LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGI RESIDEN
LAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGI
RESIDEN
I. IDENTITAS
1. Identitas Subjek
Nama :
Nomor RM :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tgl. Lahir :
Suku Bangsa :
Agama :
Anak ke :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Identitas Ayah
Nama Ayah :
Suku Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
3. Identitas Ibu
Nama Ibu :
Suku Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
4. Identitas Pemeriksa
Nama Pemeriksa :
NIM :
Tujuan Pemeriksaan :
Tempat Pemeriksaan :
Pembimbing :
Pemeriksaan
yang dilakukan:
No.
|
Tanggal Pemeriksaan
|
Kegiatan
|
1.
|
26 Oktober 2013
|
Pertemuan
I
· Menyampaikan
keluhan
· Interview
|
2.
|
26 Oktober 2013
|
Pertemuan
II
· Anamnesa
· observasi
|
II. KELUHAN
Untuk kedua kalinya datang ke Balai Besar
Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional di lido RF memiliki beberapa keluhan yaitu :
1) Memiliki rasa tidak bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan
2) Hubungannya dengan keluarga terutama
dengan kakak kedua selalu sering terjadi perselisihan walau tidak di tampakkan
pada orang tuanya hal semakin memburuk.
III. RIWAYAT KELUHAN
Permasalahan
sering terjadi dengan keluarga terutama dengan kakak kedua ,bila terjadi
konflik keluarga RF melampiaskan dengan menggunakan putaw. RF mengatakan bahwa
dia tidak pernah aktif dalam lingkungannya ataupun jenisnya. Setiap ada
pertengkaran dalam keluarga RF mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi,hal ini
mempengaruhi dalam pendidikan di sekolah yang menyebabkan RF pernah tinggal
kelas di SMA 77 di kelas dua.
Kurangnya
penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah menyebabkan RF kurang teman di
sekolahnya.RF sering menyendiri di kamar dan tidak mau mendengarkan sesuatu
yang kurang di sukainya. Untuk bermainpun hanya dengan keponakannya saja di
rumah. RF mengaku mempunyai sifat keras kepala dan tidak sabaran.
Hubungannya
dengan keluarga terutama dengan kakak kedua memang kurang harmonis dan sengaja
RF menyembunyikan kekurangan harmonisnya dengan orang tua sekedar menyenangkan
hati kedua orang tuanya. Kalaupun ada pertengkaran dengan orang tua ,kakak
keduanya malah membantu orang tuaku. Hal ini mengganggu konsentrasi .
IV. STATUS PRAESENS
1. Status Fisik
RF
adalah seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 165cm dengan berat sekitar
75kg. Berperawakan tinggi dan agak
gemuk Pada pertemuan ini RF berpakaian rapi
dengan baju putih dan becelana hitam dengan sepatu. Rambut pendek agak ikal
tersusun rapi. Berkulit sawo matang dan berkaca mata. Secara keseluruhan
terlihat rapi dan bersih.
2. Status Psikis
RF sudah kedua kali masuk balai besar
rehabilitasi. Saat pemeriksa memanggil RF dia siap untuk di wawancarai.
Pemeriksa sebelumnya meminta izin kepada mayor yang duti pada saat itu. Mayor
duty tersebut memanggil dan di
persilahkan RF untuk di assesment oleh pemeriksa.
RF
menyambutnya dengan ramah dengan menjulurkan tangannya untuk bersalaman tampa
ragu – ragu. Walaupun terlihat oleh pemeriksa RF sebenarnya agak malas untuk di
wawancara dan tidak mau bergaul. RF terlihat mempunya dual personality yaitu di
satu sisi ingin menjadi dirinya dan satu sisi lain ingin menjadi orang lain
yang bisa menyenangkan hatinya.
Saat
wawancara RF sesekali merunduk dan kadang – kadang kurang memperhatikan lawan
bicara. Kelopak matanya suka melihat kesana kemari dan tidak fokus dengan
pemeriksa. Pemeriksa kadang meningatkan untuk fokus saat wawancara dan tetap
memandang lawan bicara. RF lalu fokus
dengan pemeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang di ajukan,walau kadang –
kadang minta di ulang pertanyaan yang di ajukan.
V. OBSERVASI
Selama wawancara
berlangsung, RF agak jarang
menjaga kontak mata dengan pemeriksa, ia hanya sesekali untuk melihat ke arah
pemeriksa. Terkadang
suaranya terdengar jelas dan tiba-tiba suaranya menjadi lebih kecil sehingga meminta RF untuk mengulangnya
kembali. Hubungannya
dengan orang tuanya penuh perhatian dan harmonis.
Ketika RF
menceritakan tentang dirinya, hubungannya dengan saudaranya terlihat kurang
bersemangat seolah – olah menutupi. Dengan kakak kedua RF kurang menyukainya
dengan alasan ribet katanya. Hal ini di diam sampai saat in. RF bila mngalami
pertengkaran selalu di selesaikan dengan pemakaian putaw. RF memiliki sifat
tidak sabaran.
VI. ANAMNESA
1. Latar Belakang Keluarga
RF adalah anak keempat dari lima bersaudara dengan urutan sebagai
berikut:
Tiga laki dan dua perempuan. Semuanya sudah
bekerja. Kedua orang tuanya merupakan satu desa di padang . Ayah
dianggap sebagai sosok yang sangat memberikan perhatian kepada anak anak, kurang
hangat dan jarang berkomunikasi. Ayahnya kurang memberikan nilai-nilai
keagamaan dan norma-norma sosial.
