PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI (1)
Keresahan
orang
tua
terhadap
perkembanganfree
sex sudah
sampai
pada
kondisi
darurat
yang harus
mendapatkan
penanganan
khusus
dari
berbagai
pihak
terutama
tokoh
agama, aktivis
pendidikan,
dan
lebih-lebih
pemerintah
yang mendapatkan
amanah
dari
rakyat
untuk
menyejahterakan
dan
membahagiakan
kehidupan
warga-bangsanya.
Perhatian
harus
ditingkatkan
karena
perkembangan
media dan
fasilitas
yang menjurus
ke
free sex saat
ini
semakin
canggih,
lengkap,
dan
mudah
diakses
oleh
masyarakat
miskin
sekalipun.
Fasilitas
dan
media yang berpotensi
merusak
moralitas
generasi
ini
tidak
berimbang
dengan
kebijakan
dan
tanggap
darurat
yang dimiliki
oleh
pemerintah
juga
tokoh-tokoh
pendidikan
dan
agama. Perebutan
dominasi
ke
arah
kebebasan
negatif
dimungkinkan
akan
terjadi
jika
tidak
segera
dilakukan
antisipasinya
dengan
cerdas.
Media
elektronik
semacam
TV, Video, CD, Film, internet, dan
HP dan
media cetak
seperti
koran,
majalah,
tabloid, brosur,
foto,
kartu,
kertas
stensilan
yang berbau
porno dan
dapat
diakses
oleh
semua
lapisan
masyarakat
dan
semakin
terbuka
serta
mudah
tanpa
ada
pengendalian
yang memadai.
Orang tua
dan
pemerintah
semakin
permisif
dan
seakan
memberikan
“dukungan”
karenanya
produk
“kelam”
ini
cukup
laris
di pasaran
atau
konsumen.
Mengapa Perlu Pendidikan Seks
Sebagaimana
telah
disebutkan
bahwa
perkembangan
ilmu
dan
teknologi
telah
membuat
dunia
bagaikan
“desa
buana”
yang segalanya
serba
transparan
dan
mudah
dan
cepat
diakses
oleh
siapa,
kapan,
di mana
saja.
Informasi
dan
pengalaman
seksual
bisa
diperoleh
secara
bebas
telanjang
tanpa
filter dan
ini
bisa
berpengaruh
secara
psikis
bagi
anak.
Jika
anak
memperoleh
informasi
dan
pengalaman
tentang
seks
yang salah
akan
membuat
beban
psikis
dan
bisa
mempengaruhi
kesehatan
seksualnya
kelak.
Anak-anak
memiliki kebiasaan menirukan apa yang dilakukan oleh orang lain.
Sementara, penerapan teknologi tersebut telah menciptakan manusia mesin (l’homme machine) dalam masyarakat modern. Melalui perjalanan yang panjang teknologi membentuk prilaku manusia mesin yang hidupnya hanya didasarkan pada stimulus (S) dan response (R) sebagaimana digambarkan dalam psikologi Behaviorism. Pribadi yang asalnya bebas, utuh, dan rasional bisa tenggelam dalam satuan yang disebut masyarakat massa. Massa menjadi satu-satunya entitas yang harus diperhitungkan. Manusia mesin serta manusia dan masyarakat massa itu menghasilkan budaya massa. Budaya massa itu, menurut Kuntowijoyo adalah produk dari mayoritas yang ”tak berbudaya”, berbeda dengan budaya adiluhung yang dihasilkan oleh elit.
