Psikologi Analitis (Kepribadian)

by - 8:03 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Carl Gustav Jung merupakan salah satu tokoh pionir dalam bidang Psikologi eksistensi kemanusiaan (humanistic-existensial psychology). Carl Gustav Jung  berasal dari daratan eropa, sesuai dengan tempat perkembangan ilmu psikologi dan merupakan pakar dalam psikoanalisa. Pada dasarnya teori dari Carl Gustav tersebut lebih berhubungan dengan bidang psikologi dan psikoterapi karena Jung merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh dalam bidang psikologi.
Jung sendiri merupakan seorang psikiater yang juga merupakan pendiri dari psikoanalisa modern. Jung merupakan salah satu tokoh besar dalam bidang psikoanalis modern yang merupakan kelanjutan dari teori psikoanalitis dari Sigmund Freud. Tetapi mempunyai teori yang sama sekali berbeda dengan pendahulunya, Sigmund Freud, bahkan ada beberapa kritik dari mereka terhadap teori dari Freud. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa meskipun freud dan beberapa tokoh lain yang muncul setelahnya masih membahas mengenai psikoanalisa tetapi terdapat perbedaan pendapat yang cukup tajam antara teori psikoanalitis klasik (Freud) dan psikoanalisis baru (Jung, Adler, Rank, Horney, Fromm, Sullivan, dll).
Kita dapat melihat bahwa Freud merupakan penggagas awal dari teori psikoanalisa yang kemudian dikembangkan oleh banyak tokoh yang sekaligus memunculkan berbagai teori baru, dan bahkan Jung sendiri merupakan pionir yang terkenal dalam bidang analisis mimpi (dream analysis). Tulisan dan karya karya Jung khususnya dipengaruhi oleh religiusitas yahudi. Seperti dialog jung dengan freud tentang mimpi, yaitu confrontation with the unconscious. Kita dapat melihat bahwa teori Jung tetap dipengaruhi oleh pandangan dari Freud dan juga religiusitas yahudi, karena Jung beragama Kristen. Dan teori teori Carl Gustav Jung banyak digunakan oleh para pastor dalam melakukan bimbingan kepada jamaahnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian Psikologi Analitis?
2.      Apa saja  struktur Psyche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung?
3.      Bagaimana  Dinamika Pysche atau Kepribadian menurut Carl Gustav jung?
4.      Apa saja perkembangan Pysche atau Kepribadian?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian Psikologi Analitis .
2.      Menjelaskan struktur Pysche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung.
3.      Menjelaskan Dinamika Pysche atau Kepribadian menurut Carl Gustav jung.
4.      Menjelaskan perkembangan Pysche atau Kepribadian.


BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Psikologi Analitis Secara Umum
Dalam perjalanan sejarahnya yang singkat, psikologi telah didefinisikan dalam berbagai cara. Secara etimologis “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani: Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam bahasa Arab, psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”. Yang belakangan kemudian dikembangkan menjadi satu ilmu bernama “Nafsiologi”. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”. Sedangkan para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai “suatu kegiatan mental”. Dengan berkembangnya aliran behaviorisme tahun 1930-an sampai 1960-an yang menekankan pada studi yang dapat mengukur fenomena secara objektif, maka psikologi          didefinisikan sebagai “studi mengenai perilaku”. Namun setelah Psikologi kognitif dan fenomenologis menyusul perkembangan tersebut, maka definisi psikologi sekarang mencakup acuan mengenai “studi mengenai proses perilaku dan mental”.
Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Analitis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan  penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

