Psikologi Analitis (Kepribadian)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carl Gustav Jung merupakan salah satu
tokoh pionir dalam bidang Psikologi eksistensi kemanusiaan
(humanistic-existensial psychology). Carl Gustav Jung berasal dari daratan eropa, sesuai dengan
tempat perkembangan ilmu psikologi dan merupakan pakar dalam psikoanalisa. Pada
dasarnya teori dari Carl Gustav tersebut lebih berhubungan dengan bidang
psikologi dan psikoterapi karena Jung merupakan salah satu tokoh yang
berpengaruh dalam bidang psikologi.
Jung sendiri merupakan seorang
psikiater yang juga merupakan pendiri dari psikoanalisa modern. Jung merupakan
salah satu tokoh besar dalam bidang psikoanalis modern yang merupakan
kelanjutan dari teori psikoanalitis dari Sigmund Freud. Tetapi mempunyai teori
yang sama sekali berbeda dengan pendahulunya, Sigmund Freud, bahkan ada
beberapa kritik dari mereka terhadap teori dari Freud. Dalam beberapa literatur
disebutkan bahwa meskipun freud dan beberapa tokoh lain yang muncul setelahnya
masih membahas mengenai psikoanalisa tetapi terdapat perbedaan pendapat yang
cukup tajam antara teori psikoanalitis klasik (Freud) dan psikoanalisis baru
(Jung, Adler, Rank, Horney, Fromm, Sullivan, dll).
Kita dapat melihat bahwa Freud
merupakan penggagas awal dari teori psikoanalisa yang kemudian dikembangkan
oleh banyak tokoh yang sekaligus memunculkan berbagai teori baru, dan bahkan
Jung sendiri merupakan pionir yang terkenal dalam bidang analisis mimpi (dream
analysis). Tulisan dan karya karya Jung khususnya dipengaruhi oleh religiusitas
yahudi. Seperti dialog jung dengan freud tentang mimpi, yaitu confrontation with
the unconscious. Kita dapat melihat bahwa teori Jung tetap dipengaruhi oleh
pandangan dari Freud dan juga religiusitas yahudi, karena Jung beragama
Kristen. Dan teori teori Carl Gustav Jung banyak digunakan oleh para pastor
dalam melakukan bimbingan kepada jamaahnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan pengertian Psikologi Analitis?
2. Apa saja struktur Psyche atau
Kepribadian menurut
teori Carl Gustav jung?
3.
Bagaimana Dinamika Pysche atau Kepribadian menurut Carl Gustav jung?
4. Apa saja
perkembangan Pysche atau Kepribadian?
C. Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian Psikologi Analitis .
2. Menjelaskan
struktur Pysche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung.
3. Menjelaskan Dinamika Pysche atau Kepribadian menurut Carl Gustav jung.
4. Menjelaskan
perkembangan Pysche atau Kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi Analitis Secara Umum
Dalam perjalanan sejarahnya yang singkat, psikologi telah didefinisikan
dalam berbagai cara. Secara etimologis “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani: Psyche
dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam bahasa
Arab, psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”. Yang belakangan kemudian dikembangkan menjadi satu ilmu bernama “Nafsiologi”.
Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”. Sedangkan
para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai “suatu
kegiatan mental”. Dengan berkembangnya aliran behaviorisme tahun 1930-an sampai
1960-an yang menekankan pada studi yang dapat mengukur fenomena secara
objektif, maka psikologi didefinisikan sebagai “studi
mengenai perilaku”. Namun setelah Psikologi kognitif dan fenomenologis menyusul
perkembangan tersebut, maka definisi psikologi sekarang mencakup acuan mengenai
“studi mengenai proses perilaku dan mental”.
Sedangkan pengertian menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Analitis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
B.
Struktur Pysche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche.
Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik
yang disadari maupun tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam :
1 ) Alam sadar :
penyesuaian terhadap dunia luar.
2 ) Alam tak sadar
: penyesuaian terhadap dunia dalam.
Dalam kenyataannya daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja
daripada alam kejiwaan.
1. Struktur Kesadaran
Kesadaran
mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing
mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
a. Fungsi Jiwa
Jung berpendapat bahwa fungsi jiwa
ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam
lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, yang dua
rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua lagi irrasional, yaitu
pendirian dan intuisi.
b.
