Cerita Rakyat: LUTUNG KASARUNG
Tokoh
:
1. Narator : Dian 8. Patih : Irsad
2. Lutung Kasarung : Manggala 9. Pengawal 1 :
Hardiyanto
3. Raja : Rudi 10. Pengawal 2 : Nur
4. Ratu : Jeni 11. Rakyat : Yuli
5. Purbararang : Bella 12. Dayang : Avi
6. Purbasari : Rina 13. Penyihir 1 : Huda
7. Indrajaya : Eko 14. Penyihir 2 : Unik
Sutrada dan Penulis Naskah : Neda
Sutrada dan Penulis Naskah : Neda
LUTUNG
KASARUNG
Narator :“Alkisah pada zaman dahulu kala di Pulau Jawa ada
sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja yang bijaksana, beliau dikenal
sebagai Prabu Tapak Agung. Prabu Tapak Agung mempunyai seorang istri yang
dikaruniai dua orang putri yang kini sudah dewasa dan sangat cantik jelita.
Akan tetapi, sifat kedua putrinya sangatlah berbeda. Kedua putri tersebut
bernama Purbararang dan adiknya Purbasari lulur mandi. Hingga akhirnya pada
suatu hari, sang ratu Prabu merasa cemas karena usia sang raja prabu sudah
terlalu tua untuk memimpin kerajan di negeri ini.”
*Intro*
#Adegan 1
(Di kamar)
Ratu Prabu :
“(sambil memegang bahu )Kanda,
sepertinya usiamu sudah tua untuk memimpin kerajaan ini. Bagaimana jika
kita serahkan saja kerajaan ini kepada salah satu putri kita?”
Raja Prabu :
“(sambil batuk) Ukhukhuk.. Kamu benar Dinda, sebaiknya kita serahkan tahta ini
kepada Purbasari putri bungsu kita.”
Ratu Prabu :
“Tapi bagaimana dengan Purbararang? (dengan
wajah bingung).”
Raja Prabu :
“Hem.. Kita sudah merawat mereka sejak kecil, jadi kita sudah tahu sifat-sifat
mereka. Dan menurutku Purbasarilah yang pantas untuk meneruskan tahtaku.”
#Adegan 2
Narator : “Prabu
Tapak Agung dan ratu keluar dari kamarnya untuk memberitahu kedua putrinya.”
Raja Prabu :
“Dayang kemarilah! Panggillah kedua putriku kemari!”
Dayang :
“Enggih Tuan, kula bade mlebet untuk memanggil Tuan Putri.”(Dayang bergegas memanggil Purbararang dan Purbasari)
Narator : “ Purbararang dan Purbasari pun
menghadap kepada Ayahandanya.”
Purbasari :
“Ada apa Ayahanda memanggil kami berdua kemari?”
Raja Prabu : “Begini putriku, usia Ayah sudah semakin tua
untuk memimpin kerajaan ini. Ayah akan menyerahkan tahta ini kepada Purbasari.”
Purbararang :
“APA..! Ayah akan menyerahkan tahta kerajaan ini kepada Purbasari, semantara
aku adalah anak sulungmu. Ayah tidak adil” (dengan
wajah memerah)
Indrajaya : “Ya ayahanda, seharusnya Purbararang
yang menjadi penerusmu!”
Purbasari : “Mohon ampun ayahanda. Tetapi, bukankah sebaiknya
yang mewarisi tahta kerajaan ini adalah kakanda Purbararang? Karena ia lebih
pantas dibandingkan ananda.”
Raja Prabu :“Tidak bisa, keputusanku sudah bulat.”
Narator : “Kemarahan yang memuncak membuat Purbararang menangis
dan meninggalkan ruangan.”
Raja Purba :
“Patih, beritakanlah pada seluruh pelosok
negeri bahwa Purbasari akan menjadi ratu di kerajaan ini!”
Patih : “Baik, paduka raja!”
