­

PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI (1)

by - 6:29 PM


Keresahan orang tua terhadap perkembanganfree sex sudah sampai pada kondisi darurat yang harus mendapatkan penanganan khusus dari berbagai pihak terutama tokoh agama, aktivis pendidikan, dan lebih-lebih pemerintah yang mendapatkan amanah dari rakyat untuk menyejahterakan dan membahagiakan kehidupan warga-bangsanya. Perhatian harus ditingkatkan karena perkembangan media dan fasilitas yang menjurus ke free sex saat ini semakin canggih, lengkap, dan mudah diakses oleh masyarakat miskin sekalipun. Fasilitas dan media yang berpotensi merusak moralitas generasi ini tidak berimbang dengan kebijakan dan tanggap darurat yang dimiliki oleh pemerintah juga tokoh-tokoh pendidikan dan agama. Perebutan dominasi ke arah kebebasan negatif dimungkinkan akan terjadi jika tidak segera dilakukan antisipasinya dengan cerdas.

  Media elektronik semacam TV, Video, CD, Film, internet, dan HP dan media cetak seperti koran, majalah, tabloid, brosur, foto, kartu, kertas stensilan yang berbau porno dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat dan semakin terbuka serta mudah tanpa ada pengendalian yang memadai. Orang tua dan pemerintah semakin permisif dan seakan memberikandukungankarenanya produkkelamini cukup laris di pasaran atau konsumen.

Mengapa Perlu Pendidikan Seks
 

Sebagaimana telah disebutkan bahwa perkembangan ilmu dan teknologi telah membuat dunia bagaikandesa buana” yang segalanya serba transparan dan mudah dan cepat diakses oleh siapa, kapan, di mana saja. Informasi dan pengalaman seksual bisa diperoleh secara bebas telanjang tanpa filter dan ini bisa berpengaruh secara psikis bagi anak. Jika anak memperoleh informasi dan pengalaman tentang seks yang salah akan membuat beban psikis dan bisa mempengaruhi kesehatan seksualnya kelak. Anak-anak memiliki kebiasaan menirukan apa yang dilakukan oleh orang lain.

Sementara, penerapan teknologi tersebut telah menciptakan manusia mesin (l’homme machine) dalam masyarakat modern. Melalui perjalanan yang panjang teknologi membentuk prilaku manusia mesin yang hidupnya hanya didasarkan pada stimulus (S) dan response (R) sebagaimana digambarkan dalam psikologi Behaviorism. Pribadi yang asalnya bebas, utuh, dan rasional bisa tenggelam dalam satuan yang disebut masyarakat massa. Massa menjadi satu-satunya entitas yang harus diperhitungkan. Manusia mesin serta manusia dan masyarakat massa itu menghasilkan budaya massa. Budaya massa itu, menurut Kuntowijoyo adalah produk dari mayoritas yang ”tak berbudaya”, berbeda dengan budaya adiluhung yang dihasilkan oleh elit

 

Budaya ini dieksperesikan dalam bentuk kesenian, buku-buku, elektronika, barang konsumsi, dan alat kebijakasanaan populer seperti bahasa gaul. Budaya massa telah menajdi komoditas, suatu commodity fethism, yang lebih menekankan selera kebutuhan konsumen. Selain budaya massa yang mempola dengan sangat jenius terhadap prilaku manusia, pendidikan seks diperlukan diberikan sejak dini karena terkait dengan libido skesual manusia itu sendiri. Meski ada yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak tidak mengenal gairah seks, teori Freud tentang libido berpendapat bahwa anak-anak menghisap jempol dianggap memiliki arti seksual, bahkan cinta anak kepada ibunya dianggap sebagai ssuatu yang berlandaskan seks dan dihubungkan dengan kecemburuan terhadap ayahnya. Kesimpulannya kesadaran seksualitas sudah tumbuh sejak masa kanak-kanak. Wacana lain yang lebih bijaksana juga bisa dipahami bila libido tidak saja dimaknai sebagai mendorong kegairahan seks tetapi lebih luas yaitu berarti ”energi fisik”. Tendensi anak-anak untuk bermain-main terhadap alat kelaminnya tidak manifestasi seksual yang terlalu dini tetapi sebagai ”kesenangan fisik mendasar” yang sangat mengatur kehidupan kanak-kanak. Kepuasan fisik tersebut bisa diperoleh lewat isapan, buang air, stimulasi kulit, masturbasi, dan kesenangan untuk telanjang.