B.       Struktur Pysche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam :
1 ) Alam sadar : penyesuaian terhadap dunia luar.
2 ) Alam tak sadar : penyesuaian terhadap dunia dalam.
Dalam kenyataannya daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja daripada alam kejiwaan.
1.   Struktur Kesadaran    
            Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
a.        Fungsi Jiwa
Jung berpendapat bahwa fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua lagi irrasional, yaitu pendirian dan intuisi.
b.        Sikap Jiwa
Sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.
Berdasarkan atas sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
1)      Manusia-manusia yang bertipe ekstravers.
Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya.
2)      Manusia-manusia yang bertipe introvers.
Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
c.        Tipologi Jung
Sikap Jiwa
Fungsi Jiwa
Tipe
Ketidaksadarannya
Ekstravers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir ekstravers
Perasa ekstravers
Pendria ekstravers
Intuitif ekstravers
Perasa introvers
Pemikir introvers
Intuitif introvers
Pendria introvers
Introvers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir introvers
Perasa introvers
Pendria introvers
Intuitif introvers
Perasa ekstravers
Pemikir ekstravers
Intuitif ekstravers
Pendria ekstravers

d.       Persona
Menurut Jung persona adalah cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar. Jung sendiri memberi batasan persona sebagai “kompleks fungsi-fungsi yang terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan penyesuaian atau usaha mencari penyelesaian, tetapi tidak sama dengan individualitas.”
2.   Struktur Ketidaksadaran
Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif,
a.   Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama hidupnya.
b.  Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu perumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu.
Manifestasi ketidaksadaran itu dapat berbentuk sympton dan kompleks, mimpi dan archetypus.
a.       Sympton dan Kompleks
Sympton dan Kompleks merupakan gejala dorongan daripada jalannyaenergi yang normal, yang dapat berbentuk sympton kejasmanian maupun kejiwaan. Sympton adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu perluasan ke alam tidak sadar.
b.      Mimpi, fantasi, khayalan
Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan rahasia sang malam”. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri. Didalam mimpi soal-soal sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan karenanya untuk memahaminya perlu   ditafsirkan.
c.       Archetypus
Istilah archetypus ini diambil Jung dari Augustinus merupakan bentuk pendapat instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi diluar kesadaran.
Beberapa bentuk khusus dari ketidaksadaran :
1.      Persona
Merupakan sebuah penutup yang menyembunyikan diri yang sebenarnya. Orang menggunakan ini untuk tampil berbeda pada orang-orang tertentu dan pada situasi sosial dimana ia menginginkan interaksi yang lebih baik. Penutupan seringkali tidak merefleksikan kepribadian orang itu sebenarnya.
Persona merupakan suatu bentuk kompromi antara individu dan masyarakat, antara struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana seharusnya orang berbuat. Bila seseorang mampu menyeimbangkan tuntutan-tuntutan dari luar dan dalam dengan baik, maka persona menjadi selubung yang elastis, yang dapat dengan lancar digunakan. Namun bila penyeimbangan kurang baik persona dapat menjadi topeng yang beku dan kaku yang dipergunakan untuk menutupi kelemahan-kelemahan dirinya.
2.      Shadow
Merupakan bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan. Pola dasar ini yang memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia. Jung mengklain bahwa ketika kita melakukan sesuatu yang ‘jelek’ maka penyebab perilaku tersebut adalah shadow personality.

3.      Anima dan Animus
Merupakan karakteristik gender manusia. Animus berarti karakter maskulin yang ada pada wanita, dan Anima berarti suatu karakteristik wanita (feminim) yang ada pada pria.
4.      Proyeksi : Imago
Proyeksi merupakan bentuk penempatan isi-isi batin sendiri kepada obyek-obyek di luar dirinya secara tidak sadar. Peristiwa ini terjadi secara mekanis, tidak disadari. Jung menamakan isi kejiwaan yang diproyeksikan kepada orang lain itu imago.

