SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Sengaja
bersikap, berperilaku (termasuk mode busana) yang secara nyata menonjolkan dan
membuka bagian-bagian tubuh yang diketahui mengundang birahi. Kalau diketahui
karakteristik pria lebih merupakan gejala badaniah yang didorongoleh gemuruh
seks yang dangkal, sementara wanita cenderung memberikan peluang, maka meskipun
pria sebagai sumber inisiatif penekan dalam melakukan serentetan pendekatan
seks melalui pegangan tangan, ciuman, memeluk dan mencumbu; bukan
berartisebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab, tetapi pihak wanita
juga menentukan tingkat intimitas batas kepantasanhubungan seks mereka.
Oleh
karena itu dalam perkembangan hubungan intim itu, lagi-lagi pihak wanita
menyerah dan mengizinkan pria untuk memenuhi tuntutan seksnya, lantaran iapun sesungguhnya
mempunyai deru-gelora nafsu seks tersendiri. Sebab bila puncak birahikeduanya
telah seimbang, maka hampir tak ada orang yang sanggup menolak keinginan
hubungan seksnya, baik dengan alasan-alasanrasional maupun alasan-alasan moral,
dosa ataupun sanksi sosial. Dalam perburuan seks, kaum pria cenderung bersifat
lebih independen dan interaktif dalam posisi meminta dan menekan (memaksa),
sehingga tanpa disadari terjadi eksploitasi perilaku seks yang kemudian
mengaburkan makna cinta dan seks. Pihak wanita sendiri memberikan reaksi seks
dalam posisi terikat (dependen) dan tak mampu menolak tuntutan seks.
Keterikatan wanita dalam perilaku seks masa kini cenderung salah kaprah
menanggapi makna mitos cinta sejati yang berarti "rela memberikan segalanya".
Hal ini justeru diartikan sebagai proses kompromi seks yang saling merelakan
segala yang berharga demi sebuah kenikmatan seks. Oleh karena itu nilai
pengorbanan, harga diri dan penyesalan, akibat hubungan seks tersebut
semaksimal mungkin ditiadakan. Artinya kebebasan seks cenderung dipandang
sebagai perilaku pemuasan nafsu yang melahirkan kenikmatan belaka, dan
melupakan realitas negatif akibat dari seks itu sendiri. Perilaku seks bebas,
tak terkecuali perselingkuhan kaum pria danwanita berumah tangga, dipandang
sebagai kesenangan hidup tanpa ikatan, sehingga patut dijadikan kebutuhan
permanen.
Resiko perilaku seks bebas, seperti kehamilan dan tercemarnya nama
baik keluarga tidak lagi menakutkan, disamping karena peristiwa ini sudah biasa
terjadi, juga karena kehamilan dapat dicegah melalui kebebasan penggunaan
kontrasepsi (paling tidak, kondom sutra). Kebiasaan seks bebas dapat
mengakibatkan orang semakin tidak mampu menahan birahinya yang sewaktu-waktu
mendesak, tidak mustahil terjadi perkosaan di mana-mana sebagaimana
diketahuicenderung meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Dari segi
sosial-psikologis, perilaku seks bebas dianggap tidak mendatangkan beban
tanggungjawab yang besar, dan tidak pula dirasakan sebagai pencemaran terhadap
tradisi adat dan moral. Tentang kemungkinan terjadi depresi karena perasaan
berdosa, penyesalan atau rasa takut terjangkitnya penyakit kelamin, semuanya
tidak termasuk dalam perhitungan. Persepsi masyarakat terhadap perilaku seks
cenderung menghalalkan seks atas dasar argumen saling suka, saling cinta, dan
saling membutuhkan.
Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu pengakuan terhadap
penyelewengan hubungan (love affair) atau perselingkuhan, baik sebelum atau
sesudah menikah. Kondisi ini kemudian menempatkan posisi hubungan intimitas
seks manusia mendekati persamaannya dengan perilaku seks pada binatang.
Meskipun perilaku seks semacam ini masih tersembunyi, akan tetapi secara
realistik diam-diam diakui, terutama bagi mereka yang tak mampu menahan nafsu
seksnya dalam jangka waktu tertentu. Mungkin karena kesepian, atau karena
terperangkap dalam perkawinan yang tak bahagia,bisa juga
karena ingin menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga.
Gejala ini
kemudian mendorong timbulnya gerakan sosial (social movement) dari kolektifitas
kelompok untuk menegakkan pola perilaku seks bebas. Meskipun secara terselubung
dalam jangka waktu tertentu, tetapi lama kelamaan akan membawa perubahan
perilaku yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai suatu kelaziman.
Sepanjang hubungan seks itu masih dalam kerangka jaminan kepentingan bersama
dengan sedikit mungkin beban tanggungjawab atas syarat-syarat kontrak
sosialnya, maka selama itu pula rutinitas hubungan seks akan berlangsung
sebagai suatu kelaziman dalam kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan yang ideal, tentu semua tindakan itu dapat dikategorikan sebagai
jalan pintas yang mengotorkan jiwa, pikiran dan fisik, karena mau tak mau ada
perasaan taklayak, kotor, berdosa dan pengaruh negatifnya, baik terhadap
hubungan perkawinan maupun terhadap masa depan remaja. Semua tindakan itu dapat
menurunkan kesucian dan kemulyaan perkawinan, di samping dapat merusak sumber
daya generasi muda. Perilaku seks bebas dapat membentuk struktur kemasyarakatan
dalam status social yang rendah dalam kehidupan masyarakat.
Upaya
Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Remaja
Ada beberapa
upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas di
kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
- Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. k.Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat ditarik bebarapa kesimpulan, sebagai berikut:
1.Populernya seks pra-nikah di kalangan remaja, karena adanya tekanan dari
teman-teman, lingkungan atau mungkin pasangan sendiri. 2.Faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya perilaku seks bebas adalah krisis identitas dan kurangny
control diri. 3.Upaya untuk mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas yaitu
orang tua harus memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak remaja,
adanya pengawasan yang tidak mengekang, bimbingan kepribadian dan pendidikan
agama.
Saran-Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal berikut, kepada:
1.Para orang tua untuk memberi kasih sayang, pengawasan intensif dan perhatian,
pendidikan kepribadian dan pendidikan agama yang cukup bagi bagi anak remajanya
sehingga terhindar dari perilaku seks bebas. 2.Para remaja untuk tidak
melakukan dan terjun kedunia pergaulan bebas dan seks bebas, tetapi
memperbanyak aktifitas-aktifitas, baik di sekolah maupun di rumah.
0 komentar