PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA
A.PENGERTIAN
EMOSI
Emosi dapat dirumuskan sebagai
satu keadaan yang terangsang dari organisme,mencakup perubahan-perubahan yang
disadari dan mendalam sifatnya yang berkenaan dangan perubahan perilaku (Tim
Dosen FKIP UNTAN,2010 : 99).
Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah “An
emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner
adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and
that shows it self in his event behavior”. Jadi, emosi adalah warna afektif
yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Pada
saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorang, seperti:
-
Reaksi, elektris pada kulit meningkat bila terpesona
-
Peredaran darah bertambah cepat bila marah
-
Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
-
Bernapas panjang bila kecewa
-
Pupil mata membesar bila marah
-
Air liur mengering bila takut atau tegang
-
Bulu roma akan berdiri jika takut
-
Pencernaan menjadi sakit jika tegang
-
Otot menjadi tegang atau bergetar (tremor)
-
Komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
B.HUBUNGAN EMOSI DAN TINGKAH
LAKU
1)
Teori Sentral
Teori Sentral ini dikemukakan oleh
Walter B.Canon.Menurut teori ini,gejala kejasmanian termasuk tingkah laku
merupekan akibat dari emosi yang dialami oleh individu.Jadi individu mengalami
emosi lebih dahulu,baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam
jasmaninya.Dengan demikian,menurut teori ini dapat dikatakan bahwa emosilah
yang menimbulkan tingkah laku,dan bukan sebaliknya.karena seseorang merasa
sedih,maka dia menangis dan kerena seseorang merasa takut,maka dia melarikan
diri.
2)
Teori Peripheral
Teori ini
dikemukakan oleh James dan Lange.Menurut teori ini di-katakan bahwa
gejala-gejala kejasmanian atau tingkh laku seseorang bukanlah merupakan akibat
dari emosi,melainkan emosi yang dialami oleh individu itu sebagai akibat dari
gejala-gejala kejasmanian.Menurut teori ini seseorang bukanny karena takut
kemudian hari,melainkan karena lari menyebabkan seseorang menjadi
takut.Demikian juga seseorang bukan karena sedih sehingga menangis,tetapi
kerena menangis itulah maka menjdi sedih.Seandainya seseorang itu tidak
menangis,maka kemungkinan tidak akan menjadi teramat sedih.Dengan
demikian,menurut teori ini dapat dikatakan bahwa tingkah laku yang menimbulkan
emosi,dan bukan sebaliknya.
3)
Teori Kepribadian
Menurut teori
ini,bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.Maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan jamani.Jasi
antara emosi dan tingkah laku hanya dapat dibedakan ,tetpi tidak dapat
dipisah-pisahkan.
4)
Teori Kedaruratan Emosi ( Emergency theory of the emotion )
Teori ini
dikemukakan oleh Cannon. Teori ini mengemukakan bahwa reaksi yang mendalam dari
kecepatan jantung yang semakin bertambah akan menambah cepatnya alirn darah
menuju urat-urat,hambatan-hambatan pada pencernaan, pangembangan atau pemuaian
kantung-kantung didalam paru-paru dan proses lainnya yang mencirikn secara khas
keadaan emosional seseorang,kemudian menyiapkan organisme untuk melarikan diri
atau untuk berkalahi,sesuai dengan penilaian terhadap situsi yang ada oleh
kulit otak.
Diskusi belakangan dalam hasanah psikologi tentang emosi
adalah mengenai hubungan antara perasaan dengan emosi dan juga hubungan antra
emosi dengm motivasi.Pengalaman menunjukan bahwa apabila seseorang termotivasi
maka ajan terangsang secara emosional untuk melakukan suatu kegiatan dengan
intensitas yang tinggi.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa emosi berhubungan
erat dengan motivasi.Hubungannya dengan motivasi adalah karena termotivasinya
seseorang kemudian mengalami emosi yang pada akhirnya berbuat sesuatu atu
bertingkah laku tertentu.
C. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI
REMAJA
Masa remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa.Pada masa ini
remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik,mental,social dan emosional.Masa ini biasanya dirasakan
sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau
lingkungannya.
Karena berada
pada masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa, maka status remaja
agak kabur,baik bagi dirinya mupun bagi lingkungannya.Conny Semiwan
mengibaratkan : “terlalu besar untuk serbet,tetapi terlalu kecil untuk taplak
meja” karena sudah bukan anak-anak lagi,tetapi juga belum dewasa. Masa remaja
biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan
pengendalian diri belum sempurna.Remaja juga sering mengalami perasaan tidak
aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi kedalam empat
periode, yaitu : periode pra-remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja
akhir.
Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana
dipaparkan berikut ini.
1. Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama
antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas,
tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang
cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi
kaku. Perubahan ini disertasi sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari
luar, responnya biasa berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,
tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin
tampak jelas adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan
alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang
mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula meras terasing, kurang
perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau
memperdukikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat
marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya.
Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi kerena adanya kecemasan terhadap
dirinya sehingga muncul dengan reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh
remaja untuk dapat menuju kea rah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan
masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini
tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari
masyarakat sekiternya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi
masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat
seringkali juga menunjukan adanya kontradiksi antara nilai-nilai moral yang
mereka ketahui, maka tidak jarang pula remaja mulai meragukan apa yang disebut
baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai
mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di
kalangan mereka sendiri.lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya
ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai dengan
alasan yamg masuk akal menurut mereka atau bahkan orang tua atau orang
dewasa menunjukkan perikaku yang tidak
konsisten dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.
4.Periode Akhir Remaja
Selama
periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu
menunjukan pemikiran, sikap dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,
orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada
mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi semakin labih bagus dan lancar
karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relative terkendali serta
emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai
mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secara lebih
bijaksana meskipun belum bisa secara
penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup dipertanggungjawabkan terhadap
dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat (M.Asrori, 2008 : 63-65).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA
Perkembangan emosi seseorang pada
umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.Demikian juga pada
perkembangan emosi remaja. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam
tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada
individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa
tingkah laku emosional, misalnya: agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap
apatis, dan tingkah laku menyakiti-diri seperti : melukai diri sendiri,
memukul-mukul kepala sendiri, dan sejenisnya.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi remaja yaitu sebagai berikut :
1.Perubahan
jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukan
dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh memiliki
pengaruh besah terhadap perkembangan emosi remaja. Pada tarap permulaan,
pertumbuhan ini hanya terbatas pada begian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini
sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja.
Tidak setiap remaja dapat menerima perubvahan kondisi tubuh seperti itu,
labih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut p;erubahan kasar dan penuh
jerawat. Hormon-hormon tertentu mul;ai berfungsi sejalan dengan perkambangan
alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan
seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
2.
Perubahan Pola Interaksi dengan Oramg Tua
Pola interaksi orangtua dengan anak,
termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola interaksinya menurut apa yang
dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat
mamaksakan kehendak, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang
dangan penuh cinta kasih. Perbedaan pola intereksi orang tua seperti ini sangat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan
hukuman, misalnya, ketika dulu masih anak-anak, orang tua bisa memukul anak
jika anak berbuat nakal, tetapi pada saat remaja cara- cara semacam itu justru
dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antararemaja dengan orang tuanya.
Dalam konteks ini Gardner (1992) mengibaratkan dengan kalimat: “ Too Big To
Spank ’’ yang maknanya bahwa remaja itu
sudah terlalu besar untuk terpukul.
Pemberontakan terhadap orang tua
menunjukan bahwa mereka berada dalam keadaan konflik dan ingin melepaskan diri
dari pengawasan orang tua. Mereka tidak merasa puas kalau tidak pernah
samasekali menunjukan perlawanan terhadap orang tua karena ingin menunjukan
bahwa dirinya telah berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka
berhasil dalam perlawanan terhadap orang tua sehingga orang tuanya marah, maka
merekapun belum merasa puas karena orang tua tidak menunjukan pengertian yang
mereka inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
emosi remaja.
3.Perubahan
Interaksi Dengan Teman-teman
Remaja seringkali membangun
interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk
melakukan aktivitas bersama dan membentuk semacam “gang’’. Interaksi antar
anggota dalam suatu kelompok “gang’’ biasanya sangat intens serta memiliki
kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
Pembantukan
kelompok dalam bentuk gang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa
remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat
mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok gang itu
ketika sudah memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir karena masa ini para
anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas, melakukan
perbuatan yang tidak baik, atau bahkan kejahatan bersama.
Faktor yang sering mendatangkan
masalah emosi pada masa remaja adalah hubungan cinta dangan teman lawan jenis.
Pada masa remaja tengah biasanya remaja benar-benar mulai jatuh cinta dangan
lawan jenisnya. Gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi juga tidak
jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada remaja jika tidak diikuti
dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa. Oleh sebab itu,
tidak jarang orang tua justru merasa tidak gembira atau bahkan cemas ketika
anak remajanya jatuh cinta. Ganguan emosional
yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab, ditolak, atau karena pemutusan hubungan cinta
sepihak sehingga banyak mendatangkan kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja
itu sendiri.