3.   Dinamika Psyche atau Kepribadian
Jung berpendapat bahwa srruktur psyche itu tidak statis, melainkan dinamis, dalam gerak yang terus-menerus.Dinamika ini disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung disebut libido.Libido itu tidak lain dari intensitas kejadian psikis, yang hanya dapat diketahui lewat peristiwa-peristiwa psikis itu. Pengertian libido di sini dipergunakan seperti energi dalam ilmu alam, jadi sebagai abstraksi, yang menyatakan relasi-relasi dinamis. 
Dalam hal ini harus diingat bahwa energy yang disebut libido itu berbeda penggunaannya dengan pengertian energy pada aristoteles, yang mengartikan sebagai “prinsip pembentuk”.
1. Hukum-hukum atau prinsip-prinsip psyche
a.  Hukum pasangan berlawanan
              Psyche atau kepribadian adalah suatu system energy yang tertutup tetapi tidak untuk seluruhny, sifat tertutupnya tidak sempurna. Dikatakan sifat tertutup tidak sempurna karena energy dari sumber-sumber di luarnya dapat masuk atau ditambahkan pada system ini, misalnya dengan makan, dan energy didalam dapat berkurang, misalnya kalau orang melakukan kerja yang menggunakan tenaga jasmani. kecuali itu dapat pula rangsang dari luar mengubah distribusi energy didalam system itu, misalnya adanya perubahan yang mendadak dalam dunia luar membawa perubahan dalam orientasi, pengamatan, dan sebagainya. Kenyataan bahwa psyche adalah system yang dapat dipengaruhi atau dimodifikasi oleh sumber-sumber dari lua, ini berarti bahwa psyche itu tidak pernah mencapai stabilitas yang sempurna, yang dicapai hanyalah stabilisasi yang nisbi, stabilisasi untuk sementara. Psyche dikatakan sebagai suatu sisitem energy yang tertutup karena psyche mempunyai prinsip mengatur diri sendiri, yang berlangsung atas dasar hukum-hukum tertentu. Hukum pokoknya adalah hukum kebalikan atau lebih tepatnya hukum pasangan berlawanan, tidak ada suatu system yang mengatur diri sendiri tanpa kebalikan.
Sebenarnya herakleitos telah menemukan hukum psikologis yang sangat penting itu, yang dinamakannya enantiodromia; enantiodromia diberinya arti bahwa segala sesuatu itu pada suatu kali akan berubah menjadi kebalikan atau lawannya. Tetapi hal ini tidak berarti meniadakan yang lama dan mengganti dengan lawannya sebagai yang baru, melainkan mempertahankan nilai yang lama dengan mengenal lawannya atau kebalikannya. Contoh berlakunya prinsip enantiodromia itu ialah perubahan dari siang menjadi malam atau sebaliknya. Contoh yang lain adalah pasangan-pasangan, yang adanya yang satu ini karena adanya yang lain, seprti siang-malam, terang-gelap, tinngi-rendah, panas-dingin, dan sebagainya. Dan dalam struktur terdapat “pasangan berlawanan” pikiran-perasaan pendirian-intuisi, kesadaran-ketidaksadaran, dalam keadaan bangun-dalam keadaan mimpi, anima-animus, aku-bayang-bayang dan sebagainya.
b.      Prinsip Ekuivalens
       Adapun prinsip-prinsip yang mengatur energy psikis itu juga “analog” dengan prinsip-primsip yang mengatur energy-energi dalam ilmu alam. Jung berdasarkan pandangannya dalam “dinamika psyche” pada dua prinsip pokok yaitu prinsip ekuivalens dan entropi. Prinsip ekuivalens itu analog dengan hukum penyimpanan energy dalam thermodinamika, yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz, yaitu mengatakan bahwa jumlah energy itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah-ubah. Prinsip ekuivalens menyatakan bahwa apabila sesuatu nilai menurun  atau hialng, maka jumlah energy yang didukung oleh nilai itu tidak hilang dari psyche melainkan akan muncul kembali dalam nilai baru. Jadi dalam seluruh system kejiwaan itu banyaknya energy tetap hanya distribusinya yang berubah-ubah. Karena itu hal-hal yang berpasangan-berlawanan itu berhubungan secara komplementer atau kompensatoris, artinya pengurangan energy pada suatu aspek berarti pertambahan pada aspek pasangan lawannya. Misalnya apabila penghargaan seseorang terhadap sesuatu nilai turun, maka tak dapat tiada dia akan menghargai sesuatu yang lain; apabila orang meninggalkan sesuatu kegemarannya, maka dia akan menggantinya dengan kegemaran yang lain; apabila penghormatan anak terhadap keluarganya sendiri menurun maka penghormatannya kepada orang lain akan meningkat, dan sebagainya. Selanjutnya apabila energy dalam kesadaran bertambah maka energy dalam ketidaksadarannya berkurang, dan selanjutnya; hal-hal yang demikian itu menimbulkan kebutuhan untuk kompensasi bagi hal-hal dalam ketidaksadaran atau deferensiasinya rendah.
