PENGEMBANGAN INDIGENOUS PSYCHOLOGY DI INDONESIA

by - 10:01 PM


MAKALAH
PENGEMBANGAN INDIGENOUS PSYCHOLOGY DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Indigenous Psychology



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..         i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..          ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………………         1
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………...        1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Landasan Ilmiah Pengembangan Indigenous
 Psychology di Indonesia …………………………………………….         2
B.     Indigenous Psychology dalam Konteks Indonesia …………………        3
C.    Perkembangan Indigenous Psychology di
Indonesia: Kontribusi Universitas Gadjah Mada ………………….        4

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………….          6

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..       7
 
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indigenous psychology merupakan pandangan psikologi yang berdasarkan asal pribumi dan memiliki pemahaman berdasarkan fakta-fakta  atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat.  Pendekatan mendukung pembahasan mengenai pengetahuan, keahlian, kepercayaan yang dimiliki seseorang serta mengkajinya dalam bingkai kontekstual yang ada. Teori, konsep, dan metodenya dikembangkan secara indigenous disesuaikan dengan fenomena psikologi yang ada. Tujuan utama dari pendekatan indigenous psyshcology adalah untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang lebih teliti, sistematis, universal yang secara teoritis maupun empiris yang dapat dibuktikan.
Kemunculan Indigenous psychology tidak lepas dari kebimbangan peniliti psikologi dari Asia yang belajar psikologi di Barat, ketika mereka kembali dan mencoba untuk mengembangkan psikologi di negaranya, mereka menjumpai banyak kesulitan dan mulai mempertanyakan kembali validitasm, universalitas, dan aplikabilitas dari teori-teori psikologi. Indigenous psychology menyajikan suatu pendekatan dimana muatannya (makna, nilai, dan kepercayaan) bersifat kontekstual (keluarga, sosial, budaya, dan ekologi) secara eksplisit menggabungkannya dalam suatu penelitian.


Rumusan Masalah
1.      Bagaimana landasan pengembangan Indigenous Psychology di Indonesia ?
2.      Menjelaskan bagaimana Indigenous Psyhcology dalam konteks Indonesia ?
3.      Bagaimana perkembangan Indigenous Psychology di Indonesia dalam kontribusi Universitas Gadjah Mada ?



BAB II
PEMBAHASAN

Landasan Ilmiah Pengembangan Indigenous Psychology di Indonesia
Implentasi konsep dan teori  psikologi mainstream di Indonesia menyalahi kodrat manusia Indonesia yang bhinneka tunggal ika. Mental manusia yang menjadi focus kajian psikologi tidak serta merta terbentuk dengan sendirinya secara universal, melainkan bersifat kontekstual yang salah satunya dideterminasi oleh factor kultural. Pada konteks Indonesia, nilai-nilai kuktural tidak hanya mengakar kuat pada historis yang dimanifestasikan dalam kehidupan bermasyarakat hingga kini, melainkan juga menampilkan wajah masyarakat heterogen yang multicultural.
Gagasana Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan multicultural bernuansa nasionalis dan bersifat universal pancadharma. Apabila ditinjau secara filosofis, universalitas pancadharma dapat di pahami sebagai formulasi Ki Hadjar Dewantara untuk membangun model pendidikan Indigenous.  Dengan kata lain, sekolah Taman Siswa merupakan wujud indigenisasi system pendidikan Barat yang gagal diimplementasikan di Indonesia. Demikian halnya dengan upaya indigenisasi psikologi mainstream, bahwa pancadharma dapat menjadi asas pengembangan Indigous Psychologi di Indonesia.  Pengembangan indigenous psychology di Indonesia dapat dilakukan dengan mengonversi strategi Trikon yang ditawarkan Ki  Hadjar Dewantara dalam mengembangkan pendidikan berbasis kebudayaan, yang di antaranya kontinuitas, konsentrsitas, dan konvergensi.



Berdasarkan konversi Trikon Ki Hadjar Dewantara, maka pengembangan indigenous psychology di Indonesia dapat dilakukan dengan tiga strategi, yaitu :
1.      Pengembangan wacana dalam riset sistematis merupakan eksplorasi pemikiran-pemikiran kontekstual  Indonesia sehingga dapat dikembangkan menjadi konsep atau teori psikologi yang indigenous.
2.      Pengembangan riset yang berbasis tema merupakan eksplorasi unsur-unsur kultural atau religious di Indonesia, baik berupa ajaran agama, system adata, terminology daerah, maupun symbol-simbol kebudayaan.
3.      Pengembangan riset sintesis psikolgi yang mainstream denga psikologi local merupakan komparasi konsep atau teori Barat-Amerika atau Asia dengan konsep teori local Indonesia.

