PSIKOLOGI BELAJAR : PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN
PRINSIP - PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN
Salah satu tugas guru
adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan
sembarangan , tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar
tertentu agar bertindak secara tepat. Oleh karenanya, sebagai calon guru perlu
mempeajari teori dan prinsip belajar yang dapat membmbing aktivitas guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dalam
perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas
kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan
tentang teori dan prinsip-prinsip dapat membantu guru dalam memilih tindakan
yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik
tetap nyatanya tidak berhasil menigkatkan proses belajar siswa. Selain itu
dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap
yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar.
A. Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak
teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang berlaku umum yang dapat kita
pakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya.
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung/berperpengalaman,pengulangan,tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian Dan Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori kegiatan
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin
terjadinya belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap
pembelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Disamping
perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Barliner, 1984:
372). “Motivation is the concept we use when we describe the force action on or
within an organism to intiate and direct behavior” demikian menurut H.L. Petri
(Petri, Herbert L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap
sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Karenanya
,bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa
dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap
siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Motivasi
dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, dari orang tua,
teman, dan sebagainya.Motivasi Intrinsik adalah tenaga pendorong
yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.Motivasi ekstrinsik adalah
tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertanya.
2. Keaktifan
Kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif . Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Jhon Dewey misalnya mengemukakan bahwa belajar
adalah menyangkut yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri , maka
inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sebagai pembimbing dan
pengarah.(Jhon Dewey 1916, dalam Davies , 1937; 31).
Menurut
teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa yang
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya tanpa
mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984: 267). Thomdike mengemukakan
keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise” yang menyatakan
bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. “Manusia belajar yang aktif
selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gredler MEB terjemahan
Munandir, 1991: 105).
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggunjawab terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam
dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan “learning by doing”-nya . Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung.
Keterlibatan
siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih
dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan ,dalam penghayatan dan
internalisasi dalam pembentukkan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah
yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dsb. Teori lain
menekankan prinsip pengulangan adalah teori asosiasi atau koneksionisme dengan
tokohnya yang terkenal Thomdike. Berangkat dari salah satu hukumnya “Law of
exercise” ia mengemukakan bahwa belajar adalah pebentukan hubungan antara
stimulus dan respons dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu
memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Kalau pada koneksionisme
belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi
conditioning respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus,tetapi oleh
stimlus yang dikondisikan. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu.
5. Tantangan
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai , tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar maka timbullah motif untuk
mengatsi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Agar
pada anak timbul motif untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar
haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya.
Pelajaran
yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep
,prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Penggunaan
metode eksperien, inkuiri, diskoveri, juga memberikan tantangan bagi siswa
untuk belajar secara lebih,giat dan sunguh-sungguh.
6. Balikan dan Penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F Skinner, kalau pada
teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya ,maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Siswa akan lebih bersemangat
apabila menegetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil apalasi yang baik
akan merupakan balikan yang menyenagkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya. Siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan hal yag baik
dalam ulangan. Nilai yang baik itu akan mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Forat berupa sajian tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan,
dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya
balikan dan penguatan.
7. Perbedaan Individual
Siswa
merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan
individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem klasikal
yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran
yang klasikal yang mengabaiakan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara. Antara lain penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar
yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani.
Juga penggunaan media intruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan
siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klsikal
adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan bagi siswa yang
pandai, dan memberikan bimbingan bagi anak-anak yang kurang.
Impikasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tapak daam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun demikian,
perilaku disadari bahwa implementasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan
guru, tidak semuanya terwujud dala setiap proses pembelajaran.
a. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar Bagi Siswa
Siswa
sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan
apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
Justru para siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari
implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka.
1. Perhatian dan Motivasi
Siswa
dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke
arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan
perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala
pesan yang dipelajarinya.
Sedangkan
implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa
motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan engembangkan
secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi
belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan
menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara
positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan terget/sasaran penyelesaian
tugas tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya.
2. Keaktifan
Sebaga
“primus motor” dalam kegiatan pembelajarn maupun kegiatan beljar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk
dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar
dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi
prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari
suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis
lainnya.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Hal
apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mepelajarinya sendiri. Tidak ada
seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Devies, 1987:
32). Pernyataan ini secara mutlakmenuntut adanya keterlibatan langsung dari
setiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip ini
dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas
belajar yang diberikan kepada mereka. Dan keterlibatan langsung ini, secara
logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman.
Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung
bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa
membaca puisi didepan kelas, dan perilaku sejenis lainnya.
4. Pengulangan
Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti (Devies, 1987: 32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa
adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang untuk
satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa
bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang
merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur
kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafa nama-nama latin
tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5. Tantangan
Prinsip
belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa deberikan
tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan lebih termotivasi untuk
belajar, ia akan belajar dan mengingat seacara lebih baik (Devies, 1987: 32).
Hal ini berarti selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses, dan
mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Bentuk-bentuk
perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya
adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau
mencari tahu peecahan suatu masalah.
6. Balikan dan Penguatan
Siswa
selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar
atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi
dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilaman setiap langkah
segera diberikan penguatan (reinforcemen) ( Devies, 1987: 32). Hal ini timbul
karena kesadaran adanya kebutuhn untuk memproleh balikan dan sekaligus
penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan
bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan
segera mencocokan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap
skor yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil
belajar yang jelek.