Sikap Jiwa
Sikap jiwa ialah arah daripada
energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia
terhadap dunianya.
Berdasarkan atas sikap jiwanya
manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
1)
Manusia-manusia
yang bertipe ekstravers.
Orang yang ekstravers terutama
dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya.
2) Manusia-manusia yang bertipe
introvers.
Orang yang introvers terutama
dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri.
Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta
tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
c. Tipologi Jung
Sikap Jiwa
|
Fungsi Jiwa
|
Tipe
|
Ketidaksadarannya
|
Ekstravers
|
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
|
Pemikir
ekstravers
Perasa
ekstravers
Pendria
ekstravers
Intuitif
ekstravers
|
Perasa
introvers
Pemikir introvers
Intuitif
introvers
Pendria
introvers
|
Introvers
|
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
|
Pemikir
introvers
Perasa
introvers
Pendria
introvers
Intuitif
introvers
|
Perasa
ekstravers
Pemikir
ekstravers
Intuitif
ekstravers
Pendria
ekstravers
|
d.
Persona
Menurut Jung persona adalah cara
individu dengan sadar menampakkan diri ke luar. Jung sendiri memberi batasan
persona sebagai “kompleks fungsi-fungsi yang terbentuk atas dasar
pertimbangan-pertimbangan penyesuaian atau usaha mencari penyelesaian, tetapi
tidak sama dengan individualitas.”
2. Struktur
Ketidaksadaran
Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu
ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif,
a. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang
diperoleh oleh individu selama hidupnya.
b. Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang
diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu perumbuhan jiwa seluruh
jenis manusia, melalui generasi terdahulu.
Manifestasi ketidaksadaran itu
dapat berbentuk sympton dan kompleks, mimpi dan archetypus.
a. Sympton dan Kompleks
Sympton dan Kompleks merupakan gejala dorongan daripada jalannyaenergi yang
normal, yang dapat berbentuk sympton kejasmanian maupun kejiwaan. Sympton
adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang
kurang, dan karenanya perlu perluasan ke alam tidak sadar.
b. Mimpi, fantasi, khayalan
Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan
rahasia sang malam”. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri. Didalam
mimpi soal-soal sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat
lambang dan karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan.
c. Archetypus
Istilah archetypus ini diambil Jung dari Augustinus
merupakan bentuk pendapat instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi
diluar kesadaran.
Beberapa bentuk khusus dari
ketidaksadaran :
1. Persona
Merupakan sebuah penutup yang menyembunyikan diri yang sebenarnya. Orang
menggunakan ini untuk tampil berbeda pada orang-orang tertentu dan pada situasi
sosial dimana ia menginginkan interaksi yang lebih baik. Penutupan seringkali
tidak merefleksikan kepribadian orang itu sebenarnya.
Persona merupakan suatu bentuk kompromi antara individu dan masyarakat,
antara struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai
bagaimana seharusnya orang berbuat. Bila seseorang mampu menyeimbangkan
tuntutan-tuntutan dari luar dan dalam dengan baik, maka persona menjadi
selubung yang elastis, yang dapat dengan lancar digunakan. Namun bila
penyeimbangan kurang baik persona dapat menjadi topeng yang beku dan kaku yang
dipergunakan untuk menutupi kelemahan-kelemahan dirinya.
2. Shadow
Merupakan bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan. Pola dasar ini
yang memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia. Jung mengklain bahwa
ketika kita melakukan sesuatu yang ‘jelek’ maka penyebab perilaku tersebut
adalah shadow personality.
3. Anima
dan Animus
Merupakan karakteristik gender manusia. Animus berarti karakter maskulin
yang ada pada wanita, dan Anima berarti suatu karakteristik wanita (feminim)
yang ada pada pria.
4. Proyeksi
: Imago
Proyeksi merupakan bentuk penempatan isi-isi batin sendiri kepada
obyek-obyek di luar dirinya secara tidak sadar. Peristiwa ini terjadi secara
mekanis, tidak disadari. Jung menamakan isi kejiwaan yang diproyeksikan kepada
orang lain itu imago.
