LANDASAN SEJARAH PENDIDIKAN
Dalam
sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada
terbentuknya negara bangsa (state
formation dan nation state) yang merdeka, pada
setiap kurun zaman , pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang
menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem
nilai-nilai (systems of values) yang
memberi warna.dan menjadi
“semangat zaman” (zeitgeist) yang
dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota-anggota komunitas atau
masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional . Landasan
filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah
Pendidikan Indonesia.
Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa dan
Amerika pada abad ke -19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah pendidikan telah
muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam
antara lain untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan
kesatuan kebudayaan ,pengembangan profesional guru-guru, atau untuk
kebanggaan terhadap lembag-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu ( Silver,
1985:2266).
Substansi dan tekanan dalam Sejarah pendidikan
itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu mulai dari tradisi
pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistem
pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam
hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial
atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan
gerakan-gerakan sosial. Sejarah pendidikan erat kaitannya dengan sejarah
intelektual dan sejarah sosial (Silver, 1985: Talbot, 1972:193-210).
Selama ini sejarah pendidikan masih
menggunakan pendekatan lama atau tradisional yang umumnya diakronis yang
kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir-pemikir besar dalam
pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga- lembaga, atau
sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan.(Silver,1985:2266).
Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis,sempit serta terlalu
melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam
pendidikan besrta segala macam masalah yang timbul dan ditimbulkannya.
Penanganan serta pendekatan baru dalam sejarah pendidikan dirasakan sebagai
kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian ( Tabolt,
1972:206-207)
Sehubungan dengan di atas pendekatan sejarah
pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada
pendekatan metodologis yang baru, antara lain interdisiplin. Dalam pendekatan
interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan
sinkronis ilmu-ilmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tetentu seperti
antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki “perbatasan” (sejarah)
pendidikan dengan “ilmu-ilmu terapan” yang disebut antropologi
pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini
dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis “simbiose
matualistis” antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial.
Sejarah Pendidikan Dunia
Umur
sejarah pendidikan dimulai dari zaman Hellenisme tahun 150-500 SM ke zaman
pertengahan tahun 500-1500, zaman Hunamisme atau renaissance serta zaman
Reformasi dan kontra reformasi tahun 1600 –an. Pendidikan zaman-zaman ini belum
banyak memberikan kontribusinya kepada pendidikan zaman sekarang
Pendidikan
mulai menunjukkan eksistensinya sejak zaman realisme. Realisme menghendaki
pikiran yang praktis. Saat ini berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan alam.Tokoh realisme zaman ini adalah
Francis Bacon (abad ke 17) yang mengembangkan metode induktif. Tokoh Realisme
yang lain yaitu johan Amos Comenius, yang terkenal dengan bukunya Janua
Linguarum Reserata atau Pintu Terbuka bagi Bahasa tahun 1631. Didactica
Magna atau buku Didaktik Yang Besar tahun 1632, dan Orbis Pictus atau Gambar
Dunia tahun 1651.
Sesudah itu berkembang paham Rasionalisme atau
disiplinarianisme dengan tokohnya Jhon Locke pada abad ke 18. Aliran ini
bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berpikir sendiri dan
bertindak untuk dirinya.
1.
Tokohnya adalah J.J
Rousseau yang menulis buku berjudul Emile, Herbart yang menginginkan
pembentukan manusia sosial yang bermoral tinggi, Frobel yang ingin
mengembangkan semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak dan
Stanlay Hall yang bertujuan mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada
sehingga memperoleh kehidupan yang harmonis.
Pada
abad ke-19 berkembang zaman Developmentalisme yang memandang pendidikan sebagai
proses pengembangan jiwa yang berlangsung dalam setiap individu.Tokoh-tokoh aliran
ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm frobel di
Jerman dan Stanley Hall di Amerika Serikat.
Selanjutnya pada abad ke-19 berkembang zaman
Nasionalisme. Paham ini muncul sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa,
mempertahankan bangsa dari imperialisme. Tokohnya adalah Chalotais di
Perancis, Fichte di Jerman dan Jefferson di Amerika Serikat. . Pada abad
tersebut muncul juga aliran liberalisme dan positisvisme. Tokoh Liberlisme
adalah Adam smith dalam bidang ekonomi. Tokoh aliran positivisme dalah August
Comte yang hanya percaya kepada kebenaran yang diamati oleh panca indera.
