Isu Metodologi dalam Psikologi Lintas Budaya

by - 10:14 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada tahun awal, penelitian lintas-budaya dilakukan oleh para peneliti dari barat dengan tujuan untuk membuktikan bahwa teori atau temuan mereka berlaku umum di masyarakat yang hidup di budaya lain. Alat ukur yang biasa digunakan untuk meneliti adalah alat ukur yang dikembangkan dan digunakan di negara si peneliti, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa setempat. Hasilnya dibawa pulang dan dibandingkan dengan hasil penelitian di negaranya. Bila hasilnya berbeda maka disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan budaya dari mana sampel penelitian berasal. Dengan semakin banyaknya penelitian lintas-budaya dan sikap kritis dari para peneliti, semakin disadari bahwa penelitian lintas-budaya yang baik tidaklah sesederhana itu.       

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian lintas-budaya ?
2. Bagaimana hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lainnya?
3. Apa saja tipe studi lintas budaya ?
4. Bagaimana penentuan budaya dan subjek ?
5. Alat ukur yang bagiaman yang digunakan ?

C. Tujuan
Untuk membuktikan bahwa teori atau temuan berlaku umum di masyarakat yang hidup di budaya lain.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lintas Budaya
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik, mengenai hubungan-hubungan diantara budaya psikologis dan sosio-budaya, ekologis dan ubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam budaya-budaya tersebut. Dengan memperluas metodologi penelitian untuk mengenali variasi budaya dalam perilaku, bahasa dan makna, berusaha untuk memperluas dan mengembangkan psikologi. Karena psikologi sebagai disiplin akademis yang dikembangkan terutama di Amerika Utara, beberapa psikolog menjadi khawatir bahwa konstruksi diterima sebagai universal tidak sebagai invarian seperti yang diasumsikan sebelumnya, terutama karena banyak usaha untuk mereplikasi percobaan penting dalam budaya lain telah mendapatkan berbagai keberhasilan.
B. Hubungan Antara Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lainnya
Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain dapat dikatakan seperti simbiosis mutualisme, yaitu saling membantu, saling mengisi satu sama lain. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku hubungan antar individu, dan antar individu kelompok dalam berperilaku sosial. Melihat pengertian sosiologi jelas hubungan psikologi lintas budaya dan sosiologi amat erat, lalu seiring berjalannya waktu kita lebih mudah mengatakan psikologi lintas budaya karena kita melihat hubungan yang erat antara kedua ilmu tersebut.
C. Tipe studi Lintas Budaya
Dua jenis di sebelah kiri menekankan uji hipotesis. Studi pertama berusaha agar hasil penelitian dari satu kelompok (biasanya di Barat) dapat digeneralisasikan ke kelompok lain di Barat ataupun non-Barat. Pada jenis yang kedua yaitu studi yang berdasarkan teori, faktor budaya merupakan kerangka kerja teoritis. Pada dua jenis penelitian yang di sebelah kanan, uji hipotesis tidak merupakan tujuan. Studi tentang perbedaan psikologi merupakan studi yang paling banyak dilakukan. Studi tentang validasi eksternal berusaha mengekplorasi makna dan penyebab perbedaan lintas-budaya dengan bantuan faktor eksternal.
                                                                                               
Orientasi
Pertimbangan faktor konteks      uji hipotesis                          Eksplorasi
Tidak                                          Dapat digeneralisasi       Perbedaan Psi
Ya                                                          Berdasarkan teori         Validasi Eksternal