3. Dinamika
Psyche atau Kepribadian
Jung berpendapat bahwa srruktur psyche itu tidak
statis, melainkan dinamis, dalam gerak yang terus-menerus.Dinamika ini
disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung disebut libido.Libido itu tidak
lain dari intensitas kejadian psikis, yang hanya dapat diketahui lewat
peristiwa-peristiwa psikis itu. Pengertian libido di sini dipergunakan seperti
energi dalam ilmu alam, jadi sebagai abstraksi, yang menyatakan relasi-relasi
dinamis.
Dalam hal ini harus diingat bahwa energy yang disebut libido
itu berbeda penggunaannya dengan pengertian energy pada aristoteles, yang
mengartikan sebagai “prinsip pembentuk”.
1. Hukum-hukum atau prinsip-prinsip psyche
a. Hukum
pasangan berlawanan
Psyche atau
kepribadian adalah suatu system energy yang tertutup tetapi tidak untuk
seluruhny, sifat tertutupnya tidak sempurna. Dikatakan sifat tertutup tidak
sempurna karena energy dari sumber-sumber di luarnya dapat masuk atau
ditambahkan pada system ini, misalnya dengan makan, dan energy didalam dapat
berkurang, misalnya kalau orang melakukan kerja yang menggunakan tenaga
jasmani. kecuali itu dapat pula rangsang dari luar mengubah distribusi energy
didalam system itu, misalnya adanya perubahan yang mendadak dalam dunia luar
membawa perubahan dalam orientasi, pengamatan, dan sebagainya. Kenyataan bahwa
psyche adalah system yang dapat dipengaruhi atau dimodifikasi oleh
sumber-sumber dari lua, ini berarti bahwa psyche itu tidak pernah mencapai
stabilitas yang sempurna, yang dicapai hanyalah stabilisasi yang nisbi,
stabilisasi untuk sementara. Psyche dikatakan sebagai suatu sisitem energy yang
tertutup karena psyche mempunyai prinsip mengatur diri sendiri, yang
berlangsung atas dasar hukum-hukum tertentu. Hukum pokoknya adalah hukum
kebalikan atau lebih tepatnya hukum
pasangan berlawanan, tidak ada suatu system yang mengatur diri sendiri
tanpa kebalikan.
Sebenarnya herakleitos telah
menemukan hukum psikologis yang sangat penting itu, yang dinamakannya enantiodromia; enantiodromia diberinya
arti bahwa segala sesuatu itu pada suatu kali akan berubah menjadi kebalikan
atau lawannya. Tetapi hal ini tidak berarti meniadakan yang lama dan mengganti
dengan lawannya sebagai yang baru, melainkan mempertahankan nilai yang lama
dengan mengenal lawannya atau kebalikannya. Contoh berlakunya prinsip
enantiodromia itu ialah perubahan dari siang menjadi malam atau sebaliknya.
Contoh yang lain adalah pasangan-pasangan, yang adanya yang satu ini karena
adanya yang lain, seprti siang-malam, terang-gelap, tinngi-rendah,
panas-dingin, dan sebagainya. Dan dalam struktur terdapat “pasangan berlawanan”
pikiran-perasaan pendirian-intuisi, kesadaran-ketidaksadaran, dalam keadaan
bangun-dalam keadaan mimpi, anima-animus, aku-bayang-bayang dan sebagainya.
b. Prinsip Ekuivalens
Adapun
prinsip-prinsip yang mengatur energy psikis itu juga “analog” dengan
prinsip-primsip yang mengatur energy-energi dalam ilmu alam. Jung berdasarkan
pandangannya dalam “dinamika psyche” pada dua prinsip pokok yaitu prinsip ekuivalens dan entropi. Prinsip ekuivalens itu analog dengan hukum penyimpanan
energy dalam thermodinamika, yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz, yaitu
mengatakan bahwa jumlah energy itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah-ubah.
Prinsip ekuivalens menyatakan bahwa apabila sesuatu nilai menurun atau hialng, maka jumlah energy yang didukung
oleh nilai itu tidak hilang dari psyche melainkan akan muncul kembali dalam
nilai baru. Jadi dalam seluruh system kejiwaan itu banyaknya energy tetap hanya
distribusinya yang berubah-ubah. Karena itu hal-hal yang berpasangan-berlawanan
itu berhubungan secara komplementer atau kompensatoris, artinya pengurangan
energy pada suatu aspek berarti pertambahan pada aspek pasangan lawannya. Misalnya
apabila penghargaan seseorang terhadap sesuatu nilai turun, maka tak dapat
tiada dia akan menghargai sesuatu yang lain; apabila orang meninggalkan sesuatu
kegemarannya, maka dia akan menggantinya dengan kegemaran yang lain; apabila
penghormatan anak terhadap keluarganya sendiri menurun maka penghormatannya
kepada orang lain akan meningkat, dan sebagainya. Selanjutnya apabila energy
dalam kesadaran bertambah maka energy dalam ketidaksadarannya berkurang, dan
selanjutnya; hal-hal yang demikian itu menimbulkan kebutuhan untuk kompensasi
bagi hal-hal dalam ketidaksadaran atau deferensiasinya rendah.