4.Perubahan
Pandangan Luar
Faktor penting yang dapat
mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi
dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah
perubahan pendangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional
dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
a) Sikap dunia luar terhadap remaja
sering tidak konsisten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi
mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang
dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga berakibat
timbulnya kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah
menjadi tingkah laku emosional.
b) Dunia luar atau masyarakat masih
menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau
remaja laki-laki memiliki teman banyak perempuan, mereka mendapat predikat “
popular ’’ dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putri
mempunyai banyak teman laki-kaki sering dianggap tidak baik atau bahkan
mendapat predikat yang kurang baik juga. Penerapan nilai yang berbeda semacam
ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat
menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
c) Seringkali kekosongan remaja
dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan cara
melibatkan remaja tersebut kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan
melanggar nilai-nilai moral ; seperti : penyalahgunaan obat terlarang,
minum-minuman keras, atau tindak kriminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar
semacam ini akan sangat merugikan bagi perkembangan emosional remaja.
5.Perbedaan
Individual dalam Perkembangan Emosi
Perkembangan emosional individu
sebenarnya merupakan perkembangan yang paling sulit untuk diklasifikasikan. Ini
tampak pada gejala kehidupan sehari-sehari bahwa tidak jarang orang dewasa pun
mengalami kesulitan untuk menyatakan perasaan. Fenomena semacam ini menyebabkan
sulitnya untuk mencari perbedaan individual dalam perkembangan emosi. Lagi
pula, munculnya emosi seseorang sangat tergantung atau dipengaruhi lingkungan,
pengalaman, kebudayaan dan lain sebagainya, sehingga untuk mengukur emosi amat
sulit pula.
Proses kematangan perkambangan emosi
mempunyai hubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan. Sejak lahir sampai
kira-kira umur 15 bulan, kebutuhan utama mereka adalah mendapatkan kepercayaan
dan kepastian bahwa dirinya diterima oleh lingkungan. Penerimaan lingkungan pad
fase ini sangat menentukan bagi perkembangan hidup selanjutnya. Kepercayaan
yang diperoleh dari penerimaan lingkungan ini dapat menjadi dasar bagi
kepercayaan terhadap diri sendiri dan kesehatan perkembangan emosionalnya.
Apabila kondisi orang tua saat ini dapat melakukan hubungan yang penuh cinta
kasih atau secara naluriah memberikan kepercayaan bahwa kehadiran bayi tersebut
sangat diinginkan dan dikasihi maka diharapkan akan dapat hidup dalam
lingkungan kasih sayang. Sebaliknya, jika kehadiran bayi berikutnya, orang tua
bersikap kurang dapat menerima, acuh tak acuh, apalagi penuh kebencian, dan
sebagainya, tentunya kehidupan emosionalnya terganggu. Dengan demikian secara individual,
kedua anak tersebut akan mengalami perbedaan perkembangan emosi pada masa-masa
selanjutnya.
Disiplin yang tegas tetapi disertai
kasih sayang akan membantu anak dalam perkembangan emosinya. Sebaliknya jika
disiplin dilakukan dengan kaku dan tanpa kasih sayang akan menimbulkan sikap
keragu-raguan pada diri anak dan bahkan akan kehilangan kepercayaan pada
dirinya. Apabila ini terjadi pada dua anak dalam satu keluarga (seayah/seibu)
secara individual perkembangan emosinya akan jelas bisa dibedakan.
6.Upaya
Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk
mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah memiliki kecerdasan
emosional, salah satu diantaranya menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang “ Unsur-unsur
Aktif Program Pencegahan ’’, yaitu sebagai berikut :
1.Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan emosional
individu adalah :
a). Mengidentifikasikan dan memberi
nama-nama atau label perasaan.
b). Mengungkapkan perasaan
c). Menilai Intensitas perasaan
d). Mengelola perasaan
e). Menunda pemuasan
f). Mengendalikan dorongan hati
g). Mengurangi stress
h). Memahami perbedaan antara
perasaan dan tindakan
2.Pengembangan
Keterampilan Kognitif
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif
individu adalah:
a) Belajarlah melakukan diagog batin
sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi suatu masalah atau memperkuat
perilaku diri sendiri.
b) Belajarlah membaca dan menafsirkan
isyarat-isyarat sosial; misalnya: menganali pengaruh sosial terhadap perilaku
dan melihat diri sendiri dalam perspektif masyarakat yang lebih luas.
c) Belajarlah menggunakan
langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan; misalnya:
mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran, mengidentifikasi
tindakan-tindakan alternatif, dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin
timbul.
