PENDEKATAN PENELITIAN POSITIVISTIK
PENDEKATAN PENELITIAN
POSITIVISTIK
Pendekatan Positivistik
Penelitian yang digunakan dalam pendekatan Positivistik, yaitu berpikir
positivistik adalah berpikir spesifik, berpikir tentang empirik melalui
pengamatan yang terukur dan dapat dihapuskan (eliminasi) serta dapat
dimanipulasikan, dilepaskan dari satuan besarnya. Tata fikir logik yang dominan
dalam metodologi penelitian positivistik adalah sebab akibat (kausalitas),
tidak ada akibat tanpa sebab. Pendekatan positivistik juga merupakan pendekatan
dimana setiap orang yang melakukan penelitian mencoba menganalisa fakta-fakta
dan data-data empiris untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi/menyebabkan terjadinya sesuatu hal. Secara umum berita sebagai sebuah produk kerja wartawan dipahami
sebagai sebuah realita yang “direpresentasikan” secara utuh apa adanya, persis
seperti realita yang terjadi di lapangan.
Pendekatan
Positivistik dalam
Penelitian
Positivistik bisa menjalankan peran pendekatan ilmiah pada
gejala lingkungan untuk diformulasikan menjadi pengetahuan yang bemakna.
Pengetahuan modern mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran.
Sehingga, sebuah fakta dan gejala dapat dikumpulkan secara sistematis dan
terencana harus mengikuti asas yang terukur,
terobservasi dan diverifikasi. Dengan begini, pengetahuan menjadi bermakna dan sah
menurut tata cara positivistik.
Positivistik sendiri sebenarnya
merupakan sebuah paham penelitian. Istilah ini juga merujuk pada sudut pandang
tertentu, sehingga boleh disebut sebagai
pendekatan. Paham penelitian positivistik berbau statistik dan biasanya menolak
pemahaman metafisik dan teologis. Bahkan, paham positivistik sering menganggap
bahwa pemahaman metafisik dan teologis terlalu primitif dan kurang rasional.
Artinya, kebenaran metafisik dan teologis dianggap ringan dan kurang teruji.
Singkat kata, positivistik lebih berusaha ke arah mencari fakta atau
sebab-sebab terjadinya fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan
pribadi yang bersifat subjektif.
Tujuan penelitian dengan pendekatan
positivisme adalah menjelaskan yang pada akhirnya memungkinkan untuk
memprediksi dan mengendalikan fenomena, benda-benda fisik atau manusia.
Kriteria kemajuan puncak dalam paradigma ini adalah bahwa kemampuan “ilmuwan”
untuk memprediksi dan mengendalikan (fenomena) seharusnya berkembang dari waktu
ke waktu. Perlu dicermati reduksionisme dan determinisme yang diisyaratkan
dalam posisi ini. Peneliti terseret ke dalam peran “ahli”, sebuah situasi yang
tampaknya memberikan hak istimewa khusus, namun boleh jadi justru tidak layak,
bagi seorang peneliti.
Positivistik lebih menekankan
pembahasan singkat, dan menolak pembahasan yang penuh diskripsi cerita.
Peneliti yang akan menggunakan positivistik, harus berani membangun teori-teori
atau konsep dasar, kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Peneliti lebih
banyak berpikir induktif, agar menghasilkan verifikasi sebuah fenomena.
Penelitian positivistik menuntut pemisahan antara subyek peneliti dan obyek
penelitian sehingga diperoleh hasil yang obyektif. Kebenaran diperoleh melalui
hukum kausal dan korespondensi antar variabel yang diteliti. Karenanya, menurut
paham ini, realitas juga dapat dikontrol dengan variabel lain.
Penelitian dengan pendekatan positivisme menggunakan beberapa
tahap yaitu: Pertama, Pengajuan masalah
umum berdasarkan rasional ilmiah tertentu. Kedua,
spesifikasi masalah ke dalam ruang lingkup yang lebih khusus serta diikuti
pengembangan hipotesis berdasarkan kerangka teoritik tertentu. Untuk menjawab
masalah umun dan menjawab hipotesis dilakukan tahap ketiga yaitu, pembuatan jenis rancangan penelitian yang relevan
untuk menjawab permasalahan umum dan menguji hipotesis yang telah disusun.
Jenis rancangan penelitian dapat bermacam-macam seperti kuasi eksperimen,
eksperimen, survei, ex post facto,
analisis basis data dan rekaman. Langkah keempat
adalah pengumpulan data. Alat pengumpulan yang digunakan menggunakan wawancara
terstruktur, pengamatan terkontrol, dan memakai angket. Secara umum data
penelitian dalam kerangka positivistik terwujud pada pola-pola yang bersifat
kuantitatif. Kelima, tahap terakhir
berupa analisis data yang diperolah. Seperti pada penelitian ilmu alam, teknik
analisis yang digunakan bersifat statistik matematis seperti analisis faktor,
analisis jalur, analisis kanonik, analisis diskriminan atau bahkan sampai pada
teknik analisis yang paling canggih seperti meta-analisis. (kerlinger,1986)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/167-perbedaan-paradigma-positivism-dan-interpretivism.html diunduh pada tanggal 27 Februari 2016
https://www.scribd.com/mobile/doc/70184562/2-Paradigma-Positivistik-Teori-Dan-Jenis-Penelitiannya.html diunduh pada tanggal 27 Februari 2016
http://www.academia.edu/657239/Filsafat_Penelitian_Positivisme.html
diunduh pada tanngal 27 Februari 2016
0 komentar