Dalam hal itu
perlu diingat bahwa hukum penyimpanan energy itu tidak dapat berlaku mutlak
pada system kejiwaan itu, karena psyche tidak seluruhnya tertutup. Pertambahan
atau pengurangan energy pada psyche adalah mungkin. Karena itu naik dan
turunnya sesuatu nilai tidak hanya tergantung kepada perpindahan energy dari
satu aspek ke aspek lainnya, akan tetapi juga karena pertambahan dari luar atau
karena pengurangan sebab digunakan. Misalnya orang yang habis makan atau
beristirahat energinya bertambah, sedang orang yang habis kerja energinya
berkurang.
c.
Prinsip Entropi: Psyhological
Homeostati
Kalau prinsip ekuivalens itu merupakan hukum pertama dalam
thermodinamika maka prinsip entropi ini merupakan hukum yang kedua. Hukum ini
mengatakan bahwa apabila dua benda yang berlainan panasnya bersentuhan, maka
panas akan mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin.
Bekerjanya prinsip entorpi ini menghasilkan keseimbangan
kekuatan. Benda yang dipanaskan berkurang energinya dan mengalir kepada yang
lebih dingin sampai kedua benda itu sama panasnya.
Prinsip ini diambil oleh Jung untuk menggambarkan dinamika
psyche, yaitu distribusi energy didalam psyche itu selalu menuju keseimbangan.
Jadi apabila dua nilai (intensitas energi) tidak sam kekuatannya, maka energy
akan mengalir dari yang lebih kuat yang lebih lemah sampai keduanya seimbang.
Namun, karena psyche bukanlah system yang tertutup sama sekali, pertambahan dan
pengurangan energy terhadapnya adalah mungkin, dan ini terang mengganggu
keseimbangan. Kendatipun keseimbangan kekuatan yang permanen dalam kepribadian
tidak pernah tercapai, tetapi hali ini merupakan keadaan ideal yang selalu
dituju oleh distribusi energy. Keadaan ideal ini, dimana energy didistribusikan
secara seimbang dalam seluruh kepribadian, adalah diri (selbst, self, zelf).
Prinsip entropi
inilah yang menimbulkan hubungan kompensatoris antara pasangan-pasangan yang
berlawanan seperti telah disebut dimuka. Aspek yang lemah akan berusaha
memperbaiki statusnya dengan menggunakan aspek yang kuat (pasangan lawannya),
dan ini menimbulkan tegangan dalam kepribadian atau psyche.
2. Arah dan Intensitas Energi
a. Arah energy: progresi dan Regresi,
Ekstraversi dan Intraversi
Gerak energy itu mempunyai arah, dan arah geraknya itu dapat
dibedakan antara gerak progresif dan gerak agresif. Gerak progresif adalah gerak kesadaran dan berbentuk proses penyesuaian
yang terus-menerus terhadap tuntutan-tuntutan kehidupan sadar. Gerak regresif
terjadi apabila dengan gagalnya penyesuaian secara sadar dan karenanya
terbangunkan ketidaksadaran-misalnya lewat kompleks-kompleks terdesak
–terjadilah penumpukan energy yang berat sebelah dan berakibat bahwa isi-isi
ketidaksadaran menjadi terlalu penuh energy dan kekuatannya bertambah besar.
Hal ini dapat berakibat individu kembali kepada fase perkembangan yang telah
dilewatinya, atau menderita neurosis, atau bila terjadi pembalikan total dimana
ketidaksadaran masuk ke kesadaran maka orang yang bersangkutan akan menderita
psikosis.