Indigenous Psychology dalam Konteks Indonesia
Indigenisasi psikologi di Indonesia masih menjadi tanda tanya bagi sebagian akademisi. Keraguan akan urgensi indigenisasi psikologi ini dapat dilatarbelakangi kurangnya perhatian akademisi psikologi untuk melihat budaya sebagai konteks pada penelitian yang dilkakuan. Budaya pada Indonesia merupakan salah satu bahasan penting yang ikut mendeterminasi mental manusia Indonesia. Kenyataan ini tidak terlepas pada fakta historis Indonesia sebagai integrasi dari berbagai bangsa-budaya yang heterogen. Keunikan pengembangan  indigenous psychology di Indonesia seharusnya juga berbeda dengan yang dikembangkan Negara lain.
Di Indonesia, budaya dan agama menjadi unsur paling menonjol. Apabila kembali melihat jejak historis yang lebih jauh, kekuatan budaya dan agama memang dibangun ratusan tahun sebelum Indoseia merdeka bahkan sebelum masa kolonialisme Belanda. Kerajaan-kerajaan pada waktu itu, baik yang dibangun diatas fondasi kultural seperti Majapahit ataupun fondasi agama seperti samudra Pasai, semuanya mempresentasikan bangsa-bangsa yang otonom dan independen. Maka tidak heran jika hingga saat ini manusia Indonesia lebih mempresentasikan budaya dan agamanya dari pada keindonesiaannya. Pengembangan indigenous psychology perlu dilakukan pada konteks Indonesia dan bukan pada konteks budaya tertentu, mengingat bahwa Bhineka Tunggal Ika tidak dipandang sebagai “ketunggalikaan yang bhinneka“ melainkan sebagai “kebhinekaan yang tunggal”.
Keunikan corak manusia berimplikasikan terhadap pengembangan indigenous psychology di Indonesia. Pertama, kondisi ini mempertajam skeptic terhadap relevan dan implementasi psikologi mainstream pada masyarakat non-Barat, khususnya Indonesia yang multicultural. Kedua, indigenous psychology yang memandang budaya sebagai konteks perlu disesuaikan dengan konteks Indonesia. Artinya, pengembangan indigenous psychology tidak cukup jika hanya mengkaji satu masyarakat tertentu.
Pengembangan indigenous psychology di Indonesia perlu dilakukan secara sistematuis dan terstandar, bukan dilakukan secara sporadis segabai gerakan otonom dari daerah-daerah tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan subjek/responden penelitian yang mewakili setiap wilayah Indonesia, atau para peneliti melakukan kolaborasi dengan peneliti lain di berbagai wilayah Indonesia untuk mengkaji satu konsep psikologi tertentu, sehingga temuan penelitian dapat dikatan indigenous yang mempresentasikan manusia di Indonesia.
              Beberapa kajian indigenous psychology di Indonesia memang telah didokumentasikan namun masih belum teruji oleh kebhinnekaan manusia Indonesia. Kajian-kajian tersebut terhitung sebagai temuan indigenous local yang mempresentasikan manusia didearah tertentu saja. Pengembangan indigenous psychology di Indonesia cukup sulit dilakukan. Hal ini tidak hanya dilatarbelakangi oleh kebhinekaan manusia Indonesia, melainkan juga oleh factor geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan yang relative luas. Namun, hal ini bukan factor yang mematahkan semangat gerekan indigenisasi psikologi di Indonesia, melainkan dipandang sebagai salah satu corak indigenisasi yang berbeda dengan Negara lain.

Perkembangan Indigenous Psychology di Indonesia: Kontribusi Universitas Gadjah Mada
Pergerakan indigenous psychology di Indonesia baru terdengar dan mulai populer dalam satu decade terakhir. Padahal secara historis, kesadaran indigenisasi psikologi di Indonesia telah muncul bahkan jauh lebih awak dari pada pergerakan indigenisasi di Filipina dan Taiwan. Adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) yang ketika perintisan pendirian fakultas psikologi pada 1950 hingga 1960-an sudah terdahulu menggunakan istilah indigenous dalam psikologi, yaitu ilmu djiwa sebagai salah satu mata kuliah fakultas Psikologi UGM. Ilmu djiwa merupakan mata kuliah psikologi yang didasari konsep dan nilai Jawa Kuno.
Penggunaan istilah indigenous psychology di Indonesia cukup bervariasi. Beberapa ahli psikologi di Indonesia masing-masing menawarkan terminology dan konsep yang berdekatan dengan indigenous psychology. Ada tiga istilah yang memiliki kedekatan makna dengan indigenous psychology, yaitu :
1.      Psikologi pribumi, memberikan dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Penyebutan psikologi dengan istilah ini akan menimbulkan isu disparitas rasial terutama dengan etnis Tionghoa dan Arab.
2.      Psikolgi Ulayat, yang dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ulayat  berarti hak atau wilayah, umunya digunakan dalam pembahasan mengenai hukum dan hak-hak yang diatur oleh nilai adat.
3.      Psikologi Nusantara, disebabkan karena istilah nusantara lebih merujuk pada keragaman suku bangsa serta wilayah kepulauan Indonesia.
Instutusionalisasi gerakan indigenous psychology di Indonesia melalui pendirian pusat penelitian di beberapa universitas yang tersebar diberbagai kawasan memiliki dua tujuan utama. Pertama, agar gerakan indigenisasi psikologi di Indonesia menjadi terstruktur dengan adanya lembaga yang menaunginya. Kedua, memudahkan proses koordinasi dan kerjasama penelitian antara satu pusat penelitian dengan yang lainnya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indigenous psychology muncul dari budaya setempat, berupa tingkah laku keseharian dipahamai dan diinterpresetasi dalam kerangka pemahaman budaya setempat dan didesain untuk orang-orang setempat. Perkembangan psikologi indigenous di Indonesia dapat dibangun melalui proses indigenisasi yang diwarnai oleh etnik yang ada di Indonesia sebagai sumber pengetahuan budaya setempat.
Indiginius psikologi di Indonesia merupakan tugas besar yang membuthkan kerja sama dari berbagai akademisi maupun praktisi psikologi di Indonesia. Upaya tersebut tidak cukup apabila hanya dilakukan oleh pusat-pusat riset indigenous psychology yang terbesar di Indonesia, melainkan juga membutuhkan, melainkan juga membutuhkan andil para pelajar psikologi yang pada gilirannya akan melakukan penelitian. Dengan demikian maka indigenous psychology di Indonesia dapat terus dikembangkan dari, oleh, dan untuk orang Indonesia baik untuk keperluan akademis maupun praktis.

You May Also Like

0 komentar