D. Penentuan budaya dan subyek
1. Penentuan budaya
- Pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (convenient sampling). Dalam hal ini peneliti memilih budaya tertentu karena adanya faktor kemudahan dan bukan karena adanya pertanyaan teoritis yang ingin di jawab.
- Pemilihan sampel secara sistematis. Peneliti memilih budaya dengan berpedoman pada teori atau hipotesis tertentu.
- Penentuan sampel secara acak dalam jumlah besar. Cara ini biasanya digunakan peneliti untuk mengevaluasi apakah benar suatu struktur atau teori dapat dianggap bersifat universal.
            2. Penentuan Subyek
Kelompok budaya yang akan dibandingkan harus memiliki latar belakang yang kurang lebih sama.
E. Isu Metodologi Dalam Psikologi Lintas-Budaya
            Isu yang mengemuka tentang hubungan antara psikologi dan budaya yang kemudian muncul dalam gerakan psikologi lintas budaya antara lain didorong oleh pemahaman baru tentang realitas pertemuan budaya.  Globalisasi kapitalisme yang merupakan arus utama di dunia dewasa ini pada dasarnya telah mengakibatkan penyempitan dunia. Wilayah dunia seolah semakin mengecil. Tidak jelas lagi batas-batas antar negara dalam arti kultural. Ditambah lagi dengan pesatnya pemakaian teknologi cyber yang luar biasa menjadikan seolah-olah dunia adalah satu adanya. Fenomena demikian membawa konsekuensi berupa adanya pertemuan orang atau bangsa yang tidak hanya bersifat orang perorang tetapi lebih dari itu adalah pertemuan antar budaya. Sebagian kalangan dinilai sebagai gerak maju peradaban yang  di satu sisi harus dihadapi dan dijalani kalau tidak ingin dikatakan sebagai komunitas yang tertinggal dan terkesan mengisolasi diri, sementara itu di sisi yang lain dampak dari kesemuanya itu adalah terjadinya persoalan benturan budaya. Persoalan yang tidak sederhana ini tidak hanya menuntut adanya pemecahan atau resolusi. Lebih dari itu perlu penyikapan yang sehat yang berangkat dari kesadaran dan pemahaman individu dan masyarakat akan adanya keberagaman budaya yang pada gilirannya menuntut kompetensi mereka dalam beradaptasi, menerima perbedaan, membangun hubungan yang luas, mengatasi konflik yang berakar pada perbedaan budaya. Isu tentang hubungan antar budaya atau lintas budaya merupakan persoalan yang pelik dan kompleks. Tidak saja karena kemungkinan benturan atau gegar budaya yang ditimbulkan tetapi terlebih-lebih lagi ketika memasuki era global yang meniscayakan pentingnya pergaulan antar budaya lintas bangsa ini, menimbulkan ekses yang  mengancam jati diri budaya lokal. Wacana tentang budaya lokal versus global menguatkan hal tersebut. Budaya lokal akan hilang tertelan budaya global merupakan contoh kecemasan yang selama ini dirasakan oleh sebagian anggota masyarakat yang peduli terhadap identitas budayanya. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi dari peristiwa tersebut. Antara lain misalnya ada budaya tertentu yang pendukungnya lebih memilih menghindari konflik dengan jalan menghindari budaya tertentu dengan pertemuan dengan pendukung budaya yang lain dan hanya berdiam di kawasan budayanya sendiri. Dengan demikian terkesan lebih bersikap tinggal atau berdiam dalam kawasan budayanya sendiri. Sepintas terkesan bahwa dengan hanya mengembangkan interaksi pergaulan di lingkungan sendiri akan menjadikan warga masyarakat pendukung budaya tersebut lebih aman dan terhindar dari konflik apalagi gegar budaya akibat bertemu dengan budaya lain. Contoh kasus misalnya negara tertentu yang  sama sekali tidak mengizinkan beroperasinya sistem internet karena takut akan dampak negatifnya bagi warganya. Namun apabila kita cermati, ternyata penyikapan yang demikian itu ternyata tidak menguntungkan bagi perkembangan yang sehat bagi suatu budaya. Masyarakat pendukung budaya tersebut menjadi ekslusif dan terisolasi. Mereka kehilangan peluang memperoleh akses informasi dan wacana yang berkembang di dunia internasional  yang sesungguhnya menjadi kunci untuk tetap eksis dalam pergaulan antar bangsa. Mereka ini akhirnya hanya akan menjadi ”katak dalam tempurung” dan kehilangan kesempatan untuk belajar dan mengaktualisasikan diri secara lebih baik.
Padahal budaya yang maju adalah budaya yang mau dan siap membuka diri terhadap perubahan termasuk perubahan akibat pertemuan dengan budaya lain.
Contoh-contoh ini menjadi indikasi kehancuran sebuah kebudayaan yang dimulai dari pergeseran nilai-nilai budaya di kalangan kaum muda remaja kita.

F. Alat ukur
            Alat ukur yang digunakan harus memiliki makna yang sama pada budaya yang akan diteliti. Tes Intelegensi yang kelihatan pasti mengukur aspek yaang sama dari sampel yang diteliti tidak lepas dari kesulitan. Sebaliknya bila tes intelegensi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bahan – bahan alami yang lebih banyak ditemukan dalam konteks negara berkembang, maka sempel yang berasal dari negara maju justru memperoleh skor yang lebih rendah dibandingkan sampel yang dibesarkan di negara berkembang.
-          Kesetaraan ( Equivalence) : kesetaraan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian lintas-budaya karena suatu perbandingan lintas budaya hanya dpat dilakukan bila data yang dikumpulkan di budaya yang berbeda memang setara atau dapat dibandingkan.         
      
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lintas Budaya dekat sekali dengan isu-isu otonomi daerah, pluralisme ada multikulturalisme yang sedang hangat saat ini. Itu tidak hanya mengandung unsur-unsur
kelokalan tapi juga bisa dikategorikan studi hubungan internasional apabila levelnya adalah internasional dan lintas negara.
Lintas Budaya adalah studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental, termasuk variabilitas dan invarian, di bawah kondisi budaya yang beragam. Melalui memperluas metodologi penelitian untuk mengenali variasi budaya dalam perilaku, bahasa dan makna, ia berusaha untuk memperpanjang, mengembangkan dan mengubah psikologi.

B. Daftar Pustaka
Setiadi, B.N. (1999). Peranan Psikologi Lintas Budaya Dalam
Mengembangkan Psikologi di Indonesia. Pengantar dalam  berry, J.W, Poortinga, Y.H, Segall, M.H. dan Dasen, P.R. (Ed). Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

You May Also Like

0 komentar