Budaya ini dieksperesikan dalam bentuk kesenian, buku-buku, elektronika, barang konsumsi, dan alat kebijakasanaan populer seperti bahasa gaul. Budaya massa telah menajdi komoditas, suatu commodity fethism, yang lebih menekankan selera kebutuhan konsumen. Selain budaya massa yang mempola dengan sangat jenius terhadap prilaku manusia, pendidikan seks diperlukan diberikan sejak dini karena terkait dengan libido skesual manusia itu sendiri. Meski ada yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak tidak mengenal gairah seks, teori Freud tentang libido berpendapat bahwa anak-anak menghisap jempol dianggap memiliki arti seksual, bahkan cinta anak kepada ibunya dianggap sebagai ssuatu yang berlandaskan seks dan dihubungkan dengan kecemburuan terhadap ayahnya. Kesimpulannya kesadaran seksualitas sudah tumbuh sejak masa kanak-kanak. Wacana lain yang lebih bijaksana juga bisa dipahami bila libido tidak saja dimaknai sebagai mendorong kegairahan seks tetapi lebih luas yaitu berarti ”energi fisik”. Tendensi anak-anak untuk bermain-main terhadap alat kelaminnya tidak manifestasi seksual yang terlalu dini tetapi sebagai ”kesenangan fisik mendasar” yang sangat mengatur kehidupan kanak-kanak. Kepuasan fisik tersebut bisa diperoleh lewat isapan, buang air, stimulasi kulit, masturbasi, dan kesenangan untuk telanjang.
Pertimbangan lain, pendidikan seks
diberikan lebih awal disebabkan karena karakter dasar manusia itu dibentuk pada
masa kanak-kanak, dan ahli psikoanalisa telah membuktikan tentang pengaruh yang
baik atau tidak baik pada tahun-tahun pertama terhadap pertumbuhan karakter
dasar anak. Pendidikan yang salah dapat mempengaruhi perkembangan berbagai
bentuk penyimpangan seksual pada masa-masa berikutnya.
Pendidikan seks pada anak usia dini
dimungkinkan dapat meluruskan pemahaman dan prilaku seks anak-anak sehingga
bisa lebih positif.
Secara lebih luas penelitian
Katharine Davies memperkuat sisi penting pendidikan seks ini. Hasil peneltian
Katherine menunjukkan bahwa perempuan yang telah menerima pendidikan seks pada
usia dini, 57 % menikah dengan dengan bahagia.
Pendidikan seks berperan positif
dalam membangun mahligai kehidupan keluarga yang lebih baik karena dalam
prosesnya ada desain pembelajaran yang mempertimbangkan tentang kebaikan anak.
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan
seks
merupakan
upaya
transfer pengetahuan
dan
nilai
(knowledge and values) tentang
fisik-genetik
dan
fungsinya
khususnya
yang terkait
dengan
jenis
(sex) laki-laki
dan
perempuan
sebagai
kelanjutan
dari
kecenderungan
primitif
makhluk
hewan
dan
manusia
yang tertarik
dan
mencintai
lain jenisnya.
Pendidikan
seks
adalah
upaya
pengajaran,
penyadaran,
dan
penerangan
tentang
masalah-masalah
seksual
yang diberikan
pada
anak,
dalam
usaha
menjaga
anak
terbebas
dari
kebiasaan
yang tidak
Islami
serta
menutup
segala
kemungkinan
kearah
hubungan
seksual
terlarang.
Pengarahan
dan
pemahaman
yang sehat
tentang
seks
dari
aspek
kesehatan
fisik,
psikis,
dan
spiritual.
Pendidikan
seks
merupakan
upaya
menindaklanjuti
kecenderungan
insting
manusia.
Laki-laki
dengan
dasar
naluri
insting
sehatnya
akan
mencintai
perempuan
dan
jika
mereka
“mencintai
selain
perempuan”
(min duni
al-nisa’)
maka
ia
termasuk
kelompok
yang memiliki
nafsu
seksual
menyimpang
seperti
kaum
Luth
(homo).
Secara
garis
besar,
pendidikan
seks
diberikan
sejak
usia
dini
(dan
pada
usia
remaja)
dengan
tujuan
agar dapat
:
1.Membantu
anak
mengetahui
topik-topik
biologis
seperti
pertumbuhan,
masa
puber,
dan
kehamilan.
2.Mencegah
anak-anak
dari
tindak
kekerasan.
3.Mengurangi
rasa bersalah,
rasa malu,
dan
kecemasan
akibat
tindakan
seksual.
4.Mencegah
remaja
perempuan
di
bawah
umur
dari
kehamilan.
5.Mendorong
hubungan
yang baik.
6.mencegah
remaja
dibawah
umur
terlibat
dalam
hubungan
seksual
(sexual intercourse).
7.Mengurangi
kasus
infeksi
melalui
seks.