#Adegan 3
Patih : “Pengumuman, Paduka raja sudah mewariskan
tahta kerajaannya kepada putri Purbasari. Dan seminggu lagi akan diadakan penobatan
putri Purbasari.”
Rakyat : (Merasa
senang) “Wah, akhirnya yang terpilih adalah putri Purbasari. Kerajaan ini
akan senantiasa tentram.”
#Adegan 4
Narator : “Sebelum penobatan Purbasari menjadi seorang Ratu,
Purbararang sangat bingung dan risau ia pun mempunyai niat mencelakai adiknya. Ia bersama tunangannya pergi untuk
mencari seorang penyihir di tengah hutan dengan harapan dapat membantunya dalam
menjalankan niat jahat Purbararang menggagalakan penobatan Purbasari sebagai
seorang Ratu kerajaan.”
Purbararang :
“Kakang, ayo cepatan jalannya.” (sambil
menarik tangan Indrajaya)
Indrajaya :
“Sabar Dinda, ini sedang jalan.” (dengan
nada sedikit marah)
Sampailah mereka
ditengah hutan, mereka pun menemukan rumah para penyihir dan bergegas menemui
para penyihir tersebut.
Penyihir 2 : “Pasti mereka mempunyai niatan buruk
karena telah mendatangi kita.”
Penyihir 1 :
(tertawa) “Hihihi.. Sedang apa kalian
datang kemari?”
Purbararang : “Hai
penyihir!, bisakah kamu menyihir Purbasari menjadi jelek.”
Penyihir 1 :
“Jangankan merubahnya jadi jelek, membuatnya matipun kami bisa. Ha .. ha .. ha”
Penyihir 2 : (tertawa)“Tentu
bisa tuan putri, kita adalah penyihir yang dapat menyihir apapun, tapi…… Apa
imbalan untuk kami?”
Purbararang : “Aku akan memberimu emas yang banyak yang
penting Purbasari menjadi jelek.”
Penyihir 1 : “Baiklah
kalau seperti itu tuan putri!”“(Tertawa).”
Penyihir 2 : (sambil
memberikan ramuan yang telah yang dibuatnya)“Ini, berikan ramuan ini kepada
Purbasari. Dia akan mengalami kulit yang membusuk.”
Purbararang :
(tersenyum pahit lalu tertawa)
“Terima kasih, Ini ada kepingan emas untuk kalian.”
Penyihir
2 : “Tapi
kami tidak mau bertanggung jawab dan ikut campur dengan apa yang akan terjadi
selanjutnya. Ha..ha..ha..
Setelah mendapatkan
ramuan itu Purbararang dan Indrajaya bergegas pulang menuju kerajaan.
#Adegan 5
(Di
dapur)
Haripun sudah mulai
gelap, tiba waktunya untuk makan malam bagi keluarga kerajaan. Dayang pun menyiapkan
makanan untuk santapan makan malam.
Purbasari :
“Dayang..sudah siapkah makanannya?” (dengan
nada lembut)
Dayang :
“Enggih putri, sebentar lagi makanannya siap. Tungguhlah sebentar.”
Purbararang :
“Sebentar, aku akan membantu dayang untuk menyiapkan makanan.” (tersenyum sok manis)
Tanpa sepengetahuan
Dayang, Purbararang memberikan ramuan yang diberikan para penyihir. Dan
Purbararang membawakan makanan menuju meja makan.
Purbararang :
“Silahkan dinikmati adikku.” (sembari
menyajikan makanan didepan meja makan Purbasari)
Purbasari :
“ Terima kasih Kak.” (tersenyum manis)
Mereka pun menikmati
hidangan makan malam. Hingga keesokan harinya, di seluruh Kerajaan terdengar
heboh bau amis yang menusuk hidung. Ternyata bau amis dan busuk tersebut berasal
dari kamar Purbasari.