Pada abad ke-20 muncul aliran sosial dalam
pendidikan dengan tokoh-tokohnya Paul Natorp dan George Kerschensteiner di
Jerman serta John Dewey di Amerika Serikat. Maria Montessori, Ovide Declory dan
Hellen Parkhurst dengan pendidikan bebas, dengan semboyan mendidik dalam
kebebasan untuk kebebasan.
Sejarah pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum
Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup
panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan
zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan
pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis
kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang
berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui
lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang
hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah :
1. Mohammad Syafei
Yang
mendirikan sekolah INS atau Indonesisch
Nederlandse School di Sumatera Barat pada
tanggal 31 Oktober 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah
Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di desa Kayutanam. Sekolah ini berawal
dari sebuah rumah yang disewa sebagai kelas belajar, namun kemudian berkembang
menjadi sebuah kampus dengan fasilitas yang lengkap. INS memiliki falsafah
pendidikan yang berorientasi kepada bakat serta sifat aktif, kreatif, dan
produktif yang berlandaskan kepada alam yang berkembang. Salah satu program
yang dikembangkan adalah Seni rupa dan kerajinan . (Syafwandi:2001) atau Http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2001-syafwandi-1726&width=300
Tujuan pendidikan INS adalah :
2. Ki Hajar Dewantara
Ki
Hajar Dewantara setelah pulang dari pengasingan, bersama-sama rekan
seperjuangannya mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yaitu National Onderwijs Institut Tamansiswa (Perguruan
Nasional Tamansiswa) pada tanggal 3 Juli 1922. Pemerintah Belanda berupaya
merintangi dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
1932.tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi tersebut
dicabut. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat
keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman
Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan
untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tahun 1947 direvisi yang
diberi nama Panca Darma. Isi Panca Darma yaitu:
1 Kemanusiaan,
yaitu berupaya menghargai sesama manusia dan mahluk
tuhan lainnya
2
Kebangsaan, ialah bersatu dalam suka dan duka , tetapi menghindari
chaufinistis, dan tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan.
3
Kebudayaan nasional harus dilestarikan dan dikembangkan.
4
Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina dan
berkembang sesuai dengan kodrat alam.
5
Kemerdekaan atau kebebasan, setiap anak harus diberi kesempatan bebas
mengembangkan diri sendiri
3. Kyai Haji Ahmad Dahlan
Tanggal
8 dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M adalah kelahiran sebuah
gerakan islam modernis terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah yang didirikan
oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota Santri Kauman
Yokyakarta, diajukan pengesahannya tanggal 20 Desember 1912 dengan
mengirim“Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, th.1912), Yang kemudian
baru disyahkan oleh gubernur Jendral Belanda pada 22 Agustus 1914.Kata
Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad. Penggunaan
kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran
dan jejak perjuangan nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H.
Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian “ Dengan nama itu dia bermaksud
untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat
Muhammad, dan asasnya adalah ajaran nabi Muhammad s.a.w, yaitu islam. Dan
tujuannya adalah memahami dan melaksanakan agama islam sebagai yang
memang ajaran yang serta dicontohkan oleh nabi Muhammad saw, agar supaya
dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama islam. Dengan demikian
ajaran islam yang suci dan benar itu dapat memberi napas bagi kemajuan
umat islam dan bangsa Indonesia pada umumnya” .
Menurut Nurcholis Madjid (1983,310) Dahlan
memang sosok pencari kebenaran yang hkiki, yang menangkap apa yang
tersirat dalam tafsir Al-Manar dan tokoh unik karena usaha
pembaharuannya tidak melalui pendahuluan atau prakondisi tertentu
sebelumnya.