8.Membantu
anak
muda
yang bertanya
tentang
peran
laki-laki
dan
perempuan
di
masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
1.Perubahan-perubahan
hormonal yang meningkatkan
hasrat
seksual
remaja.
Peningkatan
hormon
ini
menyebabkan
remaja
membutuhkan
penyaluran
dalam
bentuk
tingkah
laku
tertentu,
2.Penyaluran
tersebut
tidak
dapat
segera
dilakukan
karena
adanya
penundaan
usia
perkawinan,
baik
secara
hukum
oleh
karena
adanya
undang-undang
tentang
perkawinan,
maupun
karena
norma
sosial
yang semakin
lama semakin
menuntut
persyaratan
yang terus
meningkat
untuk
perkawinan
(pendidikan,
pekerjaan,
persiapan
mental dan
lain-lain),
3.Norma-norma
agama yang berlaku,
dimana
seseorang
dilarang
untuk
melakukan
hubungan
seksual
sebelum
menikah.
Untuk
remaja
yang tidak
dapat
menahan
diri
memiliki
kecenderungan
untuk
melanggar
hal-hal
tersebut,
4.Kecenderungan
pelanggaran
makin
meningkat
karena
adanya
penyebaran
informasi
dan
rangsangan
melalui
media masa
yang dengan
teknologi
yang canggih
(cth:
VCD, buku
stensilan,
Photo, majalah,
internet, dan
lain-lain) menjadi
tidak
terbendung
lagi.
Remaja
yang sedang
dalam
periode
ingin
tahu
dan
ingin
mencoba,
akan
meniru
apa
dilihat
atau
didengar
dari
media massa,
karena
pada
umumnya
mereka
belum
pernah
mengetahui
masalah
seksual
secara
lengkap
dari
orangtuanya,
5.Orangtua
sendiri,
baik
karena
ketidaktahuannya
maupun
karena
sikapnya
yang masih
mentabukan
pembicaraan
mengenai
seks
dengan
anak,
menjadikan
mereka
tidak
terbuka
pada
anak,
bahkan
cenderung
membuat
jarak
dengan
anak
dalam
masalah
ini.
Beberapa
hal
penting
dalam
memberikan
pendidikan
seksual,
seperti
yang diuraikan
oleh
Singgih
D. Gunarsa
(1995) berikut
ini,
mungkin
patut
anda
perhatikan
:
1.Cara
menyampaikannya
harus
wajar
dan
sederhana,
jangan
terlihat
ragu-ragu
atau
malu.
2.Isi
uraian
yang disampaikan
harus
obyektif,
namun
jangan
menerangkan
yang tidak-tidak,
seolah-olah
bertujuan
agar anak
tidak
akan
bertanya
lagi,
boleh
mempergunakan
contoh
atau
simbol
seperti
misalnya
: proses
pembuahan
pada
tumbuh-tumbuhan,
sejauh
diperhatikan
bahwa
uraiannya
tetap
rasional.
3.Dangkal
atau
mendalamnya
isi
uraiannya
harus
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan
dengan
tahap
perkembangan
anak.
Terhadap
anak
umur
9 atau
10 tahun
t belum
perlu
menerangkan
secara
lengkap
mengenai
perilaku
atau
tindakan
dalam
hubungan
kelamin,
karena
perkembangan
dari
seluruh
aspek
kepribadiannya
memang
belum
mencapai
tahap
kematangan
untuk
dapat
menyerap
uraian
yang mendalam
mengenai
masalah
tersebut.
4.Pendidikan
seksual
harus
diberikan
secara
pribadi,
karena
luas
sempitnya
pengetahuan
dengan
cepat
lambatnya
tahap-tahap
perkembangan
tidak
sama
buat
setiap
anak.
Dengan
pendekatan
pribadi
maka
cara
dan
isi
uraian
dapat
disesuaikan
dengan
keadaan
khusus
anak.
5.Pada
akhirnya
perlu
diperhatikan
bahwa
usahakan
melaksanakan
pendidikan
seksual
perlu
diulang-ulang
(repetitif)
selain
itu
juga
perlu
untuk
mengetahui
seberapa
jauh
sesuatu
pengertian
baru
dapat
diserap
oleh
anak,
juga
perlu
untuk
mengingatkan
dan
memperkuat
(reinforcement) apa
yang telah
diketahui
agar benar-benar
menjadi
bagian
dari
pengetahuannya.