Raja Prabu :
“Pengawal bau amis dan busuk apakah ini?” (sambil menutupi hidungnya)
Pengawal 1 :
“Bau ini berasal dari kamar Purbasari, Raja.”
Ratu Prabu :
“Tidak mungkin! Bau ini berasal dari kamar Purbasari. Purbasari
adalah putri yang bersih dan wangi.” (sambil
mengoceh)
Patih :
“Iya sudah mari kita kesana untuk membuktikannya yang mulia.”
#Adegan 6
Semakin dekat menuju
kamar Purbasari, semakin tercium aroma amis dan busuk dari Purbasari.
Sampai-sampai keluarga kerajaan pun hampir tidak kuat untuk mencium aromanya.
Purbararang : “Lihat ayahanda, masa ayahanda menunjuk
orang yang terkutuk seperti itu sebagai pemegang tahtamu.”
Ratu prabu :“Apa yang telah terjadi pada dirimu
putriku!”(menangis lalu mendekap
purbasari)
Purbararang : “Orang
yang terkutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang ratu!.”
Raja Prabu : “Betul
putriku, pengawal cepat bawa dia pergi dari kerajaan ini sebelum rakyat
mengetahui hal ini!.”
Purbasari : “Ayah, ibu, jangan usir aku, aku juga tidak tahu apa yang
terjadi padaku. (menangis).”
Raja Prabu:
“Berhenti menangis putriku, pengawal cepat seret dia!.”
Pengawal 2 : “Baik tuanku, akan saya laksanakan!.”
Purbararang dan
Indrajaya: “(Tertawa senang).”
Sang pengawal serta
Patih pun membawa Putri Purbasari ke hutan yang jauh dari pemukiman rakyat.
#Adegan 7
(Di hutan)
Sampailah mereka di
hutan. Sang Patih dan para pengawal membuat rumah dari bambu untuk tempat
tinggal Purbasari.
Patih :
“Purbasari, tinggallah kau disini! Paman akan mengirim persedian makanan untukmu.
Jagalah dirimu disini baik-baik. Penderitaan ini akan segera berakhir.
Bersabarlah! (sembari menepuk pundak
Purbasari pelan)
Purbasari :
“Iya Paman terima kasih atas semuanya. Pergilah! Aku tahu kau pasti tidak kuat
mencium bau busuk badanku ini.” (dengan
wajah sedih)
Sang Patih pun pergi kembali ke istana.
Di tengah hutan belantara, Purbasari hidup dengan damai yang ditemani oleh
berbagai macam hewan. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam
yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari.
Lutung kasarung namanya, iaselalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan
bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Lutung Kasarung: “(Muncul dari semak-semak). Tuan putri…….
Jangan takut, nama saya……… Lutung Kasarung. Saya hhanya ingin berteman ……..
dengan tuan putri…….”
Purbasari : “Baiklah,
aku akan berteman denganmu.”
Pada saat malam bulan purnama, Lutung
Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia
sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung
merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya
mengandung obat yang sangat harum. Dan keesokan harinya Lutung Kasarung menemui
Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut.
Lutung Kasarung : “Tuan putri, mandilah di telaga
ini.”(sambil menarik tangan Purbasari menuju
telaga)
Purbasari :
“Apa manfaatnya bagiku?” (pikir
Purbasari)
Lutung Kasarung : “Ceburkan dirimu!.”
Purbasari :
“Baiklah akan kuturuti kemauanmu.”
Akhirnya Purbasari menceburkan
dirinya ke telaga. Tak lama setelah Ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi
pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik
kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga
tersebut.
Purbasari : (kaget)“Wahh…….
Apa yang terjadi padaku….. aku kembali seperti semula. Lutung terima kasih.”
Lutung
Kasarung: “Ya putri sama-sama.”
Setelah beberapa bulan penobatan Purbararang
sebagai ratu di kerajaan, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di
hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan pengawalnya. Ketika sampai di hutan, ia
akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak
percaya melihat adiknya kembali seperti semula.
