
Perubahan dalam respons-respons emosi seperti: menjadi
terlalu responsive, kurang responsive,
tidak responsive, dan responsive namun
dengan cara yang sangat berbeda.
5. MEMORY
(ingatan)
Perubahan dalam kontinuitas ingatan yang berlebihan; salah
satu dari perasaan implisit dimana kontinuitas adalah kekinian atau suatu
pemeriksaan eksplisit dari ingatan yang menunjukkan pengalaman kekinian yang menjadi konsisten dengan
ingatan yang memastikan kekinian, dengan kesenjangan-kesenjangan mengesankan
adanya perubahan kesadaran atau pemeriksaan hal-hal yang rinci pada persepsi
lingkungan (eksternal atau internal terhadap ingatan-ingatan dari bagaimana
seharusnya mendeteksi ketidaksesuaian.
6. TIME SENSE
(perasaan terhadap waktu)
Perasaan tidak biasa tentang here-and-nowness (di sini dan
sekarang) Perasaan terhadap waktu yang melambat atau semakin cepat. Perasaan
terhadap orientasi masa lalu dan masa depan, tanpa memperhatikan hubungannya dengan masa kini.
Perasaan kualitas waktu yang bersifat archetypal pengalaman yang bukan
keduniawian.
7. SENSE OF
IDENTITY (perasaan terhadap identitas)
Perasaan terhadap identitas yang tidak biasa seperti
Keterasingan, tidak terpengaruh, perspektif identitas atau identitas-identitas yang tidak biasa.
8. EVALUATION AND
COGNITIVE PROCESSING (pemrosesan evaluasi dan kognisi)
Perubahan tingkatan berpikir, Perubahan kualitas berpikir,
semakin tajam, Perubahan kaidah-kaidah logika (jika dibandingkan dengan
kaidah-kaidah umum dalam ingatan).
9. MOTOR OUTPUT
Perubahan kontrol diri secara umum atau secara kualitas,
Perubahan citra tubuh, cara tubuh merasakan ketika bergerak, sinyal umpan balik
yang memandu tindakan, Kegelisahan, tremor, kelumpuhan sebagian.
10. INTERACTION WITH
THE ENVIRONMENT (interaksi dengan lingkungan)
Tindakan
yang merupakan perilaku yang tidak biasa, ketidaksesuaian sebagai konsekuensi
hasil dari perilaku yang bersifat segera atau lebih lama. Perubahan dalam antisipasi
sebagai konsekuensi dari perilaku spesifik (dapat berupa
praperilaku atau belajar dari pengamatan, Perubahan dalam kualitas suara,
Perubahan dalam merasakan tingkat
orientasi atau kontak dengan segera terhadap lingkungan, Perubahan dalam
keterlibatan vs keterlepasan dengan lingkungan, Perubahan dalam komunikasi
dengan orang lain menjadi tidak cocok
atau terjadi perubahan dalam pola
komunikasi.
PANDANGAN FRANKL
Pandangan
Frankl tentang kesehatan psikologi menenkankan pentingnya kemauan akan arti.
Frankl adalah psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di
samping dimensi ragawi dan jiwa, serta beranggpan bahwa makna hidup ( the
meaning of life ) dan hasrat untuk hidup bermakna ( the will to meaning )
merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna ( the
meaningful life ) yang didambakannya yang harus diraih oleh setiap orang.
Menurutnya Orang yang sehat selalu memperjuangkan tujuan
yang memberikan arti bagi kehidupan. Suatu kepribadian yang sehat mengandung
tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai atau diselesaikan,
suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagaimana sehausnya kita. Jurang
pemisah ini berarti bahwa orang-orang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang
memberikan arti bagi kehidupan. Orang-orang ini terus berhadapan dengan
tantangan untuk memperoleh maksud baru yang harus dipenuhi. Kehidupan yang
tidak memiliki arti, kita tidak memiliki alasan untuk meneruskan kehidupan.
Frankl mengintegrasikan fenomena spiritualitas dalam sistem
psikofisik dan kepribadian manusia serta memanfaatkannya dalam metode
psikoterapi. Ia pun menunjukkan bahwa spiritualitas adalah dimensi penting
dalam eksistensi manusia disamping ragawi, kejiwaan, dan sosil budaya. Manusia
seutuhnya dalam pandangan Logoterapi adalah unitas
bio-psiko-sosikultural-spiritual.
Frankl dalam logoterapinya mengakui manusia sebagai makhluk
yang memiliki kebebasan berkehendak sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik
bagi dirinya sesuai julukan kehormatan bagi manusia sebagi the self detemning
being.
Logoterapi menekankan pentingnya penemukan makna pada setiap
kejadian yang dialami, dan bukan diberikan oleh pihak lain. Hal ini juga
berlaku pada keimanan, harapan, dan cinta, semua itu tidak bisa ditawarkan oleh
suatu kehendak baik diri kita sendirin maupun orang lain.makna adalah fenomena
yang murni bersifat persepsual.
Dalam kesehatan psikologis, logoterapi menekankan pentingnya
‘kemauan akan arti’, memposulatkan kehendak untuk
makna sebagai sumber utama motivasi pada manusia, menggunakan jiwa dan pikiran
untuk menciptakan keseimbangan dan kesehatan jiwa.
