Perilaku Seksual

by - 7:47 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Di saat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu, bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam mencari jati diri. Rasa ingin tahu dari remaja kadang-kadang kurang disertai dengan pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan (Jufri, 2005).
Alan Guttmacher Institute, suatu lembaga penelitian kesehatan nonprofit, melaporkan bahwa berdasarkan data terakhir (2003), sekitar 60 persen kelahiran anak di kalangan remaja di dunia adalah kehamilan yang tidak diharapkan. Satu diantara remaja usia 19 tahun tidak mempunyai akses untuk mendapat kontrasepsi. Lebih dari dua pertiga wanita di negara berkembang mendapat pendidikan kurang dari sembilan tahun.
Ditemukan juga bahwa remaja putri di negara berkembang yang terpaksa keluar dari sekolah, sudah melakukan hubungan seks di bawah usia 20 tahun, menikah muda dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi. Oleh sebab itu, menurut para ahli, hanya dengan pendidikanlah untuk dapat menyelamatkan remaja putri di seluruh dunia.
Masih di negara berkembang, banyak wanita sudah mempunyai anak pertama pada usia di bawah 18 tahun, sementara wanita-wanita di desa dengan pendidikan tidak menyukai kontrasepsi, dan hampir semuanya terpaksa melahirkan dan menemui resiko kehamilan yang cukup gawat. Namun masalah ini sebenarnya bukan urusan negara berkembang saja. Di Amerika Serikat, tujuh diantara 10 remaja yang melahirkan adalah kelahiran yang tidak diinginkan (Anonim, 2003).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh 3 orang sosiolog di Bowling Green University menunjukkan bahwa lebih dari setengah wanita dewasa yang pernah “tidur” dengan pria yang baru dikenal ataupun sekedar teman biasa, tidak mengambil langkah-langkah pencegahan. Dibandingkan dengan sekitar seperempat gadis yang dikategorikan memiliki pasangan tetap dan menggunakan kontrasepsi.Penelitian tersebut meneliti 1.600 wanita muda yang melakukan hubungan seks pertama kali sebelum berusia 18 tahun.
Di Indonesia, jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta orang atau 30 persen dari total penduduk. Sekitar 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Setiap tahunnya 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan. Hingga Juni 2006 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang dilaporkan berasal dari usia 15-29 tahun.
Diperkirakan bahwa terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, dimana lebih dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15 tahun atau kurang. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia, dimana 20 persen diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja (Okanegara, 2007).
Suatu angka menakjubkan menyebutkan bahwa 51,5% remaja melakukan hubungan seksual di tempat kos. Ditambah lagi, Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia menyebutkan bahwa 44,8% mahasiswa PTN dan PTS serta remaja di Bandung telah melakukan hubungan seks hampir sebagian besar di wilayah rumah kos mereka (Eva, 2004).

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Seks ?
2.      Apa Pengertian Remaja dan Perilaku Seksual?
3.      Bagaimana Pengaruh Negatif Penyimpangan Seks Terhadap Pelakunya ?
4.      Bagaimna Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Remaja ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Seks
Seksualitas adalah perilaku keseluruhan seseorang yang menunjukkan ia laki-laki atau wanita. Perilaku seksual yang normal adalah yang dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan diri sendiri (dan pasangannya bila sudah menikah) dalam hal mencapai kebahagiaan dan pertumbuhan, juga dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik.Seksualitas dalam arti luas adalah semua aspek badaniah, psikologis, dan sosiobudaya yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia.Seksologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek ini.Maka, seks juga bio-psiko-sosio-kultural-spritual, karena itu pendidikan terhadap seks harus holistic pula. Bila dititkberatkan hanya pada salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalam hal ini pada individu atau padamasyarakat dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Untuk mengerti seksualitas manusia, baik yang normal maupun abnormal, perlu dimilki latar belakang pengetahuan bukan saja psikiatri dan ilmu perilaku, tetapi juga anatomi dan daal sexual serta kebudayaan dan agama.