Secara
Idelistik menurut Djarnawi (t.t:68) gagasan untuk mendirikan Muhamadiyah timbul
dalam hati sanubari Kyai Dahlan sendiri karena didorong oleh sebuah ayat
dalam Al-Qur’an yakni surat Al-Imran 104, yang berbunyi “Wal takum minkum
ummatun yad’u;na ilal khairi wa yakmuru : na bil ma’rufi wa yanhauna ‘anil
munkari wa ula: ika humul muflihun”: Adakanlah diantara kamu segolongan
umat yang menyuruh manusia kepada keutamaan dan menyuruh berbuat kebajikan
serta mencegah berlakunya perbuatan yang munkar. Umat yang berbuat demikian
itulah yang akan berbahagia.(www.muhammadiyah-or-id)
Sejarah Singkat Pendirian Persyarikatan Muhammadiyah 2006
Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan
yaitu :
1.
Perubahan cara berfikir
2.
Kemasyarakatan
3.
Aktivitas
4.
Kreativitas
5.
Optimisme
Masa Perjuangan Bangsa
Perjuangan bangsa Indonesia pada awalnya
bersifat kedaerahan dan mulai berubah menjadi perjuangan bangsa sejak
didirikannya Budi Utomo tahun 1908 oleh Dr.Wahidin. Organisasi Budi Utomo
dengan Ciri-ciri:
1.
Dasar organisasi adalh
kebudayaan.
2.
Tujuannya adalah untuk
memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan terutama kebudayaan.
3.
Pimpinan adalah
orang-orang Indonesia yang bukan pelajar.
Masa Pembangunan
Pembangunan dilaksanakan serentak pada
berbagai bidang, baik spiritual maupun material Prioritas pertama yaitu pada
bidang ekonomi, karena ekonomi memegang peranan penting dalam memajukan suatu
bangsa dan negara. Sementara itu pembangunan di bidang lain tetap dilaksanakan
secara proporsional sejalan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi.
Untuk
mencapai maksud di atas dikembangkan kebijakan Link and Match. Link
berarti pendidikan memilki kaitan fungsionaldengan kebutuhan pasar. Merupakan
inplementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan keseimbangan ,
koordinasi, pengaturan, perencanaan, dan program kerja.. Match berarti lulusan
yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik jenis, jumlah, maupun mutu yang
dipersyaratkan. Merupakan dampak outcome serta efisiensi internal dan eksternal.
Beberapa inovasi yang dilakukan antara lain:
Tilaar (1996) , PPSP yang mencobakan belajar
dengan modul, SD Pamong yaitu pendidikan antara masyarakat, orang tua dan guru
, yang hilang dari peredaran setelah muncul SD Inpres.. Tilaar mengharapkan
inovasi pendidikan bersumber dari hasil-hasil penelitian di Indonesia.
Alisyahbana (1990), Mengemukakan ada tiga
macam pesimisme di kalangan para ahli pendidikan maksudnya adalah :
1.
Pemerintah seolah-olah belum memiliki political
will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
2. Orang Indonesia memiliki budaya begitu
lambanmelakukan informasi sosial
3. Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir
yang berani menyusun dan memperjuangkan konsep-konsep yang bertalian dengan
pendidikan.
Buchori (1990), mengemukakan ada kesenjangan
dalam dunia pendidikan yaitu:
1.
Kesenjangan Okupasional,
yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik
dengan tugas-tugas yang
akan dilakukan dalam dunia pekerjaan.
2.
Kesenjangan akademik
artinya pengetahuan-pengetahuan yang diterima di sekalah acapkali tidak
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Kesenjangan kultural,
terjadi karena masih banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan klasik
dan humaniora.
4.
Kesenjangan Temporal
ialah kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia sekarang.
Salah satu dampak dari hasil pembangunan yang
tidak seimbang itu adalah:
1.
Munculnya kenakalan dan
perkelahian anak-anak muda disana-sini.
2.
Maraknya kolusi
diberbagai kalangan sepert ditulis oleh Baharudin Lopa (1996)
3.
Tingginya tingkat korupsi
menurut laporan Fortune tentang korupsi di Asia dan survey internasional TIN
(Jawa Post 14-8-1995 dan 10-2-1996).
Segi keberhasilan pembangunan yang menonjol
yaitu:
1.
Kesadaran masyarakat
tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan pesat.
2.
Persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terkendali.
3.
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia meningkat tinggi sampai mencapai 7%
0 komentar