Kebudayaan Sulawesi Selatan

by - 10:12 PM



A. Sejarah Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk tahun 1964. Sebelumnya Sulawesi Selatan tergabung dengan Sulawesi Tenggara di dalam Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara. Pembentukan provinsi ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964

Periode terpenting sejarah Sulawesi Selatan adalah pada abad ke 14. Pada saat itu berdiri kerajaan-kerajaan yang cukup terkenal, seperti Kerajaan Luwu di bawah pemerintahan dinasti Tomanurung Simpuru Siang, Kerajaan Gowa, Kerajaan Bone di bawah dinasti ManurungE, Kerajaan Soppeng di bawah pemerintahan Raja To ManurungE ri Dekkannyili, dan Kerajaan Tallo dengan raja pertamanya KaraEng Loe ri Sero.
Pada tahun 1538, Gowa mulai bersentuhan dengan orang-orang Eropa. Pada tahun tersebut bangsa Portugis mendarat di Bandar Niaga Makassar dan menghadap Raja Gowa IX Tumapa'risi Kallona. Kadatangan bangsa Eropa ini selain untuk tujuan berdagang juga melakukan penyebaran agama Katolik, misalnya dilakukan oleh Antonio de Payya yang menyebarkan Katolik di Parepare.

Pada tahun 1562 terjadi peperangan yang dahsyat antara kerajaan Bone dan Gowa. Raja Gowa menyerang Bone karena merasa telah dicampuri urusan dalam negerinya. Pada akhir perang, pasukan Bone berhasil memaksa pasukan Gowa mundur setelah melukai raja mereka. Kurang lebih dua tahun setelah peperangan tersebut, raja Gowa Tunipallangga kembali menyerang Bone. Namun dalam peperangan, raja Gowa jatuh sakit dan terpaksa mundur dan kembali ke Gowa. Dia meninggal dunia sesampainya di Gowa. Peperangan melawan Bone dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu, I Tajibarani. Tajibarani akhirnya tewas dalam peperangan itu. Perang kemudian diakhiri dengan perundingan damai yang dikenal dengan "Ulukanaya ri Caleppa". Bone mendapat semua daerah di sebelah utara sungai Tangka, serta semua daerah di sebelah timur sungai WalanaE sampai di Ulaweng dan wilayah Cenrana.


B. Kebudayaan Sulawesi Selatan

Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel - Mengenal budaya propinsi Sulawesi Selatan berarti mengenal adat kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan.

Di Sulsel terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada 3 kelompok etnis yaitu Makassar, Bugis dan Toraja. DEmikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih dominan. Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah budaya dan adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik.

Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.

Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya. Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat biasa.

Hampir semua masyarakat Sulsel percaya kalau selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi Selatan adalah orang Toale. Hal ini di dasarkan pada temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale (orang-orang yang tinggal di hutan/penghuni hutan).

Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan ada di Tanah Toraja (Tator) Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara dukacita/kematian). Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa dukacita yang sangat mendalam.
1. Rumah Adat

Rumah adat Sulawesi Selatan disebut Tongkonan. Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja di Sulawesi Selatan. Kolong rumah itu berupa kandang kerbau belang atau tedong bonga. Kerbau ini merupakan lambang kekayaan, disepan rumah tersusun tanduk tanduk kerbau,sebagai perlambang pemiliknya telah berulang kali mengadakan upacara kematian secara besar besaran. Tongkonan terdiri dari 3 ruangan yaitu ruang tamu, ruang makan, dan ruang belakang.


2. Pakaian Adat

Pakaian adat Selawesi Selatan yang dipakai prianya berupa tutup kepala, baju yang disebut baju bella dada, sarung yang disebut tope, keris tata ropprng (terbungkus dari emas seluruhnya) dan gelang nada yang disebut pottonaga.
Sedangkan wanitanya memakai ikat kepala, baju lengan pendek, Tope atau sarung dengan rantainya, ikat pinggang dengan sebilah keris terselip didepan perut. Perhiasan yang dipakai adalah anting anting panjang atau bangkara a’rowe, kalung tunggal atau geno sibatu dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan adat Bugis Makasar.

3. Tari tarian Daerah Selawesi Selatan

a. Tari Kipas, yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas dalam suasana gemuaku sambil mengikuti alunan lagu.
b. Tari Basaro,merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerak gerakkan badannya sangat luwes.
c. Tari Bo’da, yang mendasarkan garapannya pada unsur gerak tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Selayar. Dengan iringan musik Bo’da kesuluruhan gerakkannya menggambarkan luapan kegembiraan gadis gadis dimalam terang bulan pada saat menjelang musim panen.



4. Senjata Tradisional

Badik merupakan senjata tradisional yang sangat terkenal di Sulawesi Selatan. Bentuknya kokoh dan cukup mengerikan. Senjata terkenal lainnya adalah peda (semacam perang), sabel, tombak, dan perisai.
5. Suku  : Bugis, Makkasar, Mandar, Toraja, dan lain lain.

6. Bahasa Daerah : Makkasar, Bugis, Toraja, Mandar, dan lain lain.

7. Lagu Daerah : Angin Mamiri, Pakarena, Marencong.



You May Also Like

0 komentar