PSIKOLOGI EKSISTENSIAL
PSIKOLOGI
EKSISTENSIAL
Dalam
tahun-tahun segera setelah Perang Dunia II berakhir, suatu gerakan populer yang
dikenal sebagai eksistensialisme menjadi gerakan yang terkemuka di Eropah dan
cepat menyebar ke Amerika Serikat. Gerakan tersebut timbul dari perlawan
Prancis terhadap penduduk Jerman, dan dua jurubicaranya yang paling vokal
adalah Jean Paul Sartre dan Albert Camus. Sartre adalah seorang lulusan Sorbonne
yang sangar brilian yang kemudian menjadi filsuf, penulis dan seorang wartawan politik
yang terkenal. Camus, yang dilahirkan di Algeria, menjadi terkenal sebagai
penulis novel dan esei. Kedua orang tersebut mendapat Hadiah Nobel dalam bidang
kesusasteraan, meskipun Sartre menolak hadiah tersebut.
Camus menolak
bahwa ia adalah seorang eksistensialis. Mengingat dasar eksistensialisame yang
populer, klise-klise dan slogan-slogannya, dan sempalan-sempalannya yang banyak
jumlahnya, mungkin ia hanya akan bertahan selama beberapa tahun, seperti yang
dialami oleh banyak model intelektual lainnya. Kenyataan bahwa eksistensialisme
tidak mengalami nasib demikian, tetapi tampil sebagai sesuatu kekuatan ampuh
dalam pemikiran modern, termasuk dalam psikologi dan psikiatri disebabkan
karena eksistensialisme memiliki suatu tradisi kokoh dengan deretan nama nenek
moyang yang mengesankan dan juga pendukung-pendukung kontemporer yang kuat
disamping Sartre.
Martin Heidegger
(1889-1976) si filsuf Jerman, Heidegger merupakan jembatan ke arah para
psikolog dan psikiater yang pandangan-pandangannya tentang manusia yang akan
dibahas. Ide pokok dalam ontologi Heidegger (ontologi adalah cabang filsafat
yang berbicar tentang ada atau eksistensi) ialah bahwa individu adalah sesuatu
yang ada di dunia.
Heidegger adalah
juga seorang fenomenolog, dan fenomenologi memainkan peranan yang sangat
penting dalam sejarah psikologi. Fenomenologi adalah dekripsi tentang data
(secara harafiah disebut the givens: yang terberi) tentang pengalaman langsung.
Fenomenologi berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala.
Fenomenologi kadang-kadang di pandang sebagai suatu metode perlengkapan untuk
setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa
yang dialami secara langsung (Boring, 1950an, hlm. 18).
Fenomenologi,
sebagaimana terdapat dalam karya para psikolog, Gestalt dan Erwin Straus,
pertama-tama telah dipakai untuk meneliti gejala-gejala dari proses-proses
psikologis seperti persepsi, belajar, ingatan, pikiran, dan perasan, tetapi
tidak diguanakan untuk meneliti kepribadian. Sebaliknya, psikologi eksistensial
telah menggunakan fenomologi untuk menjelaskan gejala-gejala yang kerapkali
dipandang sebagai wilayah bidang kepribadian.
Medard Boss
lahir di St. Gallen, Swiss, pada tanggal 4 oktober, 1903. Setelah tidak
berhasil menjadi seorang seniman, Boss memutuskan untuk belajar kedokteran.
Setelah itu, selama dua tahun, Boss mengikuti pendidikan lanjutan psikoanalitik
lanjutan di London dan Jerman para psikoanalisis terkemuka. Boss mulai
melakukan praktek privat sebagai psikoanalis pada usia 32 tahun, kira – kira pada
waktu itu, ia dan beberapa ahli psikoterapi lainnya mulai mengadakan serentetan
pertemuan bulanan di rumah Carl Jung.
Tahun 1946
merupakan titik balik dalam kehidupan intelektual Boss. Pada waktu itu, ia
mulai kenal secara pribadi dengan Martin Heidegger. Sebagai hasil dari hubungan
erat mereka, Boss menciptakan suatu bentuk psikologi dan psikoterapi yang
disebut Daseinsanalysis. Dasein adalah suatu kata Jerman yang
telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan ungkapan yang diberi garis
penghubung “ada-di-dunia” (sebutan psikologi eksistensial dan Daseinsanalysis
digunakan secara bergantin dalam bab ini).
Sebagaimana tercermin
dalam tulisan Binswanger dan Boss, yang ditentang oleh psikologi eksistensial
dalam sistem-sistem psikologi lain, dan yang diperjuangkannya. Pertama yang terpenting, psikologi
eksistensial berkeberatan terhadap pemakain konsep kausalitas yang
berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dan psikologi. Tidak ada hubungan
sebab-akibat dalam eksistensi manusia. Psikologi eksistensial menyatakan bahwa
psikologi tidak sama dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya dan tidak akan
menirunya. Psikologi eksistensial memerlukan metode sendriri, yakni fenomenologi,
dan konsep-konsepnya sendiri, yakni ada-di-dunia, cara-cara eksistensi,
kebebasan, tanggung jawab, menjadi, transendensi, spasialitas, temporalitas,
dan banyak lain-lainnya, yang semuanya berasal dari ontologi Heidegger.