B.     Remaja dan Perilaku Seksual
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, terutama dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.Seperti, perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini, dapat memungkinkan seorang remaja untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang pada kenyataannya hal tersebut merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Perkembangan pada masa remaja digambarkan sebagai the onset of pubertal growth spurt (masa kritis dari perkembangan biologis) serta the maximum growth age. Perbedaan permulaan pemasakan tanda-tanda seksual yang muncul ditandai oleh munculnya (Monks, Knoers, dan Siti Rahayu, 2004) : permasalahan seksual, permulaan pemasakan seksual, serta urutan gejala pemasakan seksual.
Secara fisik perkembangan remaja pada masa seperti ini ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik yang dimulai dari pembentukan hormon mamotropik dan hormon gonadotropik (kelenjar seks).Kelenjar ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer dan sekunder.Sedangkan kematangan organ seksual ditandai dengan tumbuhnya payudara, tumbuh rambut di ketiak, dan kemaluan, mimpi basah, menstruasi, dan juga timbulnya rangsangan-rangsangan seksual.Sedangkan secara psikologis perkembangannya ditandai dengan timbulnya rasa keingintahuan yang tinggi mengenai seks dan seksualitas.Pemenuhan keingintahuan yang tinggi ini diperoleh dari membahas dengan teman sebaya, buku-buku, majalah, internet, serta melakukan eksplorasi seksualitas dengan onani, masturbasi, hingga intercourse dengan lawan jenis (Santrock, 2006).Masa pembentukan inilah yang selanjutnya membuat perbedaan-perbedaan yang khas antara remaja laki-laki dan perempuan (Rita, 2008).
Masa remaja menjadi masa transisi dimana individu merupakan makhluk aseksual menjadi seksual.Kematangan hormonal serta menguatnya karakteristik seksual primer dan sekunder diikuti pula perkembangan emosionalnya.Selama masa peralihan ini diikuti perkembangan secara biologis dari masa anak-anak menuju dewasa dini.Pada masa transisi seperti ini menjadi rawan terhadap meningkatnya aktifitas seksual aktif maupun pasif. Pada masa ini impuls-impuls dorongan seksual (sexdrive) mengalami peningkatan dan pada saat tersebut rasa ketertarikan remaja untuk merasakan kenikmatan seksual meningkat (Mahati, 2001; Gusmiarni,2000; Aminudin, dkk: 1997).
Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.Namun pemahaman pengertian mengenai perilaku seksual yang selama ini yang berkembang di masyarakat hanya berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi (Wahyudi, 2000).Dalam kondisi tertentu remaja cenderung memiliki dorongan seks yang kuat. Namun kompensasi dari dorongan rasa ini terhadap lawan jenis,  remaja kurang memiliki kontrol diri yang baik dan terlebih disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat. Perilaku semacam ini rawan terhadap timbulnya masalah-masalah baru bagi remaja. Banyak ditemukan remaja melakukakan penyaluran dorongan yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi norma masyarakat setempat ataupun diwujudkan melalui ekspresi seksual yang kurang sehat. Dorongan ini rawan terhadap munculnya pelecehan seksual.Perilaku seks yang kurang sehat itu jarang disadari remaja dan selanjutnya menimbulkan kerugian terhadap remaja itu sendiri.
Kerugian dari perilaku seksual tidak sehat ini menurut Tizar Rahmawan (2010) sebagai berikut:
1.      Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko besar untuk gagal dalam pendidikan sekolah.
2.      Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko mendapatkan sorotan tajam, cemoohan, bahkan sanksi lebih keras dari masyarakat. Jika hal ini sampai terjadi, citra buruk akan melekat pada remaja yang bersangkutan dan tentu manjadi hambatan dalam penyesuaian sosialnya.
3.      Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko untuk mengalami kehamilan. Kehamilan yang tidak diharapkan tentu merugikan kedua belah pihak baik pihak laki-laki dan terutama pihak perempuan.
4.      Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual.

C.    Pengaruh Negatif Penyimpangan Seks Terhadap Pelakunya
Penyimpangan seks selain mempunyai hukum haram juga mempunyai pengaruh yang negatif pada pelakunya, diantaranya:
1.      Pengaruh Terhadap Jiwa adalah goncangan batin yang ada pada diri seorang yang melakukan penympangan seks, bila ia merasakan kelainan-kelainan insting seksnya.
2.      Pengaruh Terhadap daya fikir atau kerja otak, sehingga tidak dapat berfikir secara abstrak, minat terhadap sesuatu amat kurang sehingga membuat lemahnya otak.
3.      Pengaruh Terhadap Mental yakni terjadinya sesuatu syndrome mental disebut “Neurasthenia” (penyakit lemah syahwat). Juga depresi mental, akibat suka menyendiri serta mudah tersinggung, sehingga tidak dapat merasakan bahagianya hidup.
Dampak seks bebas bagi kesehatanadalah :
1.      Hamil di luar nikah
2.      Aborsi
3.      Penyakit psikologis
4.      Penyakit menular seksual diantaranya HIV/AIDS, gonorea, jengger ayam, virus herpes, sifilis, HPV (human papiloma virus)

D.    Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Remaja
Ada beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
1.      Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
2.      Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
3.      Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
4.      Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
5.      Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
6.      Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
7.      Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
8.      Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
9.      Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
10.  Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. k.Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
11.  Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
12.  Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik bebarapa kesimpulan, sebagai berikut:
1.      Populernya seks pra-nikah di kalangan remaja, karena adanya tekanan dari teman-teman, lingkungan atau mungkin pasangan sendiri.
2.      Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku seks bebas adalah krisis identitas dan kurangny control diri.
3.      Upaya untuk mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas yaitu orang tua harus memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak remaja, adanya pengawasan yang tidak mengekang, bimbingan kepribadian dan pendidikan agama.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal berikut, kepada:
1.      Para orang tua untuk memberi kasih sayang, pengawasan intensif dan perhatian, pendidikan kepribadian dan pendidikan agama yang cukup bagi bagi anak remajanya sehingga terhindar dari perilaku seks bebas.
2.      Para remaja untuk tidak melakukan dan terjun kedunia pergaulan bebas dan seks bebas, tetapi memperbanyak aktifitas-aktifitas, baik di sekolah maupun di rumah.




DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Feist, Jess.Theories of Personality. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2008.
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan.Erlangga
http://himikaung.wordpress.com/dampak-seks-bebas-bagi-kesehatan
http://www.zaharuddin.net/index.php?option=com_content&task=view&id=282&Itemid=89
.

You May Also Like

0 komentar