Pendidikan
Seks
Anak
di
Bawah
Umur
PENGENALAN pendidikan
seks
di
bawah
umur
dinilai
sejumlah
orangtua
belum
pantas.
Padahal
pendidikan seksi usia dini penting, asalkan sampaikan secara benar.
Seperti dikutip Health24,
pendidikan seks usia dini bisa diajarkan dengan beberapa langkah seperti :
Proses
biologis
Pendidikan
seks
dimulai
dengan
pengenalah
dari
proses
biologis.
Bisa
dilakukan
dengan
memberikan
penjelasan
kepada
anak
berusia
lima atau
enam
tahun
mengenai
proses
adanya
bayi
yang ada
dalam
kandungan
seorang
ibu.
Di mana
dalam
perut
seorang
ibu
ada
kehidupan
baru
bagi
sang bayi.
Ilustrasi gambar
Sebaiknya
dalam
memberikan
penjelasan
dilakukan
dengan
menggunakan
ilustrasi
gambar,
sehingga
memberikan
pemahaman
yang jelas
dan
langsung.
Dan diusahakan
untuk
menjawab
setiap
pertanyaan
yang diajukan
oleh
anak
Anda.
Jangan
sesekali
memotong
pertanyaan
yang diajukan
oleh
seorang
anak,
khususnya
pertanyaan
yang dianggap
tabu.
Fokus makhluk hidup
Dalam
memberikan
pemahaman
pendidikan
seks,
Anda
perlu
mencontohkan
perbedaan
binatang
dengan
manusia,
khususnya
ketika
melakukan
hubungan
seks.
Perbedaan
hubungan
seks
antara
binatang
dengan
manusia
adalah
komitmen
dengan
pasangan.
Perilaku
Perilaku
seks
juga
menggambarkan
pendidikan
seks
berhasil
atau
tidak.
Anak
sebaiknya
diajarkan
perilaku
seks
yang dilakukan
orangtua
merupakan
hal
wajar
yang didasari
cinta
tulus.
Sehingga
dalam
pemahaman
anak
tersebut,
seks
bukan
semata
hanya
menghasilkan
seorang
bayi.
Sebaiknya
Anda
juga
memberikan
pengertian
bahwa
seks
bukan
subjek
yang tabu,
dan
tak
perlu
malu
menjadikan
seks
sebagai
bahan
pembicaraan.
Pengenalan Jenis
Orangtua
dalam
memberikan
penjelasan
mengenai
alat
kelamin
sebaiknya
dengan
istilah
yang tepat,
seperti
alat
kelamin
wanita
biasa
disebut
dengan
vagina. Sering
kali orangtua
menyebutkan
sesuatu
dengan
memberi
sebutan
panggilan
yang unik
dalam
menggambarkan
alat
kelamin.
Dan itu
yang sering
kali dilakukan
oleh
orangtua
dalam
memberi
penjelasan
kepada
anak
mereka
dengan
alasan
penyebutan
nama
pada
alat
kelamin
tersebut
sangat
tabu
diperbincangkan.
Waktu yang tepat
Sebaiknya
orangtua
mengajarkan
pendidikan
seks
pada
waktu
yang tepat.
Jika
anak
Anda
bertanya
mengenai
wanita
hamil,
sebaiknya
Anda
memberikan
penjelasan
dalam
situasi
yang penuh
perhatian
khusus
dan
secara
pribadi.
Misalnya,
memberikan
penjelasan
saat
berada
di
rumah.
Dengan
adanya
pendidikan
seks
di
atas,
diharapkan
anak
di
bawah
umur
tidak
menjadi
korban
dari
pemahaman
pendidikan
seks
yang salah.
Selama
ini
anak
di
bawah
umur
mengenal
seks
dari
teman
sepermainan
dan
terjadilah
penyimpangan
seks.
Sehingga
dengan
adanya
tip di
atas,
orangtua
dapat
lebih
bijak
dalam
memberikan
pendidikan
seks
anak
di
bawah
umur.
Teori
Pendidikan
soal
sex ini
memang
sangat
penting..