Pertimbangan lain, pendidikan seks diberikan lebih awal disebabkan karena karakter dasar manusia itu dibentuk pada masa kanak-kanak, dan ahli psikoanalisa telah membuktikan tentang pengaruh yang baik atau tidak baik pada tahun-tahun pertama terhadap pertumbuhan karakter dasar anak. Pendidikan yang salah dapat mempengaruhi perkembangan berbagai bentuk penyimpangan seksual pada masa-masa berikutnya.
Pendidikan seks pada anak usia dini dimungkinkan dapat meluruskan pemahaman dan prilaku seks anak-anak sehingga bisa lebih positif.
Secara lebih luas penelitian Katharine Davies memperkuat sisi penting pendidikan seks ini. Hasil peneltian Katherine menunjukkan bahwa perempuan yang telah menerima pendidikan seks pada usia dini, 57 % menikah dengan dengan bahagia.
Pendidikan seks berperan positif dalam membangun mahligai kehidupan keluarga yang lebih baik karena dalam prosesnya ada desain pembelajaran yang mempertimbangkan tentang kebaikan anak.

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan upaya transfer pengetahuan dan nilai (knowledge and values) tentang fisik-genetik dan fungsinya khususnya yang terkait dengan jenis (sex) laki-laki dan perempuan sebagai kelanjutan dari kecenderungan primitif makhluk hewan dan manusia yang tertarik dan mencintai lain jenisnya. Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak terbebas dari kebiasaan yang tidak Islami serta menutup segala kemungkinan kearah hubungan seksual terlarang. Pengarahan dan pemahaman yang sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis, dan spiritual.
Pendidikan seks merupakan upaya menindaklanjuti kecenderungan insting manusia. Laki-laki dengan dasar naluri insting sehatnya akan mencintai perempuan dan jika merekamencintai selain perempuan” (min duni al-nisa’) maka ia termasuk kelompok yang memiliki nafsu seksual menyimpang seperti kaum Luth (homo).

Secara garis besar, pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan pada usia remaja) dengan tujuan agar dapat :
1.Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber, dan kehamilan.
2.Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.
3.Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual.
4.Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
5.Mendorong hubungan yang baik.
6.mencegah remaja dibawah umur terlibat dalam hubungan seksual (sexual intercourse).
7.Mengurangi kasus infeksi melalui seks.
8.Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
1.Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu,
2.Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain),
3.Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut,
4.Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya,
5.Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan :
1.Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2.Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3.Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4.Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5.Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
 
Pendidikan Seks Anak di Bawah Umur PENGENALAN pendidikan seks di bawah umur dinilai sejumlah orangtua belum pantas. Padahal pendidikan seksi usia dini penting, asalkan sampaikan secara benar.
Seperti dikutip Health24, pendidikan seks usia dini bisa diajarkan dengan beberapa langkah seperti :
Proses biologis
Pendidikan seks dimulai dengan pengenalah dari proses biologis. Bisa dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada anak berusia lima atau enam tahun mengenai proses adanya bayi yang ada dalam kandungan seorang ibu. Di mana dalam perut seorang ibu ada kehidupan baru bagi sang bayi.
Ilustrasi gambar
Sebaiknya dalam memberikan penjelasan dilakukan dengan menggunakan ilustrasi gambar, sehingga memberikan pemahaman yang jelas dan langsung. Dan diusahakan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh anak Anda. Jangan sesekali memotong pertanyaan yang diajukan oleh seorang anak, khususnya pertanyaan yang dianggap tabu.