Kekurangan arti dalam kehidupan, bagi frankl, merupakan
suatu neurosis; dia menyebut kondisi ini noogenic neurosis. Inilah suatu
keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud. Orang yang tidak merasakan
kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang semacam ini berada dalam kekosongan
eksistensial (existential vacuum).
Logoterapi mencakup tiga arti yaitu sebagai arti eskistensi
manusia, sebagai kebutuhan manusia akan arti, dan teknik terapi khusus untuk
menemukan arti dalam kehidupan.
Frankl percaya bahwa hakikat eksistensi manusia terdiri atas
tiga faktor yang saling berkaitan, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung
jawab. Spiritualitas merupakan sesuatu di luar kehidupan materi, dapat
dipengaruhi oleh dunia material, tetapi tidak dihasilkan atau disebabkan oleh
dunia material. Hal ini perlu diakui eksistensinya dalam diri manusia.
Kebebasan berkaitan dengan kapasitas spiritual kita yang tidak terbatas seperti
dunia material. Frankl menegaskan bahwa kita tidak didikte oleh faktor
nonspiritual (insting, faktor bawaan lahir, kondisi lingkungan). Kita memiliki,
dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan
bertingkah laku sesuai dengan kriteria jiwa yang sehat. Tanggung jawab
merupakan konsekuensi dari pilihan bebas. Kita tidak cukup bila hanya merasa
bebas untuk memilih tingkah laku, tetapi harus menerima tanggung jawab atas
pilihan kita.
PANDANGAN MASLOW
Maslow
mengungkapkan bahwasanya manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal
yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai ke yang paling
lemah. Kebutuhan yang paling rendah dan kuat harus dipuaskan sebelum muncul
kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya sampai muncul kebutuhan kelima dan yang
paling tinggi yaitu aktualisasi-diri.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisai diri adalah
memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah. Keempat
kebutuhan tersebut adalah:
1.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
2.
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
3.
Kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta
4.
Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan
yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur, dan seks. Pemuasan terhadap
kebutuhan-kebutuhan ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia
sehingga dikategorikan sebagai kebutuhan yang paling kuat. Apabila kebutuhan
tersebut telah terpuaskan maka kebutuhan itu sudah tidak masuk lagi ke dalam
daftar kebutuhan, sehingga kebutuhan fisiologis memainkan peran yang minimal
dalam kehidupan.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan fisiologis mendorong
manusia untuk mencapai tingkat kebutuhan selanjutnya, yaitu kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan
jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan
kecemasan. Namun, pribadi-pribadi yang sehat tidak menekankan secara berlebihan
kebutuhan jenis ini melainkan hanya memenuhinya secara secukupnya.
Kebutuhan selanjutnya setelah kebutuhan akan rasa aman
terpenuhi adalah kebutuhan akan memiliki dan cinta. Pemenuhan kebutuhan ini
adalah dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang
lain sehingga memberi dan menerima cinta berkedudukan sama pentingnya.
Apabila kebutuhan akan memiliki dan cinta berhasil dipuaskan
maka manusia membutuhkan penghargaan, yakni penghargaan dari orang lain dan
penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan dari luar dapat berdasarkan
reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise atau keberhasilan. Namun,
penghargaan dari luar tak berarti jika manusia merasa rendah diri. Untuk
mendapatkan penghargaan terhadap diri sendiri, manusia hendaknya mengenal diri
mereka sendiri dan menilai secara objektif kelebihan-kelebihan dan
kelemahan-kelemahan diri.
Kebutuhan selanjutnya, yang paling tinggi adalah kebutuhan
akan aktualisasi-diri. Aktualisasi-diri adalah perkembangan yang paling tinggi
dan melibatkan semua potensi serta pemenuhan semua kualitas dan kapasitas
manusia. Gagal terhadap pemenuhan kebutuhan ini menyebabkan manusia tidak akan
berada dalam damai dengan dirinya dan tidak bisa disebut sehat secara
psikologis.
Kelima tingkat kebutuhan tersebut di atas merupakan tingkat
pertama dari dua tingkat kebutuhan yang beroperasi menurut Maslow.
Kebutuhan-kebutuhan tingkat kedua, juga yang dibawa sejak lahir, adalah
kebutuhan untuk mengetahui dan untuk memahami. Biasanya pada anak-anak persaaan
ingin tahu lebih besar, daripada untuk memahami.
Orang yang sehat akan terus-menerus ingin tahu tentang
dunianya. Mereka ingin menganalisa dan mengembangkan kerangka untuk memahami
dunianya. Kegagalan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengakibatkan kekecewaan.
Sedangkan kepribadian yang memiliki sedikit persaaan ingin tahu tidak mungkin
terlibat dalam kehidupan. Semangat hidupnya pun kurang. Mereka tidak mungkin
menjadi orang yang mengaktualisasi-diri, apabila tidak memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Jika individu tidak mengetahui dan memahami dunia
sekitarnya, maka individu tidak dapat berinteraksi dengan sekitarnya secara
efektif untuk mencapai jaminan, cinta, penghargaan dan pemenuhan.
Maslow berpendapat bahwa apabila manusia dapat melepaskan
potensi itu, maka semua dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang
ditemukannya dalam orang-orangnya yang mengaktualisasikan-diri.
Prabowo, Hendro. 2008. Pengantar Psikologi Transpersonal.
Jakarta: tidak diterbitkan
0 komentar