Purbararang :
“Apa? Kenapa kau bisa berubah seperti
dulu lagi?” (sambil wajah kebingungan)
Purbasari :
“Tidak perlu kau tahu, bagaimana aku bisa kembali seperti ini. Yang jelas
dengan aku yang seperti ini, aku bisa kembali melanjutkan amanat yang
telah Ayahanda berikan kepadaku untuk memimpin kerajaan.”
*intro*
Purbararang :
“Tidak! Tidak bisa, akulah sang ratu. Aku sudah dinobatkan sebagai ratu
beberapa bulan yang lalu!” (dengan
nada tinggi)
Purbasari :
“Tentu saja bisa, ini adalah amanat Ayahanda dan tidak ada yang bisa menentang
amanat Ayahanda.
Purbararang :
“Baiklah, bagaimana jika kita adu ketampanan tunangan kita?” (Sambil menarik Iengan Indrajaya) “Mana
tunanganmu?”
Purbasari :
(kebingungan, kemudian tanpa sadar Ia menarik Lutung Kasarung) “Ini, inilah
tunanganku. (tanpa ragu)
Purbararang dan Indrajaya :(tertawa
terbahak-bahak melihat Purbasari membawa sang Lutung)
Purbararang :
“Jadi monyet itu tunanganmu?”
Purbasari :
(diam dan membisu)
Dengan seketika,
saat Purbararang dan Indrajaya tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba mereka
terkejut melihat sesosok Lutung yang berubah menjadi pangeran tampan.
Lutung Kasarung: “Akulah wujud asli dari seekor lutung. Dan aku akan
segera menikahi Purbasari.”
Purbararang :
“ Apa tidak mungkin!” (dengan wajah
heran)
Lutung Kasarung :
“Tidak akan ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kau tahu? Aku adalah seorang
pangeran dari Kayangan yang dikutuk.
Purbasari : “Apa kau seorang pangeran?” (dengan wajah kaget)
Lutung Kasarung :
“Ya aku adalah seorang pangeran. Dan kutukanku kini berakhir ketika seorang
gadis mencintaiku dengan hati yang tulus. Dan gadis itu adalah kau Purbasari. (sambil menunjuk Purbasari)
Purbararang :
“Apa? Lalu untuk apa aku memasukan racun kedalam makanan Purbasari, jika
akhirnya dia menemukan kebahagiannya. Ini tak adil!” (dengan nada marah)
Patih dan pengawal
yang mendengar semua percakapan mereka terlihat terkejut.
Mereka pun pulang
menuju kerajaan. Sesampainya di kerajaan Raja memberikan hukuman kepada
Purbararang dan Indrajaya.
#Adegan 8
(Di
aula kerajaan)
Beberapa bulan
kemudian, pesta pernikahan dan penobatan Purbasari menjadi Ratu digelar
dengan meriah.
Lutung Kasarung : “Purbasari, maukah kau menikah denganku menjalani hari-hari dengan
bahagia bersamaku?” (sambil
memegang tangan Purbasari)
Purbasari :
“Tentu Pangeran, aku bersedia kau persunting.” (tersenyum bahagia)
Lutung Kasarung : (mencium tangan Purbasari)
Patih :
“Dengan ini kalian resmi menjadi pasangan suami istri.”
Raja Prabu :”Kalian
sekarang sudah resmi menjadi sepasang Raja dan Ratu. Semoga kalian hidup
bahagia.”
Rakyat
: (tepuk tangan)
Akhirnya Purbasari
dan Lutung Kasarung hidup bahagia didalam kerajaan. Semuanya berbahagia. Sedangkan
Purbararang dan Indrajaya menerima hukuman yang setimpal. Demikian drama cerita
rakyat Lutung Kasarung yang dapat kami persembahkan. Terima kasih. (semuanya menundukan badan)
0 komentar