RF mengatakan bahwa ayahnya
jarang memperhatikan dirinya, sekolah ataupun tugas-tugas dari sekolah tidak
diperdulikan oleh ayahnya. Namun menurutnya dibandingkan dengan anak anak yang
lain ayah masih lebih memperhatikan adiknya yang bungsu dan kakak – kakakku. Biasanya RF akan diam
saja dan memendam perasaannya. Ibu terlihat sama dengan ayah yang lebih
memperhatikan adik bungsunya
Hubungan kekerabatan antara RF dengan kurang begitu
dekat terutama
dengan kakak kedua. . Ia lebih
memilih bermain sendiri dibandingkan dengan saudara saudaranya. Sebab mereka
justru sering menyalahkan dirinya. Ia sering bertengkar dengan kakaknya yang
kedua . Sebab kakaknya tersebut paling sering menyalahkan dirinya sehingga
membuat ia marah dan selalu melawan kakaknya
itu.
Lingkungan
tempat tinggal kurang mendukung karena banyak sekali pengguna narkoba. Sehingga
dalam pergaulan RF selalu di batasi. Sewaktu di SMA RF suka sekali membolos dan
ikut teman – teman tawuran. Sehingga
pelajarannya merosot dan tinggal kelas di kelas dua. Sehingga pindah sekolah lain.
Karena
pergaulan itu RF di batasi pergaulannya oleh orang tua dan kakak – kakaknya. Dirumah
menurutnya ia suka merasa tidak nyaman, sehingga ia lebih memilih bermain
keluar bersama teman-temannya. Terkadang ia membohongi kedua orang tuanya bahwa
ada kegiatan ekstrakurikuler namun ia pergi jalan-jalan dengan temannya. Kalau RD
ketahuan pasti terjadi perkalahian dengan kakak keduanya.
2. Riwayat Pendidikan
Selama
sekolah dasar hingga sampai SMP tidak mengalami ganggua dalam konsentrasi
belajar. RF mengalami gangguan konsentrasi belajar saat SMA sehingga harus
pindah sekolah karena tinggal kelas di kelas dua. Karena pindah kelas RF jauh
dengan teman – teman SMA-nya yang dulu.
Membuat RF menjadi tidak terkendali dan konsentrasi dalam belajar. Suka
membolos dan ikut geng kelas serta tawuran. Perkenalan pertama memakai narkoba
saat kelas tiga. Mula- mula coba-coba dan akhrnya ketagihan. Bila tidak
memakainya badan terasa lemah dan sakit – sakit.
3. Emosi dan Dorongan
RF
merupakan sosok yang tertutup untuk menceritakan masalah pribadinya. Ia sulit untuk
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan perasaannya kepada orang lain. RF memiliki
sifat tidak sabar dan kurang dalam berkosentrasi
4. Relasi Sosial dan Heteroseksual
RF menganggap dirinya mudah
untuk berinteraksi dengan orang lain padahal kurang bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Ia merasa bisa berteman hanya saja ia selalu menjaga jarak dengan orang
lain karena tidak dapat
menyesuaikan diri.
Hubungan sexpun sudah mengenalnya pada usia 17
tahun,dan bakan berhubungan badan layaknya suami istri. RF sudah melakukan sex
dengan 4 wanita yang berbeda,bahakan RF dalam penetrasinya di lakukan di luar
dan sudah mengenalalat kontrasepsi.
VII. KESIMPULAN SEMENTARA
RF
dalam melakukan sesuatu kurang konsentrasi seperti banyak yang di pikirkan dan
hubungan dengan orang tua cukup perhatian dan harmonis kecuali dengan kakak
keduanya sering terjadi pertikaian. Malas dan tidak mau berinteraksi dengan
lingungan luar. Dalam keagamaan biasa saja dan kurang aktif dengan organisasi
dan lingkungan. Untuk fisik dan mental dalam keadaan sehat.
VIII. DIAGNOSA
Berdasarkan
simptom-simptom yang muncul serta hasil pemeriksaan psikologi pada RF, maka
diagnosa yang dapat ditegakkan adalah:
Axis I : pemakaian putaw
Axis II : -
Axis III : -
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V : 71-80 Jika gejala hadir, mereka adalah reaksi sementara dan diharapkan
mampu stressor psikososial (misalnya, kesulitan
berkonsentrasi setelah pertengkaran keluarga), tidak lebih dari sedikit
penurunan fungsi sosial, pekerjaan, atau sekolah (misalnya, sementara
tertinggal dalam sekolah).
IX. RANCANGAN
INTERVENSI
Berdasarkan
analisis gangguan yang dimiliki RF, maka intervensi yang tepat diberikan pada RF adalah Cognitive-behavior therapy, dimana
tujuan dari terapi ini terapis memberikan pemahaman tentang bagaimana pikiran
dan perasaan dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Diharapkan terapi
ini dapat mengubah pikiran negatif RF yang menyebabkan terjadi kecemasan menjadi
pikiran positif, dan RF memiliki keterampilan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalahnya.
0 komentar