Psikologi Abnormal/ Psikopatologi
Psikologi Abnormal/ Psikopatologi
Psikologi abnormal adalah suatu cabang dari psikologi yang mempelajari tentang prilaku yang abnormal (abnormal behavior), khususnya yang berkaitan dengan patologis yang disebut juga sebagai gangguan
prilaku (behavior disorder).
Abnormal itu sendiri berarti prilaku
yang menyimpang dari normal. Dimana standar prilaku normal itu sendiri
bervariyasi, misalnya perbedaan kultur atau budaya, di indonesia meludahi orang
lain berarti berprilaku tidak sopan, namun di belahan dunia lain meludahi orang
yang baru datang berarti menyambutnya dan sebagainya. Namun dari pengertian
tersebut, prilaku yang abnormal tidak serta merta dianggap patologis.
Menurut Szasz, prilaku seseorang
dianggap patologis apabila pola prilaku yang telah dipelajarinya secara minimal
sekalipun tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh masyarakatnya(socially
maladjusted).
Dalam buku Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, yang merujuk pada
buku Diagnostic and Statistic Manual (DSM) edisi IV, dan
juga The ICD- 10 Classification of Mental and Behavioral
Disorders, yang dimaksud dengan gangguan jiwa
adalah Mental disorder is conceptualized as clinically significant behavioral
or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is
associated whit present distress (eg., a painful sympton) or disability (ie., impairment in one or more important areas of functioning) or
with a significant increased risk of suffering death, pain, disability, or important loss of freedom.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa konsep gangguan jiwa itu meliputi adanya gejala klinis yang bermakna
berupa sindrom perilaku atau sindrom psikologik, gejala klinis tersebut
menimbulkan penderitaan (distress), dan menimbulkan disabilitas (disability;
misalnya tidak bisa makan sendiri, tidak bisa mandi sendiri).
Perilaku Abnormal
Perilaku abnormal
dapat dilakukan dengan pendekatan tiga perspektif
1. Frekuensi statistik
2. Norma sosial, dan
3. Penyimpangan perilaku.
Perilaku abnormal
ditinjau dari perspektif frekuensi statistik, apakah perilaku yang dilakukan
jarang ada di populasi umum.
Tinjauan dari
perspektif kedua adalah norma sosial, perilakunya benar-benar menyimpang dari
penerimaan standar sosial, nilai-nilai yang berlaku, dan norma-norma pada
umumnya. Norma dari waktu ke waktu terbentuk secara mapan, dan secara bertahap
mengalami perubahan. Apakah seseorang mengalami penyimpangan berdasarkan
norma-norma masyarakat, bila dievaluasi berdasarkan persepktif ini? Mungkin
lebih mudah mengevaluasinya, saat ia berjalan bertelanjang atau tidak
menunjukkan diri dalam waktu satu minggu?
Perspektif ketiga
memandang perilaku abnormal, bila hal tersebut bertentangan dengan fungsi hidup
kemampuan individu dalam masyarakat. Apakah seseorang dapat berfungsi,
sebagaimana seharusnya dalam kehidupan sehari-hari? Hal ini mencakup kemampuan
bekerja sama, merawat diri sendiri, dan memiliki interaksi sosial yang normal.
Inti penjelasan
perilaku normal atau abnormal berkaitan dengan banyaknya informasi yang
dimungkinkan untuk diperoleh, agar suatu diagnosa dapat dilakukan. Hal ini
penting dilakukan agar jelas, apakah suatu perilaku itu dapat digolongkan
sebagai perilaku normal atau abnormal. Pemberian labelling, apakah perilaku
tersebut digolongkan abnormal jelas bukan sesuatu yang mudah dilakukan.
Beberapa perilaku
abnormal seringkali disalahartikan dengan perilaku eksentrik. Perilaku yang
tidak biasa atau aneh, tetapi tidak sakit mental. Pada beberapa kasus terdapat
kesulitan untuk membedakan perilaku abnormal. Guna membantu hasil suatu
diagnosa, perlu diperhatikan sejumlah faktor berkaitan dengan waktu, umur dan
intensitas perilaku.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita mengenal perilaku aneh yang berbeda dari orang-orang umumnya.
Misalnya ada orang yang marah-marah tanpa sebab, orang yang hidupnya suka
menyendiri, atau ada orang yang murung berkepanjangan, sehingga tidak mampu
mengerjakan tugasnya sehari-hari. Seseorang dapat saja mengalami rasa tertekan
(distress) sehingga cemas dan ketakutan, sehingga menganggu ketenangan orang
lain. Orang ini kemana-mana tidak berani sendirian, ia mengira-ira berbagai
masalah dan kesulitan akan menimpa dirinya, dan banyak masalah yang akan timbul
dalam perjalanannya.
Apa yang dinamakan
gangguan psikis sebenarnya merupakan pengalaman yang dapat dialami oleh setiap
orang, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sampai suatu saat, seseorang
mengalami gangguan psikis (stres, cemas, depresi, rasa bersalah dan sebagainya),
ia tidak merasakan “pengalaman buruk’ itu menjadi miliknya. Masalah-masalah itu
seperti jauh dari kehidupannya, walaupun disadari ada banyak masalah dalam
kenyataan hidupnya. Namun ia merasakan bahwa orang lainlah yang menjadi sumber
masalahnya dan bukan dirinya.
Ada gejala-gejala yang
menandai perilaku terganggu atau gangguan psikis, antara lain adalah:
- Berkeringat terus menerus apabila berbicara dengan orang asing atau orang yang belum dikenal.