Semuanya
sih
sbnernya
tergantung
dari
cara
mendidik
sang orang
tua.
kalo
dari
awalny
cara
mendidik
mereka
memang
benar,maka
saat
anak-anak
mulai
diajarkan
tentang
sex, respon
mereka
pun juga
akan
positif.
lain halnya
kalo
anak
yang mungkin
dididik
dari
kecil
dengan
cara
yang kurang
benar,mungkin
respon
mereka
akan
yang "ngga2" saat
mulai
mengenal
tentang
sex ini.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuhnya Permasalahan
Dalam
buku
ini
Madani
menjelaskan
bahwa
pada
dasarnya
tidak
hanya
faktor
lingkungan
saja
yang dapat
mempengaruhi
muculnya
perilaku
seks
menyimpang
dikalangan
remaja,
tetapi
juga
dapat
disebabkan
oleh
faktor
gangguan
hormonal dan
faktor
genetik
untuk
faktor
genetik
ini
pembaca
harus
menggunakan
paradigma
bahwa
tidak
semuanya
yang benar
itu
harus
dapat
dibuktikan
secara
ilmiah.
1.Gangguan
hormonal
Pendidikan
seks
dimulai
dengan
pengenalah
dari
proses
biologis.
Bisa
dilakukan
dengan
memberikan
penjelasan
kepada
anak
berusia
lima atau
enam
tahun
mengenai
proses
adanya
bayi
yang ada
dalam
kandungan
seorang
ibu.
Di mana
dalam
perut
seorang
ibu
ada
kehidupan
baru
bagi
sang bayi.
2. Faktor
genetik
Sebaiknya
dalam
memberikan
penjelasan
dilakukan
dengan
menggunakan
ilustrasi
gambar,
sehingga
memberikan
pemahaman
yang jelas
dan
langsung.
Dan diusahakan
untuk
menjawab
setiap
pertanyaan
yang diajukan
oleh
anak
Anda.
Jangan
sesekali
memotong
pertanyaan
yang diajukan
oleh
seorang
anak,
khususnya
pertanyaan
yang dianggap
tabu.
3. Faktor
lingkungan
a.Ketidak
tahuan orang tua akan pendidikan seks. Banyak orang tua yang tidak mengerti
konsep pendidikan seks, sehingga mereka cenderung menyembunyikan masalah seks
dari anak-anak, dan membiarkan mereka mencari informasi diluar rumah yang
justru sering mengarahkan mereka pada solusi yang menjerumuskan. Para
seksolog
Barat menganjurkan
agar anak
dikenalkan
dengan
pendidikan
seks
sejak
dini.
b.Rangsangan
seksual
dalam
keluarga.
Kebanyakan
para
orang
tua
kurang
mampu
menjaga
perilaku
seksualnya
dihadapan
anak,
misalnya:
Bermesraan
didepan
anak,
berciuman
didepan
anak
atau
perilaku-perilaku
kecil
lainnya
yang dapat
menimbulkan
rasa penasaran
dan
rangsangan
seks
pada
anak.
c.Anak
tidak
terlatih
untuk
meminta
izin.
Masih
banyak
orang
tua
yang tidak
membiasakan
anak
untuk
meminta
ijin
ketika
masuk
kamar
orang
tua,
sehingga
terkadang
anak
dapat
melihat
aktivitas
seksual
orang
tua.
d.Tempat
tidur
yang berdekatan.
Kebanyakan
orang
tua
belum
mengerti,
bahwa
membiarkan
anak
tidur
dalam
satu
selimut
dengan
saudaranya,
atau
membiarkan
anak
laki-lakinya
yang sudah
remaja
tidur
dengan
anak
perempuannya
dapat
menyebabkan
munculnya
perilaku
seks
menyimpang.
e.Orang
tua
memandang
remeh
ciuman
anak
laki-laki
dan
perempuan
pada
periode
terakhir
masa
kanak-kanak,
padahal
hal
ini
juga
dapat
memicu
munculnya
perilaku
seks
penyimpang.
f.Keluarga
mengabaikan
pengawasan
terhadap
media informasi,
sehingga
anak
mudah
meniru
perilaku-perilaku
berciuman
bermesraan
dan
lain sebagainya
yang tidak
jarang
diperagakan
oleh
artis-artis
di
TV.
g.Teman
yang tidak
baik
juga
sangat
berpengaruh
terhadap
munculnya
perilaku
seks
menyimpang.