       Dalam hal itu perlu diingat bahwa hukum penyimpanan energy itu tidak dapat berlaku mutlak pada system kejiwaan itu, karena psyche tidak seluruhnya tertutup. Pertambahan atau pengurangan energy pada psyche adalah mungkin. Karena itu naik dan turunnya sesuatu nilai tidak hanya tergantung kepada perpindahan energy dari satu aspek ke aspek lainnya, akan tetapi juga karena pertambahan dari luar atau karena pengurangan sebab digunakan. Misalnya orang yang habis makan atau beristirahat energinya bertambah, sedang orang yang habis kerja energinya berkurang.
c.       Prinsip Entropi: Psyhological Homeostati
            Kalau prinsip ekuivalens itu merupakan hukum pertama dalam thermodinamika maka prinsip entropi ini merupakan hukum yang kedua. Hukum ini mengatakan bahwa apabila dua benda yang berlainan panasnya bersentuhan, maka panas akan mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin.
            Bekerjanya prinsip entorpi ini menghasilkan keseimbangan kekuatan. Benda yang dipanaskan berkurang energinya dan mengalir kepada yang lebih dingin sampai kedua benda itu sama panasnya.
            Prinsip ini diambil oleh Jung untuk menggambarkan dinamika psyche, yaitu distribusi energy didalam psyche itu selalu menuju keseimbangan. Jadi apabila dua nilai (intensitas energi) tidak sam kekuatannya, maka energy akan mengalir dari yang lebih kuat yang lebih lemah sampai keduanya seimbang. Namun, karena psyche bukanlah system yang tertutup sama sekali, pertambahan dan pengurangan energy terhadapnya adalah mungkin, dan ini terang mengganggu keseimbangan. Kendatipun keseimbangan kekuatan yang permanen dalam kepribadian tidak pernah tercapai, tetapi hali ini merupakan keadaan ideal yang selalu dituju oleh distribusi energy. Keadaan ideal ini, dimana energy didistribusikan secara seimbang dalam seluruh kepribadian, adalah diri (selbst, self, zelf).
       Prinsip entropi inilah yang menimbulkan hubungan kompensatoris antara pasangan-pasangan yang berlawanan seperti telah disebut dimuka. Aspek yang lemah akan berusaha memperbaiki statusnya dengan menggunakan aspek yang kuat (pasangan lawannya), dan ini menimbulkan tegangan dalam kepribadian atau psyche.
2. Arah dan Intensitas Energi
a. Arah energy: progresi dan Regresi, Ekstraversi dan Intraversi
            Gerak energy itu mempunyai arah, dan arah geraknya itu dapat dibedakan antara gerak progresif dan gerak agresif. Gerak progresif adalah gerak kesadaran dan berbentuk proses penyesuaian yang terus-menerus terhadap tuntutan-tuntutan kehidupan sadar. Gerak regresif  terjadi apabila dengan gagalnya penyesuaian secara sadar dan karenanya terbangunkan ketidaksadaran-misalnya lewat kompleks-kompleks terdesak –terjadilah penumpukan energy yang berat sebelah dan berakibat bahwa isi-isi ketidaksadaran menjadi terlalu penuh energy dan kekuatannya bertambah besar. Hal ini dapat berakibat individu kembali kepada fase perkembangan yang telah dilewatinya, atau menderita neurosis, atau bila terjadi pembalikan total dimana ketidaksadaran masuk ke kesadaran maka orang yang bersangkutan akan menderita psikosis.