- Menolak makan karena merasa terlalu gemuk dan ingin menjadi kurus.
- Merasakan orang lain di sekitarnya selalu mengikuti dirinya dan menyadap pembicarannya.
- Melakukan cuci tangan setiap kali dan berkali-kali.
- Berpikir terus menerus tentang ayahnya, sehingga menganggu pekerjaannya.
- Merasa harus melakukan suatu perilaku berulang-ulang, tanpa dapat ditolak.
- Merasa cemas tanpa alasan
Bila melihat
gejala-gejala yang dialami orang-orang abnormal, maka akan sulit membedakan
orang yang normal dan abnormal. Orang yang sehat (normal) dalam arti mampu
hidup sehari-hari seperti orang lainnya, juga bisa mengalami gangguan psikis
seperti tanda-tanda tersebut di atas.
Perilaku abnormal
adalah suatu penyimpangan (deviasi). Seseorang dikatakan mengalami penyimpangan
kalau ia berperilaku berbeda dari reratanya. Hal ini didasarkan pada
perhitungan statistik, yang mendasarkan gejala-gejala kejiwaan maupun ukuran
perilaku pada nilai rerata. Orang yang di bawah ukuran rerata kecerdasan,
tergolong menyimpang dari rerata, demikian pula nilai di atas rerata juga
tergolong menyimpang dari rerata.
Penyimpangan juga
dapat dilihat dari fungsi optimal. Orang yang tidak berfungsi optimal juga
mengalami gangguan dalam kondisi tertentu. Definisi abnormal dapat dilihat dari
perilaku sebagai akibat dari gangguan yang sifatnya biologis (fisik),
psikologis dan sosial. Bila ditinjau dari kriteria biologis seseorang yang
sakit fisiknya, berarti tidak dapat berfungsi optimal dalam hidupnya karena
gangguan fisik, misalnya sakit jantung, sakit gigi, sakit kepala. Walaupun kondisi
biologis sering tidak berkaitan dengan kondisi psikis dan sosial, tetapi banyak
kasus yang menunjukkan penyimpangan psikis dan sosial justru bersumber dari
kondisi gangguan fisik. Hal tersebut mengakibatkan perilakunya bermasalah,
karena ada gangguan secara biologis. Seseorang yang sedang sakit gigi yang amat
sangat, akan enggan berbicara atau membahas suatu peristiwa.
Demikian juga bila
otak seseorang kelebihan unsur kimiawi dopamine, maka perilaku orang itu
terganggu dan tergolong gangguan schizophrenia, akibatnya seseorang mengalami
pemikiran yang kacau dan halusinasi. Usaha untuk mengatasi adalah mengurangi
unsur dopamine, sehingga perilakunya menjadi normal kembali.
Penemuan melalui
teknologi tinggi tentang fungsi dan struktur otak manusia membantu memberikan
informasi tentang keabnormalan dalam kerja otak sehingga perilaku terganggu
dapat dicegah atau dikurangi.
Kriteria Perilaku
Abnormal secara sederhana dapat dikategorisasikan sebagai berikut
- Segi Biologis. Tingkat abnormal dari unsur biokimia dalam sistem saraf. Gejala fisik, terlihat dari tidur, nafsu makan dan tingkat energi. Adanya gangguan dalam struktur dan fungsi dari bagian-bagian dalam otak.
- Segi Psikologis. Pengalaman persepsi dan penginderaan (sensori) yang luar biasa. Fungsi kognitif yang mundur atau aneh. Status emosi terganggu. Distress personal: perilaku menyimpang.
- Segi sosial. Bertentangan dengan norma-norma sosial. Berbahaya bagi orang lain.
Psikologi abnormal adalah cabang psikologi yang mempelajari pola perilaku
yang tidak biasa, emosi dan pikiran, yang mungkin atau mungkin tidak dipahami
sebagai precipitating gangguan mental.
Ada sejarah panjang dari upaya untuk memahami dan mengendalikan perilaku
dianggap menyimpang atau menyimpang (statistik, secara moral atau dalam arti
lain), dan sering ada variasi budaya dalam pendekatan yang diambil. Bidang
psikologi abnormal mengidentifikasi beberapa penyebab yang berbeda untuk
kondisi yang berbeda, menggunakan teori beragam dari bidang psikologi umum dan
di tempat lain, dan banyak masih bergantung pada apa sebenarnya yang dimaksud
dengan “normal”. Ada tradisional pemisahan antara penjelasan psikologis dan
biologis, mencerminkan dualisme filosofis dalam kaitannya dengan masalah
pikiran tubuh, serta pendekatan yang berbeda dengan klasifikasi gangguan
mental.
Psikologi klinis adalah bidang terapan psikologi yang berusaha untuk
menilai, memahami dan mengobati kondisi psikologis dalam praktek klinis. Bidang
teoritis dikenal sebagai “psikologi abnormal” mungkin membentuk latar belakang
untuk bekerja seperti itu, tapi psikolog klinis yang saat ini tidak mungkin
untuk menggunakan istilah “normal” mengacu pada praktek mereka. Psikopatologi
adalah istilah yang sama dengan psikologi abnormal namun memiliki lebih
merupakan implikasi dari sebuah patologi yang mendasari (proses penyakit), dan
dengan demikian adalah istilah yang lebih umum digunakan dalam spesialisasi
medis yang dikenal sebagai psikiatri.
1 komentar
Terima kasih
BalasHapus