MEMPERSIAPKAN
PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK
Pendidikan
seks
harus
dipersiapkan
sejak
dini
sebelum
anak
memasuki
masa
remaja,
hal
ini
dimaksudkan
untuk
mempersipkan
anak
dalam
mengahadapi
gejolak-gejolak
seksual
yang diakibatkan
oleh
tumbuhnya
kelenjar
seks
pada
periode
itu.
Persiapan
pendidikan
anak
tersebut
dapat
berupa
menghindarkan
anak
dari
melihat
sesuatu
yang dapat
merangsang
tumbuhnya
kelenjar
seksual,
memberikan
penjelasan
kepada
anak
tentang
bertumbuhan
fisisk
yang dialaminy,
mengajarkan
anak
bagaimana
cara
menggunakan
“pemalut”
yang baik
pada
saat
haid
dan
lain sebagainya.
Para ilmuwan
barat
dan
para
perumusan
hukum
Islam telah
menekankan
pentingnya
kedua
orang
tua
untuk
bersifat
sopan
dihadapan
anak-anaknya
yang masih
kecil,
karena
hal
tersebut
mempunyai
pengaruh
positif
dalam
membentuk
perilaku
seksual
bagi
setiap
individu
ketika
dia
telah
mencapai
usia
matang.
Namun
demikian
yang perlu
ditekankan
disini
bahwa
pendidikan
seks
harus
diberikan
sampai
anak
menginjak
dewasa.
Mungkin
sebagian
dari
kita
masih
menganggap
bahwa
pendidikan
seks
justru
akan
mengarahkan
anak
pada
perilaku
seksual
penyimpang,
pandangan
seperti
ini
dapat
disebabkan
oleh
kurangnya
pengertian
tentang
tujuan
dari
pendidikan
seks
itu
sendiri.
Pendidikan
seks
bukan
berarti
mengajarkan
anak
untuk
berperilaku
seksual
penyimpang,
tetapi
sebaliknya
memberikan
pengertian
yang benar
kepada
anak
tentang
aturan-aturan
dalam
berhubungan
seksual,
apa
saja
yang boleh
dilakukan
dan
apa
saja
yang boleh
dilakukan
oleh
anak
sesuai
dengan
tingkat
perkembanganny.
Menurut
Profesor
Gawshi,
pendidikan
seks
adalah
bertujuan
untuk
memberikan
pengetahuan
yang benar
kepada
anak
dan
menyiapkannya
untuk
beradaptasi
secara
baik
dengan
sikap-sikap
seksual
dimasa
depan
kehidupannya;
dan
pemberian
pengetahuan
ini
menyebabkan
anak
memperoleh
kecenderungan
logis
yang benar
terhadap
masalah-masalah
seksual
dan
reproduksi.
Beberapa Aspek Yang Perlu Diberikan Dalam Pendidikan Seks
Dalam
memberikan
pendidikan
seks
orang
tua
harus
memasukkan
aspek-aspek
ketuhanan,
misalnya
memberikan
penjelasan
kepada
anak,
tentang
asal
mula
kehidupan
ini,
apa
yang harus
dilakukan
oleh
manusia
di
dunia
dan
kemana
manusia
akan
kembali
untuk
mempertanggung
jawabkan
perilaku
yang telah
diperbuat
semasa
hidupnya.
Hal ini
perlu
diberikan
sebagai
doktrin
dan
sekaligus
sebagai
energi
yang akan
mengarahkan
arah
perilaku
anak.
Selain
itu
orang
tua
juga
perlu
memasukkan
aspek
kemanusiaan,
menjelaskan
tentang
pentingnya
menjaga
kehormatan
diri
dihadapan
orang
lain, seperti
tidak
membiarkan
orang
lain melecehkannya
secara
seksual,
tidak
memperlihatkan
bagian
tubuhnya
yang sesual
kepada
orang
lain (dalam
Islam telah
diatur
tentang
perlunya
menjaga
aurat).
0 komentar