Dari keterangan
di atas iyu nampaknya progresi itu mempunyai nilai positif dan regresif
mempunyai nilai negative. Hal yang demikian itu tidak seluruhnya benar, karena
menurut Jung regresi itu juga mempunyai nilai positif: apabila progresi itu
terjadi atas dasar keharusan penyesuaian
terhadap dunia luar, maka regresi itu terjadi atas keharusan penyesuaian ke
dalam, jadi penyesuaian dengan hukum batin sendiri. Jadi kedua gerak itu adalah
bnetuk-bentuk yang seharusnya ada pada kejadian-kejadian psikis yang wajar.
Progresi dan regresi hanya alat atau fase dalam bekerjanya energy. Regresi
merupakan pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beresdalam individu, tetapi
dapat juga merupakan jalan untuk dapat memperkaya jiwa, dengan memanggil
gambaran-gambaran yang ada dalam ketidaksadaran kedalam kesadran.
Energy itu kecuali bergerak progresif dan regresif, jadi
kemuka dan kebelakang, juga bergerak dalam arah keluar dan kedalam. Hal inilah
yang menimbulkan adanya dua macam sikap jiwa, yaitu ekstraversi dan introversi.
b. Intensitas
Energi: Gambaran
Gambaran adalah hasil
fantasi mencipta yang menonjolkan bahan-bahan dari ketidaksadaran menjadi
gambaran seperti yang terdapat pada mimpi. Dalam mimpi gambaran itu merupakan
lambang-lambang yang isinya atau maknanya tergantung kepada banyak sedikitnya
energy, jadi dapat disamakan dengan werteintensitat energy.
Adapun werteintensitat itu
tergantung kepada konstelasi dimana gambaran itu muncul, yaitu nilai gambaran
itu dalam keseluruhan konteks proses psikis itu; gambaran yang sama pada
konteks yang satu merupakan pemegang peran utama, dapat pada konteks lain hanya
memegang peran tidak penting.
c. Interaksi antara Aspek-aspek psyche atau kepribadian
Keempat fungsi jiwa yang pokok dalam kedua sikap jiwa serta
berbagai-bagai system yang membentuk
keseluruhan kepribadian berinteraksi satu sama lain dalam tiga macam cara,
yaitu:
a)
Sesuatu aspek atau system mengkompensasikan kelemahannya terhadap yang lain;
b)
Sesuatu aspek atau system menentang aspek atau system yang lain;
c)
Satu atau dua system mungkin bersatu untuk membentuk sintesis.
Kompensasi dapat terjadi pada pasangan-pasangan
berlawanan, dan dengan mudah dapat ditunjukan dalam hal fungsi jiwa dan sikap
jiwa. Orang yang pikirannya sangat berkembang, perasaannya sangat tidak
berkembang dan ini menimbulkan tegangan yang mengganggu keseimbangan jiwa dan
perasaan itu butuh kompensasi. Orang yang ekstraves ketidaksadarannya
introvers; perhatiannya (secara sadar) yang mengutamakan dunia luar menyebabkan
kesesuaian kedunia dalam kurang, dan ini juga mengganggu keseimbangan jiwa dan
menuntut kompensasi. Orang yang terlalu berkembang sifat-sifat jantannya maka
sifat-sifat betinanya akan terdesak kedalam alam ketidaksadaran,
kelemah-lembutannya serta kehalusannya akan tak nampak keluar, dan ini juga
menurut kompensasi. Kompensasi ini dapat dipenuhi misalnya dengan mimpi atau fantasi.
Pertentangan atau perlawanan terjadi antara berbagai aspek dalam kepribadian, antara
pikiran dan perasaan, antara intuisi dengan pendirian, antara aku dan
bayang-bayang, antara persona dan anima atau animus. Pasangan-pasangan di atas
itu selalu saling berlawanan, berhubungan secara komplementer dan
kompensatoris, dan hal ini menyebabkan psyche atau kepribadian itu selalu
bersifat dinamis.
Akan tetapi
aspek-aspek yang berpasangan berlawanan itu tidak selamanya bertentangan,
melainkan dapat juga saling menarik atau mengadakan integrasi atau sintetis.
Contoh yang dikemukakan Jung ialah sepasang suami-istri yang kadangkala
bertengkar, tetapi toh selalu kembali rukun, saling mencari, saling
membutuhkan. Persatuan berlawanan itu dimungkinkan oleh apa yang disebut Jung, trancedent function. Fungsi trancedent
ini mempunyai kemampuan untuk mempersatukan segala kecenderungan yang saling
berlawanan dan mengolahnya menjadi kesatuan yang sempurna, yang ideal.