Fokus makhluk hidup
Dalam memberikan pemahaman pendidikan seks, Anda perlu mencontohkan perbedaan binatang dengan manusia, khususnya ketika melakukan hubungan seks. Perbedaan hubungan seks antara binatang dengan manusia adalah komitmen dengan pasangan.
Perilaku
Perilaku seks juga menggambarkan pendidikan seks berhasil atau tidak. Anak sebaiknya diajarkan perilaku seks yang dilakukan orangtua merupakan hal wajar yang didasari cinta tulus. Sehingga dalam pemahaman anak tersebut, seks bukan semata hanya menghasilkan seorang bayi. Sebaiknya Anda juga memberikan pengertian bahwa seks bukan subjek yang tabu, dan tak perlu malu menjadikan seks sebagai bahan pembicaraan.
Pengenalan Jenis
Orangtua dalam memberikan penjelasan mengenai alat kelamin sebaiknya dengan istilah yang tepat, seperti alat kelamin wanita biasa disebut dengan vagina. Sering kali orangtua menyebutkan sesuatu dengan memberi sebutan panggilan yang unik dalam menggambarkan alat kelamin. Dan itu yang sering kali dilakukan oleh orangtua dalam memberi penjelasan kepada anak mereka dengan alasan penyebutan nama pada alat kelamin tersebut sangat tabu diperbincangkan.
 
Waktu yang tepat
Sebaiknya orangtua mengajarkan pendidikan seks pada waktu yang tepat. Jika anak Anda bertanya mengenai wanita hamil, sebaiknya Anda memberikan penjelasan dalam situasi yang penuh perhatian khusus dan secara pribadi. Misalnya, memberikan penjelasan saat berada di rumah.
Dengan adanya pendidikan seks di atas, diharapkan anak di bawah umur tidak menjadi korban dari pemahaman pendidikan seks yang salah. Selama ini anak di bawah umur mengenal seks dari teman sepermainan dan terjadilah penyimpangan seks. Sehingga dengan adanya tip di atas, orangtua dapat lebih bijak dalam memberikan pendidikan seks anak di bawah umur.
Teori
Pendidikan soal sex ini memang sangat penting.. Semuanya sih sbnernya tergantung dari cara mendidik sang orang tua. kalo dari awalny cara mendidik mereka memang benar,maka saat anak-anak mulai diajarkan tentang sex, respon mereka pun juga akan positif. lain halnya kalo anak yang mungkin dididik dari kecil dengan cara yang kurang benar,mungkin respon mereka akan yang "ngga2" saat mulai mengenal tentang sex ini.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuhnya Permasalahan
 Dalam buku ini Madani menjelaskan bahwa pada dasarnya tidak hanya faktor lingkungan saja yang dapat mempengaruhi muculnya perilaku seks menyimpang dikalangan remaja, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor gangguan hormonal dan faktor genetik untuk faktor genetik ini pembaca harus menggunakan paradigma bahwa tidak semuanya yang benar itu harus dapat dibuktikan secara ilmiah.
1.Gangguan hormonal
  Pendidikan seks dimulai dengan pengenalah dari proses biologis. Bisa dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada anak berusia lima atau enam tahun mengenai proses adanya bayi yang ada dalam kandungan seorang ibu. Di mana dalam perut seorang ibu ada kehidupan baru bagi sang bayi.
2.   Faktor genetik
  Sebaiknya dalam memberikan penjelasan dilakukan dengan menggunakan ilustrasi gambar, sehingga memberikan pemahaman yang jelas dan langsung. Dan diusahakan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh anak Anda. Jangan sesekali memotong pertanyaan yang diajukan oleh seorang anak, khususnya pertanyaan yang dianggap tabu.
 3Faktor lingkungan

a.Ketidak tahuan orang tua akan pendidikan seks. Banyak orang tua yang tidak mengerti konsep pendidikan seks, sehingga mereka cenderung menyembunyikan masalah seks dari anak-anak, dan membiarkan mereka mencari informasi diluar rumah yang justru sering mengarahkan mereka pada solusi yang menjerumuskan. Para seksolog Barat menganjurkan agar anak dikenalkan dengan pendidikan seks sejak dini.

b.Rangsangan seksual dalam keluarga. Kebanyakan para orang tua kurang mampu menjaga perilaku seksualnya dihadapan anak, misalnya: Bermesraan didepan anak, berciuman didepan anak atau perilaku-perilaku kecil lainnya yang dapat menimbulkan rasa penasaran dan rangsangan seks pada anak.