            Dari keterangan di atas iyu nampaknya progresi itu mempunyai nilai positif dan regresif mempunyai nilai negative. Hal yang demikian itu tidak seluruhnya benar, karena menurut Jung regresi itu juga mempunyai nilai positif: apabila progresi itu terjadi atas dasar keharusan penyesuaian terhadap dunia luar, maka regresi itu terjadi atas keharusan penyesuaian ke dalam, jadi penyesuaian dengan hukum batin sendiri. Jadi kedua gerak itu adalah bnetuk-bentuk yang seharusnya ada pada kejadian-kejadian psikis yang wajar. Progresi dan regresi hanya alat atau fase dalam bekerjanya energy. Regresi merupakan pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beresdalam individu, tetapi dapat juga merupakan jalan untuk dapat memperkaya jiwa, dengan memanggil gambaran-gambaran yang ada dalam ketidaksadaran kedalam kesadran.
Energy itu kecuali bergerak progresif dan regresif, jadi kemuka dan kebelakang, juga bergerak dalam arah keluar dan kedalam. Hal inilah yang menimbulkan adanya dua macam sikap jiwa, yaitu ekstraversi dan introversi.
b. Intensitas Energi: Gambaran
             Gambaran adalah hasil fantasi mencipta yang menonjolkan bahan-bahan dari ketidaksadaran menjadi gambaran seperti yang terdapat pada mimpi. Dalam mimpi gambaran itu merupakan lambang-lambang yang isinya atau maknanya tergantung kepada banyak sedikitnya energy, jadi dapat disamakan dengan werteintensitat energy.
Adapun werteintensitat itu tergantung kepada konstelasi dimana gambaran itu muncul, yaitu nilai gambaran itu dalam keseluruhan konteks proses psikis itu; gambaran yang sama pada konteks yang satu merupakan pemegang peran utama, dapat pada konteks lain hanya memegang peran tidak penting.
c. Interaksi antara Aspek-aspek psyche atau kepribadian
Keempat fungsi jiwa yang pokok dalam kedua sikap jiwa serta berbagai-bagai system yang  membentuk keseluruhan kepribadian berinteraksi satu sama lain dalam tiga macam cara, yaitu:
a) Sesuatu aspek atau system mengkompensasikan kelemahannya terhadap   yang lain;
b)      Sesuatu aspek atau system menentang aspek atau system yang lain;
c)      Satu atau dua system mungkin bersatu untuk membentuk sintesis.
Kompensasi dapat terjadi pada pasangan-pasangan berlawanan, dan dengan mudah dapat ditunjukan dalam hal fungsi jiwa dan sikap jiwa. Orang yang pikirannya sangat berkembang, perasaannya sangat tidak berkembang dan ini menimbulkan tegangan yang mengganggu keseimbangan jiwa dan perasaan itu butuh kompensasi. Orang yang ekstraves ketidaksadarannya introvers; perhatiannya (secara sadar) yang mengutamakan dunia luar menyebabkan kesesuaian kedunia dalam kurang, dan ini juga mengganggu keseimbangan jiwa dan menuntut kompensasi. Orang yang terlalu berkembang sifat-sifat jantannya maka sifat-sifat betinanya akan terdesak kedalam alam ketidaksadaran, kelemah-lembutannya serta kehalusannya akan tak nampak keluar, dan ini juga menurut kompensasi. Kompensasi ini dapat dipenuhi misalnya dengan mimpi atau fantasi.                Pertentangan atau perlawanan terjadi antara berbagai aspek dalam kepribadian, antara pikiran dan perasaan, antara intuisi dengan pendirian, antara aku dan bayang-bayang, antara persona dan anima atau animus. Pasangan-pasangan di atas itu selalu saling berlawanan, berhubungan secara komplementer dan kompensatoris, dan hal ini menyebabkan psyche atau kepribadian itu selalu bersifat dinamis.
             Akan tetapi aspek-aspek yang berpasangan berlawanan itu tidak selamanya bertentangan, melainkan dapat juga saling menarik atau mengadakan integrasi atau sintetis. Contoh yang dikemukakan Jung ialah sepasang suami-istri yang kadangkala bertengkar, tetapi toh selalu kembali rukun, saling mencari, saling membutuhkan. Persatuan berlawanan itu dimungkinkan oleh apa yang disebut Jung, trancedent function. Fungsi trancedent ini mempunyai kemampuan untuk mempersatukan segala kecenderungan yang saling berlawanan dan mengolahnya menjadi kesatuan yang sempurna, yang ideal.
            Tujuan fungsi transcendent ialah menjelmakan manusia sempurna, realisasi serta aktualisasi segala aspek-aspek yang tersembunyi dalam kegelapan ketidaksadaran. Fungsi inilah yang mendorong manusia mengejar kesempurnaan pribadi. 