d) Belajarlah memahami sudut pandang orang lain ( empati ).
e) Belajarlah memahami sopan santun,
yakni perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak.
f) Belajarlah bersiakp positif terhadap
kehidupan.
g) Belajarlah mengembangkan kesadaran
diri; misalnya mengembangkan harapan-harapan yang realistis terhadap diri
sendiri
3.Pengembangan Keterampilan Perilaku
Cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan kerterampilan perilaku individu adalah;
a) Belajar keterampilan komunikasi non-verbal;
misalnya; berkomunikasi melalui hubungan pandangan mata, ekspresi wajah,
gerak-gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.
b) Belajarlah keterampilan komonikasi
verbal; misalnya: mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, menanggapi
kritik secara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, ikut
serta dalam kelompok-kelompok kegiatan positif yang banyak menggunakan
komunikasi verbal, dan sejenisnya.
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi
edukatif untuk mengembangkan emosi
remaja agar dapat berkembang ke arah memiliki kecerdasan emosional adalah
dengan mengembangkan kegiatan yang didalamnya mengundang materi yang
dikembangkan oleh Daniel Golemen (1995) yang kemudian diberi nama “Self-Science Curriculum’’, yaitu sebagaimana
dipaparkan berikut ini:
a) Belajarlah mengembangkan kesadaran
diri: caranya adalah dengan mengamati diri Anda dan mengenali perasaan-perasaan
anda; menghimpun kosa kata untuk mengungkapkan perasaan; memahami hubungan
antara pikiran, perasaan, dan reaksi emosional.
b) Belajarlah mengambil keputusan
pribadi: caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya;
memahami apa yang menguasai suatu keputusan, atau perasaan; menerapakan
pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat,seperti masalah seks dan obat
terlarang.
c) Belajarlah mengelola perasaan:
caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk menangkap pesan-pesan negatif
yang terkandung didalamnya( misalnya : Sakit hati yang mendorong amarah ).
d) Belajarlah menangani stress: caranya adalah mempelajari
pentingnya berolrahraga. Perenungan yang terarah, dan metode relaksasi.
e) Belajar berempati: caranya adalah
memahami perasaan dan masalah orang lain dan berpikir dengan sudut pandang
orang lain.
f) Belajarlah berkomonikasi
g) Belajarlah membuka diri
h) Belajarlah mengembangkan pemahaman
i) Belajarlah menerima diri sendiri
j) Belajarlah mengembangkan
tanggungjawab pribadi
k) Belajarlah mengembangkan ketegasan
l) Belajar dinamika-dinamika
kelompok,dan
m) Belajarlah menyelesaikan konflik
(M.
Asrori, 2008: 65-73).
Mendidik
anak menjadi orang yang kreatif adalah upaya menyukseskan masa depan mereka.
Banyak anak yang menjadi korban akibat dari salah didik yang berorientasi ke
mata pelajaran yang menempa aspek kognitif semata atau menggembirakan hati yang
sesaat. Dengan alasan mencoba meningkatkan harga diri anak melalui pujian dan
penghargaan, kita manjadi permissif (membiarkan) dalam hal disiplin dan
menuntut terlalu sedikit. Dalam upaya memberi mereka dunia yang serba
menyenangkan seperti dialam mimpi, kita lupa bahwa stress dan ketidak nyamanan
adalah bagian yang sama penting dalam pengalaman manusia seperti cinta dan
kasih sayang, dan ketika kita membebaskan mereka dari kesempatan belajar
tentang keterampilan mengatasi masalah yang penting dalam menghadapi rintanagan
dan kekecewaan yang tak terhindarkan dalam dunia mereka kelak.
Banyak anak yang kelihatannya sukses
dalam menerima pelajaran tapi ketika dihadapkan kepada kemampuan untuk
memecahkan masalah dengan cara baru tidak memperoleh kemampuan sama sekali.
Padahal ketika menjalani kehidupan jusru persoalan kreatif menjadi lebih
penting lebih-lebih dalam era yang serba tidak menentu ( U.Husna Asmara, 2004 :
132 ).
DAFTAR
PUSTAKA
M. Asrori (2008). Perkembangan Peserta Didik. Untan Press
:
Pontianak
Sunarto, B. Hartono (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Rineka Cipta
Sarwono, Sarlito.W (1991). Psikologis Pendidikan. Jakarta :
Rajawali Pers
Tim dosen FKIP UNTAN (2010). Hand Out Mata Kuliah Keahlian
Berkarya. Fahruna Bahagia: Pontianak
U. Husna Asmara (2004). Penulisan Karya Ilmiah. Fahruna Bahagia
:
Pontianak.
0 komentar