c.Anak tidak terlatih untuk meminta izin. Masih banyak orang tua yang tidak membiasakan anak untuk meminta ijin ketika masuk kamar orang tua, sehingga terkadang anak dapat melihat aktivitas seksual orang tua.

d.Tempat tidur yang berdekatan. Kebanyakan orang tua belum mengerti, bahwa membiarkan anak tidur dalam satu selimut dengan saudaranya, atau membiarkan anak laki-lakinya yang sudah remaja tidur dengan anak perempuannya dapat menyebabkan munculnya perilaku seks menyimpang.

e.Orang tua memandang remeh ciuman anak laki-laki dan perempuan pada periode terakhir masa kanak-kanak, padahal hal ini juga dapat memicu munculnya perilaku seks penyimpang.

f.Keluarga mengabaikan pengawasan terhadap media informasi, sehingga anak mudah meniru perilaku-perilaku berciuman bermesraan dan lain sebagainya yang tidak jarang diperagakan oleh artis-artis di TV.

g.Teman yang tidak baik juga sangat berpengaruh terhadap munculnya perilaku seks menyimpang.


MEMPERSIAPKAN PENDIDIKAN SEKS   BAGI ANAK
  Pendidikan seks harus dipersiapkan sejak dini sebelum anak memasuki masa remaja, hal ini dimaksudkan untuk mempersipkan anak dalam mengahadapi gejolak-gejolak seksual yang diakibatkan oleh tumbuhnya kelenjar seks pada periode itu. Persiapan pendidikan anak tersebut dapat berupa menghindarkan anak dari melihat sesuatu yang dapat merangsang tumbuhnya kelenjar seksual, memberikan penjelasan kepada anak tentang bertumbuhan fisisk yang dialaminy, mengajarkan anak bagaimana cara menggunakanpemalut” yang baik pada saat haid dan lain sebagainya. Para ilmuwan barat dan para perumusan hukum Islam telah menekankan pentingnya kedua orang tua untuk bersifat sopan dihadapan anak-anaknya yang masih kecil, karena hal tersebut mempunyai pengaruh positif dalam membentuk perilaku seksual bagi setiap individu ketika dia telah mencapai usia matang. Namun demikian yang perlu ditekankan disini bahwa pendidikan seks harus diberikan sampai anak menginjak dewasa


Mungkin sebagian dari kita masih menganggap bahwa pendidikan seks justru akan mengarahkan anak pada perilaku seksual penyimpang, pandangan seperti ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengertian tentang tujuan dari pendidikan seks itu sendiri. Pendidikan seks bukan berarti mengajarkan anak untuk berperilaku seksual penyimpang, tetapi sebaliknya memberikan pengertian yang benar kepada anak tentang aturan-aturan dalam berhubungan seksual, apa saja yang boleh dilakukan dan apa saja yang boleh dilakukan oleh anak sesuai dengan tingkat perkembanganny. Menurut Profesor Gawshi, pendidikan seks adalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang benar kepada anak dan menyiapkannya untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual dimasa depan kehidupannya; dan pemberian pengetahuan ini menyebabkan anak memperoleh kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah seksual dan reproduksi.
 
Beberapa Aspek Yang Perlu Diberikan Dalam Pendidikan Seks

  Dalam memberikan pendidikan seks orang tua harus memasukkan aspek-aspek ketuhanan, misalnya memberikan penjelasan kepada anak, tentang asal mula kehidupan ini, apa yang harus dilakukan oleh manusia di dunia dan kemana manusia akan kembali untuk mempertanggung jawabkan perilaku yang telah diperbuat semasa hidupnya. Hal ini perlu diberikan sebagai doktrin dan sekaligus sebagai energi yang akan mengarahkan arah perilaku anak. Selain itu orang tua juga perlu memasukkan aspek kemanusiaan, menjelaskan tentang pentingnya menjaga kehormatan diri dihadapan orang lain, seperti tidak membiarkan orang lain melecehkannya secara seksual, tidak memperlihatkan bagian tubuhnya yang sesual kepada orang lain (dalam Islam telah diatur tentang perlunya menjaga aurat).




You May Also Like

0 komentar