Selain itu juga dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol, 2005 : 65)
1) Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.
2) Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3) Prinsip penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.

D.    Perkembangan Pysche atau Kepribadian
Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan sebagai aktualisasi diri, aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling berhubungan yang selaras seuruh aspek kepribadian manusia. Ini bahwa berarti Psyche lalu memiliki pusat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat itu. 

1. Jung Menjangkau ke Belakang dan ke Depan
Freud adalah ahli yang menekankan masa lampau atau kausalitas, sedangkan Adler adalah ahli yang berpandangan teleologis, yang menekankan peranan masa depan dengan segala cita-citanya dalam teori kepribadiannya. Jung berpendapat bahwa kedua pandangan itu kedua-duanya harus diambil, kualitas dan teleologi kedua-duanya penting dalam psikologi. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas), tidak pula hanya ditentukan oleh masa datang (teleologi), tetapi oleh kedua-duanya.
 2. Jalan Perkembangan : Progresi dan Regresi
Di dalam prosesperkembangan dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Jung berpendapat bahwa progresi adalah aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan, baik terhadap tuntutan-tuntutan dunia luar maupun kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progresi normal, kekuatan-kekuatan penghalang dipersatukan secara selaras dan koordinatif oleh proses-proses kejiwaan. 
3. Pemindahan Energi Psikis : Sublimasi dan Represi
Energi psikis itu dapat ditransfer dari satu aspek ke lain aspek. Transfer ini berlangsung atas dasar prinsip-prinsip pokok dinamika, yaitu ekuivalens dan entropi. Transfer yang progresi disebut sublimasi, yaitu transfer dari proses-proses yang lebih primitif, instinktif dan rendah diferensiasinya ke proses-proses yang lebih bersifat kultural, spiritual dan tinggi diferensiasinya. Jadi pandangan Jung sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan. Sublimasi itu progresif, menyebabkan psyche bergerak maju, menambah rasionalitas. Sedangkan represi itu adalah regresif, menyebabkan psyche bergerak mundur dan menghasilkan irrasionalitas.
 4. “Jalan Kesempurnaan” : Proses Individuasi
Menurut Jung perkembangan adalah semacam pembeberan kebulatan asli yang semula tak punya diferensiasi dan tujuan. Peoses ini dapat pula disebut proses pembentukan diri atau penemuan diri disebut Jung proses iindividuasi.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Psikologi berasal dari bahasa Yunani: Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam bahasa Arab, psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”. Sedangkan para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai “suatu kegiatan mental”. Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesias, Analitis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, jadi psikologi analisis sebagai studi ilmiah mengenai proses perilaku dan proses mental. Struktur Pysche atau Kepribadian menurut teori Carl Gustav jung yaitu struktur kesadaran dan struktur ketidaksadaran, adapun dinamika Psyche atau Kepribadian menurut Carl Gustav Jung meliputi hukum-hukum atau prinsip-prinsip psyche, arah dan Intensitas Energi .
Perkembangan  Pysche atau Kepribadian meliputi Jung menjangkau ke belakang dan ke depan, jalan perkembangan yaitu progresi dan regresi, pemindahan energi psikis yaitu  sublimasi dan represi,  jalan kesempurnaan yaitu  proses individuasi.

DAFTAR PUSTAKA

Sumadi Suryabrata., 2008. Psikologi kepribadian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.


http://google.com.//2015/13/Makalah psikologi analitis.html

You May Also Like

0 komentar