Psikologi eksistensial
mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi. Motivasi selalu
mengandaikan pemahaman (atau kesalahpahaman) tentang hubungan antara sebab dan
akibat. Motivasi dan pemahaman merupakan prinsip-prinsip operatif dalam
analisis eksistensial tingkah laku.
Erat hubungannya
dengan keberatan yang pertama adalah penolakan keras psikologi eksistensial
terhadap dualisme antara subjek (jiwa) dan objek (badan, lingkungan, atau
benda).
Gejala-gejala
ada sebagaimana ditangkap secara langsung, bukan merupakan tampang luar atau
derivat dari sesuatu yang lain. Merupakan tugas psikologi untuk menjelaskan
gejala-gejala seteliti dan selengkap mungkin pemahaman atau penjelasan
fenomenologis merupakan tujuan ilmu psikologi, bukan penjelasan atau pembuktian
sebab-akibat.
Bagi seorang
fenomenolog, hanya apa yang dapat dilihat atau yang dialami itulah yang ada.
Kebenaran tidak dicapai oleh olah intelaktual, melainkan diwahyukan atau
disingkapkan dalam gejala-gejala itu sendiri.
Struktur Eksistensi
1.
Ada-di-Dunia (Dasein)
Ada-di-dunia, atau Dasein, adalah eksistensi manusia. Dasein
bukanlah milik atau sifat seseorang, bukan bagian dari ada manusia seperti ego
pada Freud atau anima pada Jung; melainkan keseluruhan eksistensi manusia. Dasein
berati “ada” (sein) “di sana” (da). Terjemahan yang lebih
mengadung arti ialah “ada di tempat sana” (to be the there). “Di tempat
sana” tentulah bukan dunia sebagai dataran luar, melainkan keterbukaan dunia
yang menerangi dan memahami - suatu keadaan di dunia di mana seluruh eksistensi
individu yang ada dapat muncul dan menjadi hadir dan hadir.
Dunia di mana manusia memiliki eksistensi meliputi tiga wilayah :
1)
Lingkungan biologis atau fisik (Umwelt),
2)
Lingkungan manusia (Mitwelt),
3)
Sang manusia sendiri termasuk badannya (Eiqenwelt).
2.
Ada-melampaui-dunia
(Kemungkinan-kemungkinan dalam Manusia)
Dengan menggunakan
istilah ada-melampaui-dunia, Binswanger tidak mengartikan dunia lain (surga)
melainkan mau mengungkapkan begitu banyak kemungkinan yang dimiliki manusia
untuk mengatasi dunia yang disinggahinya dan memasuki dunia baru.
Boss menyatakan dengan
cukup jelas bahwa eksistensi tidak lain terdiri dari kemungkinan-kemungkinan
kita untuk menjalin hubungan dengan apa saja yang kita jumpai.
3.
Dasar Eksistensi
Salah satu batas adalah
dasar eksistensi ke mana orang-orang “dilemparkan”. Kondisi ”keterlemparan”
ini, yakni cara manusia menemukan dirinya dalam dunia yang menjadi dasarnya,
merupakan nasibnya. Manusia harus hidup smapai nasibnya berakhir untuk mencapai
kehidupan yang autentik. Hukuman terhadap ketidakautentik ialah
perasaan-perasaan bersalah. Keterlemparan juga diartikan keadaan diperdaya oleh
dunia, dengan akibat orang-orang menjadi terasing dari dirinya sendiri.
4.
Rancangan-Dunia
Rancangan-dunia adalah
istilah yang digunakan Binswanger untuk menyebut pola yang meliputi cara
ada-di-dunia seorang individu. Rancangan-dunia seseorang menentukan cara
bagaimana ia akan bereaksi terhadap situasi-situasi khusus serta ciri sifat dan
simtom macam mana yang akan dikembangkannya. Rancangan-dunia tertanam atau
membekas pada segala sesuatu yang dilakukan individu.
5.
Cara-cara Ada-di-Dunia
Ada banyak cara yang
berbeda untuk ada-di-dunia. Setiap cara merupakan cara Dasein memahami,
menginterpretasikan, dan mengungkapkan dirinya. Seorang individu yang hidup
untuk dirinya sendiri telah memilih suatu cara tunggal dalam eksistensi,
sedangkan orang yang menjadikan dirinya tenggelam di tengah orang banyak telah
memilih cara anonimitas.
6.
Eksistensial
Sifat-sifat yang melekat
disebut eksistensial. Di antara eksistensial yang lebih penting yang
dibicarakan Boss adalah Spasialitas eksistensial, Temporalitas eksistensial, Badan,
Eksistensi manusia di dunia sebagaimana
milik bersama, dan Suasana hati atau penyesuain (attunement).
0 komentar