Tujuan fungsi transcendent ialah menjelmakan manusia
sempurna, realisasi serta aktualisasi
segala aspek-aspek yang tersembunyi dalam kegelapan ketidaksadaran. Fungsi
inilah yang mendorong manusia mengejar kesempurnaan pribadi.
Selain itu juga
dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip
sebagai berikut (Alwisol, 2005 : 65)
1) Prinsip
oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan
fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling
bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan
bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi
paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik.
Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi,
pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.
2) Prinsip
kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk
menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar
mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu
tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil
alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3) Prinsip
penggabungan
Menurut Jung, kepribadian
terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar
tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.
D.
Perkembangan
Pysche atau Kepribadian
Jung yakin bahwa
manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang
sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis selalu menuju
taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan sebagai aktualisasi
diri, aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling berhubungan
yang selaras seuruh aspek kepribadian manusia. Ini bahwa berarti Psyche lalu
memiliki pusat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat baru, yaitu diri,
yang menggantikan tempat itu.
1. Jung
Menjangkau ke Belakang dan ke Depan
Freud adalah ahli yang menekankan
masa lampau atau kausalitas, sedangkan Adler adalah ahli yang berpandangan
teleologis, yang menekankan peranan masa depan dengan segala cita-citanya dalam
teori kepribadiannya. Jung berpendapat bahwa kedua pandangan itu kedua-duanya
harus diambil, kualitas dan teleologi kedua-duanya penting dalam psikologi.
Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas), tidak pula
hanya ditentukan oleh masa datang (teleologi), tetapi oleh kedua-duanya.
2. Jalan Perkembangan : Progresi dan Regresi
Di dalam prosesperkembangan dapat
terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Jung berpendapat
bahwa progresi adalah aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan, baik
terhadap tuntutan-tuntutan dunia luar maupun kebutuhan-kebutuhan
ketidaksadaran. Dalam progresi normal, kekuatan-kekuatan penghalang
dipersatukan secara selaras dan koordinatif oleh proses-proses kejiwaan.
3. Pemindahan
Energi Psikis : Sublimasi dan Represi
Energi psikis itu dapat ditransfer
dari satu aspek ke lain aspek. Transfer ini berlangsung atas dasar
prinsip-prinsip pokok dinamika, yaitu ekuivalens dan entropi. Transfer yang
progresi disebut sublimasi, yaitu transfer dari proses-proses yang lebih
primitif, instinktif dan rendah diferensiasinya ke proses-proses yang lebih
bersifat kultural, spiritual dan tinggi diferensiasinya. Jadi pandangan Jung
sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan. Sublimasi itu progresif,
menyebabkan psyche bergerak maju, menambah rasionalitas. Sedangkan represi itu
adalah regresif, menyebabkan psyche bergerak mundur dan menghasilkan
irrasionalitas.
4. “Jalan Kesempurnaan” : Proses Individuasi
Menurut Jung perkembangan adalah
semacam pembeberan kebulatan asli yang semula tak punya diferensiasi dan
tujuan. Peoses ini dapat pula disebut proses pembentukan diri atau penemuan
diri disebut Jung proses iindividuasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi berasal dari
bahasa Yunani: Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos
berarti ilmu. Dalam bahasa Arab, psikologi disebut dengan “Ilmu an
Nafsi”. Sedangkan
para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai “suatu
kegiatan mental”. Sedangkan pengertian menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesias, Analitis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan, jadi psikologi analisis sebagai studi ilmiah mengenai proses perilaku dan proses mental. Struktur Pysche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung yaitu struktur kesadaran dan struktur ketidaksadaran,
adapun dinamika Psyche atau Kepribadian menurut Carl Gustav Jung meliputi hukum-hukum atau prinsip-prinsip psyche, arah dan Intensitas Energi .
Perkembangan Pysche atau Kepribadian meliputi Jung menjangkau ke
belakang dan
ke depan, jalan perkembangan yaitu progresi dan regresi, pemindahan energi psikis yaitu sublimasi dan
represi, jalan kesempurnaan yaitu proses individuasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata., 2008. Psikologi kepribadian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
http://google.com.//2015/13/Makalah
psikologi analitis.html
0 komentar