7. Perbedaan Individual
Setiap
siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya
sendiri untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar(Devies,
1987: 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan orang lain, akan membantu
siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
Implikasi adanya prinsip perbedaan individal bagi siswa di antaranya adalah
menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa
implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat beberapa perilaku
fisik maupun psikis.
b. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Guru
Guru
sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya
prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan
pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi
guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya
prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan
adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
1. Perhatian dan Motivasi
Guru
sejak merencanakan kegiatan pebelajaranya sudah memikirkan perilakunya terhadap
siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan motivasi siswa dan tdak berhenti
pada rencana pembelajarannya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai
berikut :
1) Guru menggunakan metode secara bervariasi
2) Guru menggunakan media sesuia dengan tujuan belajar dan materi
yang di ajarkan.
3) Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.
4) Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan mebimbing (direction
question)
Sedangkan
iplikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada prilaku-perilaku yang di
antaranya :
1) Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
2) Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
3) Mengoreksi segera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada siswa.
4) Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan yang sedang dipelajari siswa.
5) Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang
dipelajari.
2. Keaktifan
Para
guru memberikan kesempatan belajar kepada para siswa, memberikan peluang
dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran
guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti
mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis,
yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di
dalam kondisi yang ada (Sten, 1988: 224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan
yang diberikan guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan
mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada
siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut :
1) Menggunakan multimetode dan multimedia.
2) Memberikan tugas secara individual dan kelompok.
3) Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam
kelompok kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang).
4) Memberikan tugas ubtuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal
yang kurang jelas.
5) Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3. Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Guru
harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Namun demikian, perlu diingat bahwa keterlibatan
langsung secara fisik tidak menjamin keaktifan belajar. Untuk dapat melibatkan
siswa secara fisik, mental, emosional, dan intelektual dalam kegiatan
pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik isi pelajarn. Pelajarn
sebagai implikasi prinsp keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya :
1) Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada
pembelajaran individual dan kelompok kecil.
2) Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan
demonstrasi.
3) Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
4) Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakkan
psikomotorik yang dicontohkan.
5) Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi
diluar kelas atau luar sekolah.
6) Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi
pesan pembelajaran.
Implikasi
lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah
kemampuan guru untuk bertindak sebagai pengelolakegiatan pembelajaran yang mapu
mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang
ditetapkan.
4. Pengulangan
Implikasi
prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan
pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak
membutuhkan pengulangan. Hal ini perlu dimiliki oleh guru karena tidak semua
pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan
oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada
kesalahan sedikit pun. Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap
pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan
implikasi prinsip pengulangan di antaranya :
1) merancang pelaksanaan pengulangan.
2) Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan.
3) Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yaitu harus
diulang.
4) Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan
5) Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
5. Tantangan
Apabila
guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus
memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam
kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan,
bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku
guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan di antaranya :
1) Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam
kelompok kecil (3-4 orang).
2) Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan
informasi dari orang lain dari luar sekolah sebagai sumber informasi.
3) Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang
selesai disajikan.
4) Mengembangkan bahan pelajaran (teks, hand out, modul, dan yang
lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan didalamnya,
sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa
memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
5) Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan
generalisasi sendiri.
6) Guru merancang dan mengelola kegatan diskusi untuk
menyelenggaraan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi.
6. Balikan dan Penguatan
Balikan
dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual ataupun
kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat
menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar
balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan
karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru,
berwujud perilaku-perilaku di antaranya :
1) Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan
pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah.
2) Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada
siswa pada waktu yang telah ditentukan.
3) Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa
makalah, laporan, kliping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru
terhadap hasil kerja pembelajaran.
4) Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi
oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar.
5) Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap
siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.
6) Meberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada
siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
7) Memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil menyelesaikan
tugas.
7. Perbedaan Individual
Setiap
guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas,
berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Selain karakteristik
kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang berbeda karakteristiknya satu dengan
yang lainnya. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajarn dituntut untuk
memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa. Dengan
kata lain ,guru tidak mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran
yang diselenggarakannya merupakan satu kesatuan yang memiliki karakteristik
yang sama. Konsekuensi yang logis adanya hal ini, guru mampu melayani setiap
siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan
individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang di antaranya :
1) Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat
melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
2) Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan
pembelajaran.
3) Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan, dan
4) Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan.
Dari
prinsip-prinsip belajar yang berimplikasi bagi siswa ataupun guru, dalam satu
kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru, dapat menemukan perwujudan dari
prinsip-prinsip belajar lebih dari satu. Kenyataan bahwa dalam satu kegiatan
pembelajaran terdapat lebih dari satu prinsip belajar yang tampak, menuntut
guru untuk benar-benar menguasai dan terlebih menandai perwujudan
prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Ivor K. (penerjemah: Sudarsono S.,dkk.). 1987. Pengelolaan
Belajar. Jakarta : C.V.
Rajawali dan PAUT-UT.
Gage, N.L.,dan David C.Berliner. 1984. Educational Psychology.
Chicago:
Rand Mc Nally Collage Publushing Company.
Gredler, Margaret E. Bell. (penerjemah Munandir). 1991. Belajar
dan
Membelajarkan.
Jakarta: C.V Rajawali dan PAU-UT.
Petri, Herbert L..1986. Motivation: Theory and Research. Belmong,
California:
Wadsworth Publishing Company.
0 komentar